Welcome ...
Yah, ini ide dari tahun lalu tapi kesannya pasaran jadi cuma ada di draf.
#dirumahaja sambil baca #drarry
Happy reading :)
☆☆☆
"Debby, cepat suruh Harry turun, anak itu lama sekali." Lily Potter menyuruh pengasuh anaknya.
Harry James Potter, nama lengkapnya. Putra tunggal dari James Charles Potter dan Lily Potter neè Evans yang sekarang sudah berumur lima belas tahun.
"Nyonya, Tuan Muda tidak ingin sekolah." Debby melapor.
"Baiklah, kau urus ini, Debby. Jangan lupa siapkan kotak makan Harry dan lanjutkan sarapanmu, James." Kata Lily dan segera menaiki tangga menuju lantai dua tempat kamar anaknya berada.
Lily mengetuk dahulu sebelum masuk, ia melihat Harry yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.
"Aku tidak mau sekolah." Kata Harry.
"Tidak mau? Tapi kau sudah memakai seragammu." Ujar Lily dengan sedikit candaan.
"Terpaksa." Harry menjawab ketus. Sebenarnya pura-pura ketus karena yang diajak bicara adalah ibunya.
Lily mendekat dan duduk di samping Harry, "Arry, sekolahnya bagus. Kau belum pernah ke sana jadi tidak tahu."
"Tetap tidak mau. Aku sekolah di Amerika saja tinggal bersama kakek dan nenek."
Lily mendesah, ini akibatnya kalau Harry terlalu lama menetap di New York bersama ibu dan ayah mertua.
"Arry, kita sudah bahas ini bulan lalu."
"Aku tidak mau, semua temanku ada di New York bukan London."
"Kau bisa berteman dengan tetangga di depan rumah, dia seumuran dengamu." Ujar Lily penuh pengertian.
"Ayah mereka bawahannya Dad, pasti mereka akan berpura-pura baik padaku."
"Arry, tidak boleh menuduh seperti itu!" Lily menegur kebiasaan Harry yang suka bicara ceplas-ceplos.
"Maaf." Kata Harry benar-benar menyesal.
"Ya sudah, kalau tidak mau sekolah silahkan lepas seragammu. Mommy sudah tidak tahu harus bagaimana lagi kepadamu." Lily berujar emosi lalu pergi dari kamar Harry.
Harry merasa bersalah, ia menyesal dan tidak enak membuat ibunya marah seperti itu. Harry jadi merutuki mulutnya yang asal bicara tanpa di saring lebih dulu. Sekarang sudah jam tujuh lebih tiga puluh menit. Sekolahnya masuk jam delapan tiga puluh, tapi harus berangkat paling lambat jam tujuh lebih empat puluh lima. Itu sudah menjadi aturan dari Lily Potter.
Jadi, Harry dengan terpaksa, memakai sepatunya dan memasukkan inhalernya ke dalam tas lalu turun. Ia berniat berbaikan dengan ibunya. Tak apalah dia terpaksa asal ibunya senang.
Harry tiba di meja makan dengan murung, tidak menjawab sapaan ayahnya.
"Susu saja." Kata Harry saat Debby mengoleskan selai coklat di roti tawar.
"Kau berangkat diantar Arthur bersama ketiga anaknya, satu sekolah juga denganmu." Kata James.
Arthur Weasley adalah supir pribadi baru ayahnya yang entah kenapa sekarang menjadi supir Harry.
Harry tidak merespon, pura-pura tuli. Ia meminum susunya sampai setengah gelas saja. Lalu berangkat tanpa pamit. Ingat, dia sedang marah, ngambek atau apalah itu.
"Selamat pagi, Tuan Muda." Sapa Arthur sambil membukakan pintu untuknya.
Harry memaksakan senyum, "pagi Mr. Weasley. Panggil Harry saja, aku tidak suka di panggil tuan."

KAMU SEDANG MEMBACA
A.B.O
FanfictionDunia mengalami sedikit perubahan dengan adanya 3 status. Alpha, Beta, Omega. Status yang sudah tertanam dalam diri manusia sejak di dalam rahim, tidak akan bisa di ubah bagaimanapun caranya "Draco Malfoy is asshole." Harry J. Potter. "Harry Potter...