19

1.5K 195 8
                                    

"Yugyeom"

Namjoon menghampiri Yugyeom yang sedang membersihkan tendanya, "Ada apa?"

"Aku perlu bicara padamu"

Yugyeom mengernyitkan dahinya, "Ada apa?"

"Siapa penanggung jawab tempat pengungsian ini?"

Yugyeom tampak berpikir, lalu menggelengkan kepalanya, "Tidak ada"

"Apa kau bercanda?"

"Tidak. Pengungsian ini murni hasil kerja gotong royong, Namjoon"

Namjoon menggelengkan kepalanya, "Ya, memang murni gotong royong. Tetapi pasti ada satu orang yang memprovokasi kegiatan ini terlebih dahulu, kan?"

Yugyeom berpikir sesaat, lalu menatap Namoon tajam, "Sandeul"

Itu nama terakhir yang Namjoon harapkan keluar dari mulut Yugyeom.

"Ah..," Namjoon mengusap wajahnya, "Haruskah aku berbicara padanya lagi? Aku muak padanya"

"Apakah ini penting? Yugyeom berujar sambil mengambil sampah plastik untuk dibuang.

"Sayangnya, ya."

"Kalau begitu, kau harus berbicara padanya"

"Tidakkah aku bisa berbicara padamu dan kau menyampaikannya ke Sandeul?"

Yugyeom mendesah keras, "Apa kau anak berumur 2 tahun? Berbicalah padanya sendiri"

"Keparat"

Namjoon menendang debu tanah di bawahnya, lalu berjalan gontai untuk mencari Sandeul.

Sandeul sedang berada di tempat penjemuran baju, ia sedang menjemur beberapa pakaiannya saat Namjoon berjalan kearahnya.

"Sandeul"

Sandeul terlonjak kaget, "Sial. Kau mengagetkanku"

Namjoon melirik kearahnya dengan sinis, dan enggan berbicara kepada Sandeul.

"Ada apa?"

Pemuda itu tampak santai, dan Namjoon dapat merasakan bahwa Sandeul sudah tidak lagi merasa bersalah dengan kejadian yang kemarin ia lakukan. Oh, sial. Namjoon ingin mencekiknya karena ia tidak tahu malu.

"Aku ingin membicarakan sesuatu padamu"

Sandeul mengangkat satu alisnya, "Apa itu?"

"Seokjin memberitahuku kau menghubungi Taehyung saat sedang mencari bahan makanan, apa itu benar?"

Sandeul mengangguk, "Ya, benar. Apa ada yang salah?"

"Tidak, tidak. Aku tidak akan berterimakasih padamu karena sudah menghubungi Taehyung"

Sandeul menyeringai, "Aku melakukan itu hanya untuk Seokjin"

Namjon mengeraskan ekspresi wajahnya, "Jangan berbicara seolah-olah kau telah melakukan hal yang baik untuk Seokjin. Kau hanya menyakitinya"

Sandeul mengangguk, "Aku tahu. Sekarang, apa yang ingin kau bicarakan?"

Namjoon menimbang-nimbang, "Kau menghubungi Taehyung menggunakan telepon kabel yang terpasang di salah satu gedung. Tidakkah kau berpikir tindkanamu itu sangat gegabah?"

"Apanya?" Sandeul tampak tidak mengerti.

"Lulusan dokter macam apa yang tidak mengerti ini? Berapa IQ-mu?"

Sandeul tersenyum mengejek, "Memangnya IQ-mu berapa? Kau lulusan apa? Apa pekerjaanmu?"

"148, Aku lulusan jurusan Teknik Mesin, dan aku adalah seorang dosen di Universitas Konkuk"

PandemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang