Chapter 28

155 24 6
                                    

SEBELUM MEMBACA CHAPTER INI, DIHARAPKAN UNTUK VOTE TERLEBIH DAHULU.

TERIMAKASIH BAGI YANG SUDAH VOTE ❤


-Selamat membaca-


Pagi ini, Jennie melangkah di koridor demi koridor sekolah dengan tenang sembari bersenandung pelan, tetapi tiba-tiba kedamaian dan ketenangannya ini harus hilang setelah Ken menghadang jalannya. Terlihat raut wajah Ken yang tampak panik, juga beberapa keringat yang bebas jatuh di wajah tampannya.

"Ngapain lo di situ? Minggir, gue mau lewat," ketus Jennie.

"Hah... Hah... Mending lo jangan lewat jalan ini. Mending lo lewat sana aja," kata Ken ngos-ngosan sembari menunjuk koridor yang berbelok kiri. Koridor yang berbelok ke kiri memang bisa menuju kelas Jennie, tetapi jika melewati koridor ini pasti akan lama sampainya. Sedangkan jika melewati koridor yang berbelok ke kanan, akan cepat sampainya.

"Idih, males gue jalan jauh-jauh. Mending lewat sini biar cepat," kata Jennie lalu mulai melangkahkan kakinya untuk berbelok ke koridor yang mengarah ke kanan. Melihat itu seketika raut wajah Ken berubah semakin panik, Ken dengan cepat mengikuti langkah Jennie.

"Please Jen, jangan lewat sini," mohon Ken sembari tetap mengikuti langkah Jennie.

"Lo gak jelas banget sih. Pagi-pagi udah bikin orang bingung," ketus Jennie dengan kaki yang tetap melangkah untuk menuju ke kelasnya, tetapi tiba-tiba saja langkahnya terhenti ketika ia melihat segerombolan siswa dan siswi yang tengah berkerumun di depan mading sekolah.

"Ada informasi apa sampai-sampai banyak murid di depan mading?" tanya Jennie yang sudah beralih menatap Ken.

"I-tu... Me-reka hanya... hanya..." ucap Ken terbata-bata seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Hanya?"

"Hanya ada gosip nggak jelas doang. Biasalah, gosip receh dari adik kelas yang berantem," kata Valdo yang tiba-tiba datang. Melihat Valdo yang datang, membuat Ken seketika menghela nafas lega. Memang ada apa sih dengan Ken?

"Oh, gue mau lihat deh. Siapa tau seru," kata Jennie sembari melangkahkan kakinya menuju mading, tetapi terhenti ketika Ken mencekal tangannya.

"Jangan ke sana, mending kita ke kelas aja," ajak Ken sembari tersenyum paksa.

"Ck, lo kok pagi-pagi udah larang gue ini, itu sih?" tanya Jennie heran.

"Ya karena, karena... karena gue kangen sama lo. Iya, karena gue kangen sama lo, jadi gue mau habisin waktu lebih lama lagi sama lo," kata Ken sembari berpikir keras. Setelah ia mengatakan itu, ia merutuki dirinya sendiri karena menjawab dengan jawaban yang konyol. Sontak jawaban dari Ken ini membuat Valdo dan Jennie yang mendengarnya melongo.

"Kayaknya lo sakit deh." Jennie menempelkan punggung tangannya di dahi Ken lalu kembali menjauhkan tangannya.

"Lo nggak demam. Kayaknya lo udah mulai gila deh Ken. Kan gila tuh datangnya dikit-dikit," kata Jennie yang sukses mendapat jitakan keras di kepalanya dari Ken. Jennie menggosok kepalnya yang baru saja dijitak oleh Ken.

"Jangan bilang gitu, omongan sama aja doa," kesal Ken.

"Ya abis lo aneh banget sih hari ini. Udah ah, gue mau lihat berita yang ada di mading." Jennie kembali melangkahkan kakinya untuk menuju mading sekolah, tetapi langkahnya kembali terhenti karena sekarang Valdo yang mencekal tangannya.

"Apa lagi sih?" tanya Jennie malas.

"Mending kita langsung ke kelas aja, Jen. Lagian bentar lagi bel masuk," kata Valdo yang berusaha mencegah Jennie.

Sebenarnya apa berita yang ada di mading, sampai-sampai Ken dan Valdo terus menghadangnya.

"Kayaknya emang ada yang nggak beres deh," gumam Jennie lalu menepis kasar tangan Valdo dan mulai melangkah menuju mading.

Jennie tak perduli lagi saat Ken dan Valdo terus mengekorinya dari belakang dan terus memanggil namanya. Bahkan tak jarang Valdo dan Ken mencekal tangannya, tapi sayangnya cekalan itu berhasil ditepis oleh Jennie. Jennie menerobos masuk ke dalam kerumunan murid-murid yang berada di depan mading dengan susah payah.

Dan di sinilah Jennie, ia sudah berada tepat di depan mading dengan sebuah kertas Hvs yang tertempel di mading tersebut. Tangannya terkepal saat melihat berita receh yang terpampang jelas dihadapannya. Para murid yang tadinya gaduh kini terdiam saat melihat seorang Jennie yang tampak marah.

'JENNIE ANAK PUNGUT. DIA HANYA ANAK PUNGUT YANG DIBESARKAN OLEH KELUARGA FERNANDO'.

Itulah kata demi kata yang tercetak di lembaran kertas itu yang sukses membuat Jennie naik pitam. Bahkan bukan hanya satu kertas itu, tetapi seluruh papan mading tertempel kertas yang bertuliskan, 'JENNIE ANAK PUNGUT. DIA HANYA ANAK PUNGUT YANG DIBESARKAN OLEH KELUARGA FERNANDO'.

Dengen segala amarah yang membara, Jennie melepas semua lembaran yang tertempel di mading, lalu kemudian ia merobek semua lembaran itu. Jennie membalikan badannya lalu menatap sekeliling murid Sma Garuda yang kini tengah menatapnya juga.

"Siapa yang buat gosip receh ini?" tanya Jennie pelan tetapi tajam bagaikan belati.

Semua terdiam, tak ada yang berani menjawab pertanyaan dari Jennie. Mereka terlalu takut hanya untuk mengeluarkan sepatah kata. Melihat Jennie yang sedang marah dihadapan mereka membuat para murid Sma Garuda takut. Apalagi saat melihat tangan Jennie yang terkepal, juga matanya yang tersiratkan kemarahan yang sangat kentara.

"Gue tanya siapa yang nyebarin gosip ini?!!" bentak Jennie yang sukses membuat para murid Sma Garuda yang ada di situ tersentak kaget. Tak terkecuali, Valdo dan Ken.

"Kenapa diam? Lo semua nggak punya mulut?"

"Perlu gue masukin cabe ke mulut kalian supaya kalian buka suara?"

"Gue tanya, kenapa kalian pada diam aja hah?"

"Jawab!!!"

"Mulut tuh untuk bicara, bukan untuk jadi pajangan!!!"

"Gue bilang jawab brengsek!!!" bentak Jennie sekali lagi. Sungguh Jennie sudah habis kesabarannya.

"Sabar Jen," kata Ken lembut.

"Diem lo!!!" bentak Jennie membuat nyali Ken menciut.

"Masih nggak ada yang mau jawab? Gue tanya sekali lagi, kalau nggak ada yang jawab, gue potong mulut lo satu-satu," ancam Jennie sadis.

"Siapa yang neyebarin berita receh ini?" tanya Jennie sekali lagi dengan nada bicara yang lebih tajam dari yang tadi.

"K-ita ngg-ak tau Jen. Pagi-pagi udah ada kertas itu yang nempel di mading," jawab Mila teman sekelas Jennie.

"Yakin nggak ada yang tau?"

"Iya, kita nggak tau sama sekali," jawab Mila.

"Mhhh, hahahahahah," tawa Jennie pecah yang sukses membuat para murid Sma Garuda yang ada di situ menatap Jennie heran. Kenapa Jennie malah tertawa? Padahal tadi jelas sekali Jennie sedang marah. Ekspresi Jennie kembali berubah menjadi kilatan emosi setelah ia tertawa, membuat para murid Sma Garuda kembali menatap ngeri ke arah Jennie.

"Berani juga dia. Dia salah pilih target permainan," gumam Jennie yang tidak dapat didengar oleh murid lainnya.

"Kaparat," pekik Jennie tiba-tiba, yang sukses membuat para murid yang tadinya terheran kini kembali kaget dan takut .

Jennie melangkahkan kakinya dengan segala emosi yang membara menuju ke kelasnya. Ia tahu siapa dalang dari tersebarnya gosip palsu ini. Sungguh ia tak sabar untuk sampai ke kelasnya dan memberi pelajaran kepada orang yang sudah menyebarkan berita palsu ini.

"Lo cari mati."

***

BERSAMBUNG...

Bagaimana tanggapan kalian tentang chapter ini?

Maaf kalau chapter kali ini pendek:)

Heartless (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang