Sebulan terakhir Gracio benar-benar lesu, ia masih berharap jika keputusan Viny masih bisa berubah. Tapi ternyata Viny tidak selabil itu, keputusan yang sudah ia ambil benar-benar akan ia jalankan dengan penuh keyakinan. Meskipun hal itu menyakitinya, meskipun hal itu sulit baginya. Berkali-kali ia menghubungi Viny, tapi sama sekali tak bisa mengubah keputusan Viny. Berkali-kali juga Gracio mendatangi rumah Viny, tapi ia hanya berbincang dengan orang tua Viny. Pernah juga terpaksa Viny menemaninya mengobrol, juga bersama orang tua Viny. Tapi yang ada mereka hanya bepura-pura baik-baik saja di depan orang tua Viny, setelahnya Viny benar-benar diam seribu bahasa dan memilih untuk pamit beristirahat.
Hari ini, setelah sekian lama meninggalkan dunia malamnya, Gracio akhirnya kembali. Ia kembali datang ke salah satu club malam yang dulu biasa ia datangi. Beberapa orang yang dulu memang menjadi teman-temannya langsung menyambut Gracio dengan bahagia, termasuk Boby dan Mario. Mereka akhirnya berhasil menghibur Gracio yang beberapa hari ke belakang benar-benar berantakan. Mungkin hanya ini yang bisa mereka berikan untuk menghibur Gracio.
"Minum ga Bro?" tanya Mario ketika Gracio duduk di kursi yang mereka pesan seraya memandang kosong ke sembarang arah.
"Boleh deh Mar"
"Mantap" Mario langsung bangkit menuju bar dan meminta beberapa minuman yang tak lama langsung diantar ke table mereka.
Gracio menegakan tubuhnya dan langsung menuangkan minuman ke slokinya, sesungguhnya sudah lama sekali ia tidak meneguk minuman seperti ini. Karena Viny memang tidak suka dan Gracio rela untuk meninggalkan semuanya. Tapi kini ia sudah tak peduli, persetan semua aturan yang ada selama ini. Pada akhirnya baik Shani maupun Viny sama-sama tak bisa bertahan dengannya.
Sloki demi sloki minuman berhasil masuk ke kerongkongan Gracio, membuat Gracio merasa tubuhnya mulai panas. Boby yang juga ada disana hanya bisa memandang sedih Gracio seraya mengepulkan asap rokoknya. Ia tau jika sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja sekarang. Sementara Mario malah terlihat asik menemani Gracio menghabiskan minumannya.
"Cuy dijaga cuy jangan sampai jackpot disini" Boby mencoba memperingatkan kedua sahabatnya itu.
"Santai Bob gue kuat, Yo turun ga" Mario menunjuk dance floor dengan dagunya.
"Engga ah lu aja" Gracio sudah mulai terlihat teler, tak heran karena sedari tadi ia terus minum.
"Yaelah, Bob turun ga? Buruan dong, lu mau minum ga? Buka botol lagi aja"
"Iya nanti aja ya bentar gue masih nunggu" Boby sedari tadi memang terlihat sibuk dengan ponselnya. Entah lah klien mana lagi yang sedang diurus oleh lelaki satu itu.
"Anjir kerja mulu lu Bob, Gre ayo lah" Mario kembali membujuk Gracio hingga akhirnya Gracio langsung bangkit tanpa basa-basi. Ia berjalan menuju dance floor dan langsung menggerakan tubuhnya mengikuti musik.
"Mantap Gracio" teriak Mario dan tak lama beberapa perempuan langsung menghampiri mereka, tak heran karena memang mereka salah satu idola perempuan-permpuan metropolitan seperti ini.
Sementara itu Boby terlihat memasang wajah seriusnya ketika mendapatkan telpon, ia benar-benar terlihat panik hingga akhirnya Boby keluar dari tempat itu. Tanpa pamit pada Gracio dan Mario yang sudah larut di dalam pesta, Boby langsung masuk ke mobil dan melajukan mobilnya begitu saja. Sementara satu tangannya berusaha mengetik pesan dan mengirimkannya pada orang yang ada disana.
Boby
Kamu tunggu disitu ya, jangan kemana-mana pokoknya. Ini aku udah jalan kesitu nih.
Boby terus melajukan mobilnya secepat mungkin, ia bahkan akan memekik ketika mendapati jalanan yang macet dan menghambat perjalanannya. Sedari tadi ia melirik jam tangannya dan berusaha mencari jalan tercepat, tapi jalanan Jakarta di malam minggu memang benar-benar biadab. Semua pengendara benar-benar menunjukan keegoisannya, mereka benar-benar punya tujuan sendiri untuk segera tiba di tempat tujuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPSODI
Fiksi PenggemarHallo guys, tulisan ini adalah kolaborasi bersama @ikutakidz Part ganjil bakalan dipost di @ikutakidz dan genap bakalan dipost disini. Selamat membaca!