BAB 26 - Flashback

18.6K 795 174
                                    

"Nggak usah pulang sekalian!"

Aku menutup mata ketika mama melempar spatula, yang digunakannya tadi untuk memasak, ke arah papa yang baru pulang kerja setelah menghabiskan waktu selama 48 jam di perusahaannya.

Ini keterlaluan memang, apalagi papa tidak pulang sama sekali dengan alasan kerjaannya tidak bisa ditinggalkan. Dari yang aku dengar, jika papa meninggalkan kerjaannya ini sebentar saja, maka kerugian perusahaan bisa mencapai 500-an milyar. Bayangkan betapa banyak gulali yang bisa kudapatkan dengan uang itu.

"Ky, suami baru pulang bukannya disambut malah diginikan."

Yah, mama juga salah. Tidak seharusnya dia meluapkan emosinya karena dibiarkan tidur sendirian selama 2 hari.

"Makanya nggak usah lembur terus!" teriak mama dengan suaranya yang khas. "Kamu nggak ingat apa kemarin Keenan nggak bisa ikut camping gara-gara kamu."

"Kan aku udah minta maaf, Ky...."

"Udahlah, capek lihat kamu. Pergi sana!"

Dan kamar tamu akan menjadi tujuan papa ketika dia dan mama sedang dalam mode bertengkar seperti ini. Aku sendiri hanya bisa mengembuskan napas dan mengabaikan mereka berdua yang memang selaku bercekcok tanpa mengenal waktu, lokasi dan usia.

"Kak, minta ayam."

Aku melihat Keenan menunjuk ayam gorengku. Entah kenapa adik lelakiku ini suka sekali dengan ayam goreng dan bisa menghabiskannya dalam waktu singkat.

"Ma, Keenan minta ayam," panggilku dengan malas dan mama yang masih memasang wajah marahnya, tetap mengambil ayam dari penggorengan, kemudian memberikannya pada Keenan.

"Syrena, kalau Papa sama Mama cerai, kamu ikut siapa?"

"Papa," jawabku tanpa berpikir yang langsung membuat mama menatapku dengan tajam. "Kalau Mama ngizinin aku liburan ke Jakarta, aku bakal pilih Mama."

"Nggak boleh," tolak ibu yang membuatku memutar mata jengah.

"Keenan, kalau Mama sama Papa pisah, kamu ikut siapa?"

Aku tidak tahu kenapa mama bisa menanyakan itu kepada anak berusia 11 tahun yang hanya tahu bermain Hago. Ini sama saja mama berusaha merusak pikiran Keenan yang masih kekanakan.

"Papa."

Dan yah, jawaban Keenan sama denganku. Jujur, sifat kerasnya mama membuat aku dan Keenan kadang takut. Jika bersama papa, kami selalu mendapatkan apa yang kami inginkan, tapi lain halnya jika bersama mama. Dan jangan salahkan kami untuk memberi jawaban itu. Lagipula ini semua hanya lelucon semata.

Mama seringkali mengatakan hal itu, tapi berujung baikan yang membuatku kadang menemukan kondom di kamar mereka setelah pertengkaran. Padahal usia mereka tidak muda lagi, tapi kenapa sikap mereka benar-benar mengesalkan di benakku.

Setelah menyelesaikan sarapanku, aku langsung berlari naik ke lantai dua dan mencabut ponsel dari cas, kemudian membuka pesan whatsapp yang dikirimkan Regan.

Regan: Kayaknya aku bakal telat nyampe bandung dri perkiraan. Ktmu jam 11 gmna?

Aku langsung membalasnya, mengiyakan Regan dan segera turun menuju kamar tamu yang ditempati ayah.

Setelah mengetuk pintu sebanyak dua kali, papa yang terlihat segar karena baru selesai mandi, membuatku mengembangkan senyum dan masuk ke dalam.

"Udah makan, Pa?" tanyaku seraya duduk di ranjang sambil memainkan dokumen yang ayah bawa dari kantor.

"Udah di kantor tadi. Kamu ke sini pasti mau sesuatu."

Papa memang selalu tahu. Aku terus melebarkan senyuman dan melirik ayah yang sedang mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya.

"Pa, mau ganti mobil. Bisa, kan?"

"Ganti mobil?" tanya papa yang langsung membuatku menganggukkan kepala. "Bukannya bulan lalu baru beli? Kok udah diganti."

"Nggak enak lama-lama. Mau ganti ke Civic aja. Kemarin aku nyoba punya teman, mobilnya enak."

"Ya udah, besok kita ke dealer, ya."

"Siap, Pa."

Aku langsung bangkit dengan bahagia dan berjalan memeluk ayah, sebelum beliau kutinggal menuju kamar untuk bersiap-siap menemui Eros.

Setelah izin ke mama, aku langsung mengemudikan mobil menuju kafe yang ada di depan perusahaan kafe. Dan ternyata Eros sudah ada di sana, sedang memainkan ponselnya dalam mode horizontal.

Aku langsung menghampiri Eros dan dia melihatku dengan senyum lebatnya.

"Gimana? Jadi diizinin ke Jakarta?"

Aku menggeleng. "Niatnya mau bohongin Mama, nanti aku bilang mau nginap di rumahnya Aurel."

"Terus Tante bakalan percaya gitu?"

"Doakan aja. Aurel mau kerjasama kok."

Eros manggut saja dan aku mengulum senyum ketika memikirkan akan pergi ke Jakarta bersama Eros, Aurel, Sebastian dan Regan. Kami berencana menginap di sana selama dua hari dan rencana ini bisa dikatakan hampir gagal karena aku yang memang tidak diizinkan pergi ke luar kota oleh mama.

Setelah berhasil menyusun rencana untuk membohongi mama bersama Eros, aku tetap diam di kafe, sedangkan Eros bergegas pergi untuk mengemas pakaiannya.

Dan ketika waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang, Regan ternyata datang tepat waktu. Pria itu tampak kelelahan, dengan kantung matanya yang hitam, tapi tidak menghilangkan ketampanan wajahnya.

Regan berjalan ke arahku, kemudian memeluk tubuhku dan mengecup keningku dengan penuh kasih sayang. Yaps, pada akhirnya aku berhasil mendapatkan Regan setelah menyukainya sejak dulu. Banyak cobaan yang kualami bersama Regan, termasuk rela menyakiti Eros demi bisa bersama Regan.

Aku memang egois, tapi Eros bilang dia baik-baik saja dengan itu dan menikmati masa dimana pernah berhubungan denganku dalam beberapa bulan. Sedangkan Regan, dia juga baik-baik saja dan mulai berpacaran ketika selama hidupnya tidak pernah memiliki kekasih. Bisa dikatakan jika aku lebih unggul daripada Regan.

"Udah makan?" tanya Regan yang mulai membuka menu.

"Udah di rumah tadi. Oh iya, Mama sama Papa tengkar lagi."

Regan mengangkat kepalanya menatapku dan bertanya, "Papamu masih hidup, kan?"

Aku tersenyum dan mengangguk. "Untung aja Mama nggak PMS. Bayangin aja, kalau lagi PMS, bisa hancur rumah. Lama-lama capek juga dengar mereka terus tengkar."

"Aku juga sering dengar Kak Arka tengkar sama istrinya, tapi biasain aja, ya. Kamu nggak boleh banyak pikiran."

Regan mencubit pipiku gemas dan aku merasa nyaman dengan keberadaan Regan di sini.

"Oh iya, Kakakmu nggak pernah ke Indonesia? Aku cuma lihat Kak Arin doang, loh. Dia nggak ada rencana ke sini?"

Regan menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Ada kenangan yang masih bikin dia nggak berani ke sini."

"Kenangan cinta?"

Regan mengangguk dan aku semakin penasaran kira-kira kenangan seperti apa yang membuat kakak kandung Regan, Arka Morales tidak pernah ke Indonesia. Padahal aku juga tahu kedua orangtuaku berteman dengannya, tapi tiap kali membahas pria itu, selalu saja ada situasi canggung yang membuatku bingung.

"Kamu nggak bakal nyaman kalau aku ceritain."

Dan aku semakin penasaran.

###

Hai, untuk flashback, aku berencana pake sudut pandang orang pertama. Tapi gak melulu Syrena, kok. Akan ada sudut pandang untuk tokoh yang lain.

Sampai sini paham kan siapa Aurel? Dia teman Syrena, hanya saja .... Yah begitulah dia gak ingat Aurel.

Aku ingatkan ya, ada bbrp yg gak bisa kukasih tau di flashback nantinya demi cerita di masa sekarangnya Syrena.

Ditunggu selalu, ya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hi, Syrena [Sequel Hello, Ky]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang