Part 10 : Seandainya

2.7K 218 105
                                    

Perjalanan pulang mereka tidak bisa dikatakan lancar walaupun mereka menikmatinya. Setelah mengantarkan Viny pulang, Gracio segera mengemudikan kendaraannya untuk kembali ke apartemen. Tubuhnya benar benar lelah setelah seharian jalan-jalan di Bandung bersama Viny, dan menyetir selama hampir 4 jam. Yang dibutuhkan hanyalah tempat tidurnya yang empuk dan nyaman.

Tanpa berniat bersih-bersih, Gracio segera menjatuhkan tubuhnya bahkan tanpa membuka sneakernya terlebih dahulu. Merasa tidurnya tidak nyaman, Gracio mengeluarkan handphonenya di saku celana. Seketika dia teringat handphone Shani yang dia banting serta emosinya yang tidak terkontrol kemarin. Sebelumnya Gracio tidak pernah seemosi itu. Ia bahkan sangat pintar menyembunyikan semua perasaannya, namun entah mengapa jika sudah menyangkut Shani Indira, pikirannya menjadi tidak logis. Teringat kembali bagaimana pantang menyerahnya Anggakara mendekati Shani, begitu juga Rio yang ternyata selalu menemani gadis kesayangannya di kampus saat mereka tidak bersama. Serta Andre yang Gracio tahu adalah seorang youtuber dan selebgram. Namun jujur, dia tidak pernah menyangka bahwa Shani dekat dengan orang lain selain dirinya. Bodoh juga Gracio, mana mungkin gadis secantik Shani tidak ada yang mendekati? Bahkan Gracio meyakini jika banyak juga yang bucin ke Shani seperti dirinya.

Namun tetap, seemosi apapun Gracio dirinya seharusnya tidak berlaku sekeras itu hingga menghancurkan properti pribadi Shani. Bukan hanya masalah materi, namun selama dia bersama Shani, gadis itu sangat telaten menjaga barang-barangnya. Dan dia dengan bodohnya malah merusak barang milik Shani.

Tiba-tiba muncul inisiatif Gracio untuk mengganti handphone Shani. Sekaligus permintaan maafnya mungkin. Walau apa yang dilakukan Shani tidak mudah ia terima namun tetap saja, ia salah disini.

Gracio menonaktifkan flight mode yang sejak kemarin ia aktifkan untuk menghubungi temannya, namun baru saja handphonenya terkoneksi jaringan, berpuluh-puluh chat masuk ke hp Gracio. Gracio membaca satu persatu dari chat teratas.

Mario

Dimana Yo? Jadi discuss project Amodini?

Anjir, bales chat gua

Woy, ngilang kemana lu sama Viny?

Cemacem lu ya, ga ada akhlak sama bidadari

Boby

Yo, lo sama Viny kemana?

Gue dapet laporan Viny kerjanya bagus, gue gamau kehilangan asset Arkana ya Yo, alias

AWAS AJA LU MACEM MACEM SAMA DIA

Mami

Sayang, weekend gak pulang?

Jarang banget sekarang ke Bekasi,

Mami kangen Viny

Gracio memijat pelipisnya, pasti ini gara-gara sahabatnya. Otaknya aja yang disekolahin tinggi-tinggi, mulutnya kagak. Sang Mama sekarang jadi benar-benar berpikiran Gracio mempunyai hubungan khusus dengan Viny.

Berniat membalas chat Sang Mama nanti, Gracio menscroll chat lain hingga pada nama Shani Indira. Melihat preview chatnya saja langsung membuat Gracio segera bangkit dari tempat tidurnya.

S <3

Ka, aku pingsan tadi abis teater.

Tak perlu menunggu lama, Gracio langsung mengambil ranselnya dan sedikit berlari menuju basement. Shani sangat jarang sakit. Bisa dibilang daya tahan tubuh gadis ini sangat bagus. Namun mendengar bahwa Shani pingsan sehabis teater langsung membuat Gracio khawatir sekali. Pikirannya hanya tertuju pada Shani, bahkan tidak ragu dia mengambil bahu jalan di jalan bebas hambatan untuk segera sampai ke apartemen gadis itu.

RAPSODITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang