SEBELUM MEMBACA CHAPTER INI, DIHARAPKAN UNTUK VOTE TERLEBIH DAHULU.
TERIMAKASIH BAGI YANG SUDAH VOTE ❤
-Selamat membaca-
"Dokter udah keluar nggak dari ruang UGD?" tanya Rafa saat ia sudah berada di hadapan Ken. Ia baru saja tiba di rumah sakit ini setelah pergi ke kediaman keluarga Fernando.
"Belum," jawab Ken. Terlihat Rafa yang menghela nafas pelan setelah mendengar jawaban dari Ken.
"Om Feri mana tante? Tante udah kasih tahu om Feri kan tentang kondisi Jennie sekarang?" tanya Rafa pada Disa yang tengah duduk di antara Ken dan juga Valdo. Lebih tepatnya duduk di tengah Valdo dan Ken.
"Tante udah telfon om Feri, Raf. Tapi om Ferinya malah nggak mau datang ke sini," jawab Disa sendu.
Rafa tak menyangka saat mendengar jawaban dari Disa. "Kenapa om Feri nggak mau datang ke sini? Jennie kan anak kandungnya."
"Ya, kamu tau sendirilah gimana marahnya om Feri setelah kejadian waktu itu. Dia udah nggak mau ketemu lagi sama Jennie. Bahkan anggap Jennie sebagai anaknya pun tidak," kata Disa sembari menghapus air matanya yang sempat jatuh saat ia menjawab pertanyaan Rafa. Rafa mengepalkan tangannya saat mendengar perkataan dari Disa.
"Kamu datang sendiri? Clara mana?" tanya Disa.
"Nanti dia nyusul ke sini," jawab Rafa yang sepenuhnya berbohong. Sungguh Rafa sangat tidak ingin satu motor dengan perempuan licik seperti Clara.
"Rafa pergi bentar," pamit Rafa lalu melangkah pergi dari rumah sakit ini.
***
Brak...
Dengan lancangnya Rafa membuka pintu ruangan kerja seseorang membuat lelaki paruh baya yang ada di dalam ruangan itu menggeram kesal. Terlihat lelaki paruh baya itu sudah berdiri sembari menatap tajam ke arah Rafa yang tengah melangkah menghampirinya.
"Ada apa kamu Rafa? Datang ke kantor saya seperti hewan, apa orangtuamu tidak pernah mengajarimu sopan santun, hah?" tanya Feri dengan nada bentakan. Ya, Rafa kali ini berada di perusahaan milik Feri. Lebih tepatnya berada di ruangan milik Feri.
"Maksud om apa nggak mau datang ke rumah sakit buat jenguk Jennie? Apa om udah nggak peduli lagi sama Jennie? Jennie itu anak kandung om," bentak Rafa dengan nafas yang naik turun. Sungguh Rafa tak bisa mengontrol emosinya sekarang. Ia tak terima jika Jennie diperlakukan seperti ini oleh ayah kandungnya sendiri.
"Saya emang sudah tidak peduli lagi sama anak itu. Anak kurang ajar seperti itu tak perlu saya kasihani. Palingan dia kecelakaan hanya karena dia balapan gak jelas," kata Feri yang tampak meremehkan keadaan Jennie sekarang.
"Om, Jennie kecelakaan sehabis dia pulang sekolah, bukan karena balapan. Remnya nggak berfungsi dan ada orang dibalik kecelakaan ini."
"Terus? Saya peduli gitu. Saya nggak akan pernah peduli dengan anak itu.Jennie saja tak ingin menganggap saya dan Disa sebagai orangtua dia. Lalu untuk apa saya menganggap dia sebagai anak."
"Jennie nggak anggap om dan tante Disa sebagiai orangtua dia karena kesalahan om dan tante Disa sendiri. Kalian hanya memperdulikan Clara yang jelas-jelas hanya anak pungut. Kalian selalu melihat Jennie sebelah mata, kalian selalu marahin Jennie sewaktu dia kecil padahal itu semua bukan kesalahan Jennie, kalian selalu saja membela anak pungut itu daripada anak kalian sendiri," jelas Rafa yang langsung mendapat bogeman keras dari Feri. Ya, Feri menonjok pipi kiri Rafa yang membuat Rafa jatuh tersungkur di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartless (ON GOING)
Teen Fiction⚠FOLLOW SEBELUM MEMBACA,DEMI KENYAMANAN MEMBACA ⚠FOLLOW SEBELUM MEMBACA,DEMI KENYAMANAN MEMBACA ⚠FOLLOW SEBELUM MEMBACA,DEMI KENYAMANAN MEMBACA "Lo percaya nggak kalau gue bisa ngelilingin dunia ini? " tanya Kai. "Ck, ya nggak percaya lah." "Gue bu...