4

2K 278 8
                                    

Bip. Bip.

"Clear"

Petugas itu menoleh kepada rekan satu timnya, lalu mengangguk. Namjoon bisa mengetahui dari balik maskernya, bahwa pria yang tadi mengecek Namjoon tersenyum.

"Bus akan menjemput kalian dalam waktu 2 jam lagi. Selama 2 jam, kalian dilarang keras untuk keluar dari ruangan ini."

Petugas itu memberi jeda, "Selamat menikmati perjalanan ke Sokcho"

Namjoon menghembuskan nafas lega, karena tidak satupun dari mereka yang terjangkit flu.

"Baik, terimakasih banyak"

Tim yang berjumlahkan 3 orang itu mengangguk, lalu sesegera mungkin meninggalkan apartemen Namjoon.

Namjoon membalikkan badan. Terlihat raut wajah lega, serta takut diwajah mereka.

"Kenapa kalian terlihat takut?"

Hoseok menelengkan kepalanya, "Aku hanya... merasa aneh"

Namjoon memandangi Hoseok, "Aneh?"

Hoseok mengalihkan pandangannya, lalu memandangi matahari siang kota Seoul.

"Hanya... aneh. Kita seperti diasingkan, tidakkah kau merasakannya? Pergi ke tempat yang tidak kita kehendaki"

Ya, Hoseok benar. Dan Namjoon tidak akan berbohong, bahwa ia merasa sedikit gugup. Meninggalkan apartemennya, barang-barangnya, sesuatu seperti mengganjal di dadanya.

"Kita tidak bisa melakukan apa-apa, Hoseok"

"Ya.., aku tau"

Hoseok mengangguk lesu, "Aku akan membantumu membereskan barang-barang"

Yoongi sudah sejak tadi mencuci perlengkapan dapur, dan Jungkook terlihat murung di sudut, menatap keluar jendela.

Bocah itu tidak bisa berhenti memikirkan Taehyung.

"Yoongi, kau sudah membawa sertifikat pentingmu kan?"

Yoongi menoleh kearah Namjoon, "Ya, aku tidak akan melupakan itu. Hoseok?"

Hoseok juga mengangguk, "Siap."

"Bagus" Namjoon mengangguk-anggukkan kepalanya, "Aku harus berkemas"

..

Seokjin merebahkan badannya, merasa sangat lega pemeriksaan itu telah usai.

Petugas itu sungguh menakutkan, tetapi ramah.

"Aku tidak ingin pergi"

Jimin meneliti lantai, pandangannya kosong, "Aku tidak ingin meninggalkan rumah..."

"Jimin"

Seokjin mendekati Jimin, "Kita harus melakukan prosedur"

Jimin menggeleng, "Tentu, tentu kita akan melakukan prosedur. Tapi... aku hanya merasa aneh. Sokcho? Aku bahkan belum pernah kesana"

"Karena pemerintah melarang, Jimin. Kota mati itu memang sengaja diisolasi untuk hal-hal diluar dugaan seperti ini"

Seokjin mengelus punggung Jimin dengan lembut, "Tetaplah bersamaku, Jimin. Kita akan baik-baik saja"

Jimin memandang kakaknya penuh haru, air matanya sudah siap untk menetes dari pelupuk matanya, "Siapa yang mau berpisah denganmu?!"

PandemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang