Part 28 - Menanti

1.9K 196 87
                                        

Hujan turun mengguyur Jakarta dari malam dan baru reda pagi ini, Shani masih berada di atas tempat tidurnya. Tubuhnya masih ditutupi selimut tebal yang sedari malam tak pernah lepas darinya. Beberapa hari setelah kasus skandalnya itu mencuat dan ditambah beberapa hari lalu Gracio kembali datang ke Apartemennya yang justru membuat Shani semakin terasa terpuruk. Iya seharusnya Gracia memang bisa menjadi support system Shani yang mampu mengembalikan semangat Shani ketika saat-saat seperti ini. Tapi sayangnya kehadiran Gracio kemarin justru membuat Shani semakin merasa sakit. Bagaimana tidak sakit, Gracia datang bukan karena tujuan untuk menemani dan menghibur Shani. Lelaki itu datang dengan tujuan mengantar kekasihnya, hanya itu tujuannya.

Shani masih terbayang bagaimana sikap lembut Gracio pada Viny ketika kemarin mereka ada disini, meskipun sesungguhnya Gracio tak pernah menunjukan hal itu. Tapi sikap-sikap refleks Gracio pada Viny benar-benar memperlihatkan bagaimana lelaki itu memperlakukan Viny dengan sangat baik. Seperti halnya kemarin, bagaimana Gracio refleks berjongkok dan mengikat tali sepatu Viny karena tangan Viny sedang memegang laptop. Hal-hal kecil itu lah yang membuat Shani jatuh cinta pada sosok Gracio dan kini ia sadar bahwa Gracio adalah lelaki terbaik yang pernah mencintainya. Bahkan sampai saat ini, Gracio masih tau makanan apa yang harus ia pesan ketika Shani sakit, bubur Barito.

Air mata sudah mengalir ke pipi Shani yang masih melamun sambil bergelung di dalam selimutnya. Memang akhir-akhir ini air matanya sering keluar tanpa permisi. Lamunannya buyar ketika ponselnya berdering beberapa kali. Shani akhirnya menoleh dan menjulurkan tangannya untuk meraih ponselnya yang ada di atas nakas. Shani memang selalu menjauhkan ponselnya ketika tidur, agar tidak terkena radiasi katanya.

"Iya hallo Yo ada apa?" Shani akhirnya menjawab panggilan dari Rio. Mau tidak mau memang saat ini Rio lah yang bisa menemaninya.

"Lagi dimana Shan?"

"Di Apart, kenapa?"

"Udah makan belum?"

"Belum sih, nanti aja makan di FX deh sekalian aku ada show hari ini ko"

"Yaudah nanti aku anterin deh, aku ke Apartemen kamu sekarang ya"

"Eh Yo ga usah deh"

"Udah gapapa, aku udah di jalan ini. Tunggu ya aku kesana" Rio langsung mematikan sambungan telponnya.

"Euuuuuh!" Shani kini kesal sendiri dan langsung membanting ponselnya ke atas tempat tidur, harus ia akui jika Rio memang cukup keras kepala. Sulit sepertinya bagi Rio untuk bisa mengalah dan memahami situasi Shani.

Tapi Shani juga akhirnya mau tidak mau langsung beranjak ke kamar mandi dan langsung membasuh tubuhnya. Meskipun di kamar mandi ia kembali menangis, membuat air matanya mengalir bersama air yang turun dari shower. Rasanya saat ini Shani benar-benar seperti Scarlett Johansson yang menjadi Nicole Barber di Marriage Story, atau rasa lokalnya mungkin ada Nasyila Mirdad di sinetron-sinetron yang dibintanginya. Mereka memiliki kesamaan sekarang, sama-sama menghabiskan hari-harinya dengan menangis. Seolah hari-hari yang Shani lewati sekarang selalu terasa sendu.

Setelah 30 menit berada di kamar mandi, Shani akhirnya keluar kamar mandi. Ia cepat-cepat memakai bajunya karena suara ketukan ke pintu kamarnya sudah terdengar sedari tadi. Setelah memakai pakaian lengkap, Shani langsung membuka pintu itu dan terlihat Rio sudah berdiri di depan kamar. Lelaki itu langsung masuk bahkan sebelum Shani perintahkan untuk masuk.

"Ko lama sih Shan? Aku dari tadi ngetuk pintu ga dibuka-buka"

"Maaf tadi lagi mandi"

"Ya kan bisa dibuka dulu, aku nunggu lama loh udah kaya driver gojek nganterin orderan" Shani langsung menghela nafas dan melirik Rio dengan ujung matanya. Bagaimana jika Rio tau bahwa dulu ada lelaki yang bahkan benar-benar bersikap layaknya driver gocar setiap mengantarkan Shani. Tapi lelaki itu tak pernah mengeluh sama sekali, satu persatu hal Shani rasakan sekarang benar-benar membuat Shani merasa hancur.

RAPSODITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang