Part 36 - Andai Aku Bisa

1.8K 180 53
                                    

Sejak Shani masuk ke Rumah Sakit dan karena obrolannya bersama Viny saat itu, Gracio benar-benar terus berpikir tentang hal yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Tentang perempuan-perempuan yang menurut Viny telah ia sakiti karena menjadikan mereka pelarian dari kegamangan hati Gracio sendiri.

Pikiran itu terus mengganggu Gracio dalam waktu yang cukup lama, bahkan hari ini sudah sebulan sejak kejadian itu. Gracio masih menjadi sosok yang lebih pendiam dari biasanya, ia tak banyak bicara ketika berada di kantor. Membuat orang-orang merasa aneh, terutama kedua sahabatnya.

"Yo, minggu ini party ga kita? Gila lu udah sebulan absen anjir, gue ga ada temen. Si Boby udah tobat sekarang"

"Kaga deh Mar"

"Ah elah kenapa sih lu? Emang udah dapet cewe yang ngelarang-larang lu lagi Yo? Hahaha" Mario yang sedang duduk di atas mejanya langsung tertawa mengejek Gracio.

"Cot"

"Idih jutek banget sih sekarang Ka Gre ini" goda Mario yang langsung mendapatkan lemparan kalender Gracio dan tepat mengenai dadanya.

"Anjir anjir sakit kampret dah"

"Berantem mulu lu berdua, Yo, Amodini udah jadi cakep banget dah Yo. Bangga gue sebagai sahabat lo"

"Iya minggu depan gue ke Bali buat peresmian"

"Gila sih itu akhirnya jadi juga setelah ketunda gara-gara pandemi waktu itu ya"

"Parah udah pusing banget gue ngurusin itu, mana partner gue pindah kerja segala lagi" timpal Gracio.

"Partner lo yang sekarang udah jadi partner hidupnya Boby ya Yo? Haha" goda Mario hingga membuat suasana hening, sementara Boby dan Gracio terlihat pura-pura menyibukan diri mereka.

"Ah elah kaku amat lo berdua, selow kali lemesin aja cuy enjoy gapapa ko nikung mantannya sahabat sendiri"

"Bacot" timpal Boby yang ikut melemparkan barang kepada Mario.

"Eh anjir lu pada, dipikir gue apaan dilemparin barang mulu"

"Lu mending duduk deh Mar, kerja kerja, kerjaan lo banyak sumpah Mar gue ngingetin aja sih ini"

"Anjir, ga asik lu ah ngingetin kerjaan" Mario akhirnya duduk di kursi kerjanya dan mulai menyalakan computer miliknya itu.

Setelah kerjaannya selesai, Gracio langsung keluar ruangannya dan menghampiri Anin yang ternyata sedang membuat teh di pantry.

"Nin"

"Apaan?"

"Gue boleh ngomong ga sama lo? Bentar aja"

"Ngomong apaan? Ngerayu gue lagi terus abis itu pergi?"

"Nin serius gue perlu ngomong sama lu"

"Yaudah di lantai empat aja deh"

"Ok yuk"

Gracio dan Anin akhirnya menuju lantai empat, mereka kini duduk berharapan dan tatapan mata Anin benar-benar tajam kepada Gracio. Ia memang sangat kesal dengan lelaki kurang ajar satu ini.

"Buruan mau ngomong apaan?"

"Nin, gue mau minta maaf sama lu"

"Hadeeeeh telat banget lu"

"Iya gue tau telat Nin, tapi serius gue tulus mau minta maaf sama lu"

"Tulus Tulus, emangnya lo penyanyi"

"Nin, gue serius"

"Serius udah bubar"

"Anin gue beneran nih minta maaf sama lu, gue tau Nin gue salah, gue kurang ajar kemarin deketin lo dan bikin lo suka sama gue setelah lo ngungkapin gitu gue malah pergi. Padahal ga gampang ya Nin cewe ngungkapin perasaannya kaya gitu?"

RAPSODITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang