Jejak pertemuan Shani dengan Gracio masih meninggalkan bekas yang sulit untuk gadis itu hilangkan dalam kepalanya. Permintaan terakhir Gracio begitu menyakitkan, menghantui hari-harinya yang kadang dipenuhi ego bahwa mungkin seharusnya dia tidak mengenalkan Viny pada lelaki itu.
Mungkin seharusnya dari awal Shani tidak main-main dengan perasaan jumawanya yang membawa ia sampai ke titik ini. Merasa bahwa tidak mungkin seorang Gracio akan mampu menaklukkannya. Namun ternyata semudah itu pertahanannya runtuh. Ego karena rasa dipuja-puja oleh lelaki yang menjadi incaran banyak wanita, berambisi menaklukkan Gracio serendah-rendahnya dalam mencintai Shani. Ia mengizinkan lelaki itu masuk, berbuat semaunya, memiliki hati Shani seutuhnya, dan lupa akan deretan peringatan yang semula selalu ia gaungkan di dalam kepala untuk berhati-hati.
Ia lalai menjaga hatinya sendiri, lalai menjaga orang yang ia cinta untuk tetap disisinya. Masih terlukis jelas dalam ingatannya, bagaimana hari-hari yang biasa ia lakukan bersama Gre. Di pagi hari jika Gracio menginap di Apartemennya, ia akan melihat wajah damai pria itu. Wajah polosnya yang tertidur di sofa, rela menempatkan tubuhnya yang tinggi itu di sofa dark turquoise yang terletak di ruang tamu. Shani biasanya akan menghabiskan waktu 5 sampai 10 menit memandangi wajah Gracio sepuasnya, karena jika Gracio sudah sadar Shani takkan mau terlihat begitu mengagumi wajah rupawan Gracio.
Setelah itu Gracio akan bermanja-manjaan padanya, entah meletakkan kepalanya di paha Shani atau menggodanya meminta morning kiss.. Ahhh, jika diingat kembali hanya menimbulkan rasa sakit dihatinya.
Namun Gracio memang memperlakukan Shani seistimewa itu. Lelaki itu seperti tahu bagaimana membuat ia nyaman, bagaimana melindungi Shani bahkan dari dirinya sendiri. Shani tahu terkadang ia menggoda Gracio keterlaluan, mengetes batas kesabaran Gracio, namun lelaki itu selalu bisa mengontrol dirinya. Disaat seperti itu Shani benar-benar ingin meyakini bahwa Gracio benar-benar tulus mencintainya. Namun teringat kembali deretan nama mantan-mantan Gracio yang bahkan beberapa terkenal begitu vulgar di sosial media membuat Shani kembali meragu.
"Shan, udah sampai nih. Yuk turun." Nadila menyentuh lengan temannya yang sedari perjalanan dari FX ke stasiun radio hanya bengong menatap jalanan.
"Ok Ka Nad"
Mereka pun masuk ke ruang siaran sebuah radio. Selama kurang lebih satu jam Shani bersikap profesional. Senyum selalu mengembang di wajahnya walaupun mungkin pendengar tidak bisa melihat ekspresinya. Shani yang galau tiba-tiba menghilang berganti menjadi Shani yang ceria dan penuh tawa.
Ia memang sangat bersungguh sungguh dalam promosi single original JKT ini, selain karena ini single original pertama, dia juga sebagai center single ini. Ia tidak boleh mengecewakan fans-fans JKT terlebih fans-fansnya yang sudah memberikan dia posisi ini.
"Halo Vin, lo dimana?
Shani ikut menoleh ketika melihat Nadila sibuk dengan handphonenya sementara ia membereskan barang-barang untuk kembali ke basecamp JKT.
"Iya lusa jadi kan? Kalo jadi gue hubungin yang lain"
....
"Iye iye... Lu lagi dimana? Denger denger lu jadian sama bos lu ya?"
Gerakan Shani yang sedang memasukkan peralatan make up seketika membeku mendengar bahasan Nadila dan Viny. Rasa penasarannya pun timbul.
"Hahhaa, ya taulah! Apa sih yang ga kita tau? Kata si Nenek juga lu waktu ujian magang ditemenin ya, emang bisa banget Kapini nyari pembimbing yang bisa ditikung."
Nadila mengisyaratkan Shani untuk berangkat sekarang, walau dirinya masih sibuk bergosip dengan temannya. Ia tidak pernah tahu bahwa Shani mengenal Gracio, bahkan tidak mengetahui jika Shani lah yang mengenalkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPSODI
FanfictionHallo guys, tulisan ini adalah kolaborasi bersama @ikutakidz Part ganjil bakalan dipost di @ikutakidz dan genap bakalan dipost disini. Selamat membaca!