Chapter 21

190 36 14
                                    

SEBELUM MEMBACA CHAPTER INI, DIHARAPKAN UNTUK VOTE TERLEBIH DAHULU.

TERIMAKASIH BAGI YANG SUDAH VOTE ❤

-Selamat membaca-

Bel pulang berbunyi sejak lima menit yang lalu, dan kini di kelas tinggal tersisa beberapa siswa dan siswi, termasuk Valdo, Ken, dan Jennie. Mereka bertiga sekarang, ah lebih tepatnya mereka berdua yaitu Valdo dan Ken sedang menunggu Jennie yang belum selesai menyalin catatan di papan tulis.

"Jen, lo tau nggak di kantin tadi heboh banget?" tanya Ken dengan ekspresi lebaynya.

"Ya nggak tau lah, orang gue nggak ke kantin tadi," ketus Jennie yang masih fokus menyalin catatan.

"Iya juga sih," kata Ken membenarkan sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lagian Ken malah menanyakan hal yang bodoh.

"Erson pindah ke sekolah ini," kata Valdo membuat Jennie langsung beralih menatap Valdo.

"Serius?" tanya Jennie yang masih tidak percaya.

"Ya serius lah," kata Valdo.

"Ngapain coba dia pake pindah sekolah segala," gerutu Jennie.

Jennie memang paling benci pada Erson. Bukan benci sih tapi lebih ke tidak suka karena sifat Erson yang sombong. Erson dan Jennie sudah kenal cukup lama. Sejak Jennie mulai masuk ke dalam dunia balapan dan Erson adalah orang pertama yang menantangnya untuk
balapan.

"Gue males catat," kata Jenni lalu menaruh bukunya ke dalam tas.

"Yaelah Jen, lanjut aja kali. Kita tungguin kok," kata Ken setelah melihat Jennie yang membereskan bukunya.

"Gue males. Nanti gue minjem catatan lo Val," kata Jennie lalu berlalu pergi dan disusul oleh Ken dan Valdo.

***

Sore ini Jennie tengah duduk tepat di depan televisi dengan berbagai macam cemilan di atas meja. Ia sekarang sedang menonton film up. Padahal film itu sudah ia nonton berkali-kali tapi ia tidak pernah merasa bosan.

"Coba aja gue bisa nerbangin rumah gue pake balon dan pergi sejauh-jauhnya," gumam Jennie berandai-andai saat ia melihat seorang kakek tua yang menerbangkan rumahnya dengan balon dalam film itu.

"Yaelah tu burung ngapain pake patok balonnya segala, kalau rumahnya jatuhkan kasihan si kakeknya," gerutu Jennie saat melihat para burung  memecahkan balon yang menerbangkan rumah si kakek tua dalam film itu.

Ting... Ting...

Suara bel rumah berbunyi membuat Jennie mendengus kesal, pasalnya kegiatan menontonnya terganggu. Pasti kalau Jennie sedang senang-senang pasti akan ada yang mengganggunya.

Jennie beranjak dari duduknya lalu melangkah menuju pintu utama. Dibukanya pintu dan terpampang jelas lah wajah tampan Kai yang sedang tersenyum ke arah Jennie.

"Ngapain lo ke sini?" ketus Jennie.

"Gue mau nagih utang lo," jawab Kai.

"Utang apaan?" tanya Jennie heran.

"Dasar pikun. Di sekolah, lo bilang kalau lo bakalan traktir gue di cafenya Rafa," kata Kai mengingatkan.

"Ooo yang itu. Bentar, gue ganti baju dulu baru kita ke cafe Rafa," kata Jennie lalu membalikan badannya hendak masuk ke dalam rumah, tetapi langkahnya terhenti ketika Kai mencekal tangannya.

"Apaan?"

"Lo nggak suruh gue masuk?" protes Kai.

"Ah iya, gue lupa tadi. Ayo masuk," kata Jennie mempersilahkan Kai untuk masuk.

Heartless (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang