14

1.7K 199 16
                                    

Namjoon mencabut pisau dari lengan Jinyoung, pisau tersebut berlumuran darah, dan teriakan Jinyoung sangat memekakan telinga.

Namjoon dengan  cekatan mengiris tali yang mengikat tangan, dan kaki Seokjin. Namjoon membuka ikatan di mulut Seokjin. Seokjin membuka mulutnya lebar-lebar, menghirup oksigen sebanyak mungkin seakan besok oksigen akan selamanya menghilang.

Namjoon membenarkan kaos abu-abu Seokjin yang sedikit turun dari pundaknya, karena Jackson sempat menariknya, memaksa Seokjin untuk melepas bajunya.

Keparat.

Namjoon menggenggam pergelangan tangan Seokjin, segera menariknya keluar, lalu bergegas mengambil tas yang Namjoon letakkan di etalase dapur.

Mereka berlari secepat mungkin, meninggalkan bangunan tua itu. Tempat mereka berlindung untuk beberapa hari.

Seokjin tidak mengetahui pukul berapa saat itu, tetapi bulan tepat berada diatas kepala mereka, cukup menyinari jalan setapak yang mereka lalui.

Seokjin terengah-engah, ia berjongkok, membuat Namjoon membalikkan badannya, merasa khawatir.

"Seokjin?"

Seokjin tidak menjawab Namjoon. Ia masih sibuk menghirup udara, lalu memukul-mukul dadanya pelan.

"Biarkan... aku... istirahat... sebentar...,"

Namjoon ikut berjongkook disebelah Seokjin, napasnya menderu hangat, menyapu kulit wajah Seokjin.

"Kau baik-baik saja, Jin?"

Seokjin mengangguk. Ia tidak mampu menjawab pertanyaan Namjoon.

"Namjoon, bagaimana denganmu? Darimana kau mendapat kekuatan sebanyak itu?!"

Seokjin sedikit memekik, Namjoon bisa merasakan keterkejutan di dalam suaranya.

"Aku hanya tidak bisa melihat mereka memperlekakukanmu sesuka hati mereka. Aku tidak bisa. Aku harus menyelamatkanmu"

Ditengah napasnya, mata Seokjin sedkit berkaca-kaca, "Aku takut..."

Perlahan, bahu Seokjin bergetar. Menangis.

Namjoon terkesiap, lalu ia dengan cepat memeluk Seokjin. Isakannya cukup membuat hati Namjoon tersayat. Seokjinya takut.

"Seokjin..."

Seokjin menenggelamkan wajahnya di leher Namjoon. Suara jangkrik di tengah hutan itu membuat suasana malam semakin mengerikan, bersama dengan tangisan Seokjin yang menyakitkan untuk didengar.

Namjoon membencinya.

"Aku t-tidak tau jika kau.., jika kau tidak menyelamatkanku..."

Seokjin tidak mampu menyelesaikan kalimatnya, ia terus terisak. Namjoon hanya bisa mendekap Seokjin dengan erat, berusaha membuatnya tenang untuk sesaat.

"Seokjin, tidak apa-apa. Kau selalu bisa mengandalkanku. Aku disini"

Seokjin mendongakkan kepalanya, memandang tepat kearah mata Namjoon. Seokjin bisa membaca ketakutan dimatanya.

Oh, Namjoon.

..

26 Mei 2010

Akhir-akhir ini, mereka sudah melihat banyak pembunuhan. Mereka sudah melihat banyak penembakan.

Jungkook selalu terguncang tiap kali suara tembakan cukup jelas terdengar dari area terlarang. Ya, area terlarang itu adalah tempat mereka menembaki orang-orang yang terjangkit flu.

PandemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang