20

1.6K 200 7
                                    

Seokjin menepikan mobilnya, lalu turun dari mobil. Seokjin sudah berkendara cukup jauh, dan sialnya, bensin mobilnya habis.

"Keparat."

Seokjin turun dari mobilnya, melihat keadaan sekitar.

"Oh?" Mata Seokjin berbinar terang, ia melihat seekor kuda jantan yang sangat cantik sedang diikat.

Seokjin mendekati kuda tersebut, lalu megusap kepalanya pelan.

"Halo, cantik"

Seokjin tersenyum girang, dan kuda jantan tersebut menggerak-gerakkan ekornya dengan gembira.

Seokjin menelaah tempat itu, dan Seokjin sadar bahwa mobilnya mogok tepat di depan sebuah peternakan. Peternakan itu cukup lebar, dan kuda jantan yang Seokjin temui berada di luar peternakan, diikat dengan sebatang kayu yang tertanam ditanah, dan peternakan itu diitari oleh pagar-pagar kayu gelondongan yang cukup besar dan juga kokoh.

Tetapi peternakan itu terlihat kosong.

Seokjin masuk ke dalam peternakan tersebut, mengecek apabila ia bisa menemukan hewan ternak yang lain. Ternyata, peternakan itu benar-benar kosong dan hanya menyisakan satu kuda jantan yang diikat di luar peternakan.

"Apa kau tidak kedinginan?"

Kuda jantan itu hanya menhentak-hentakkan kakinya, sambil menyentuh pipi Seokjin menggunakan moncongnya.

"Manisnya"

Seokjin sangat senang dapat melihat kuda jantan berwarna coklat tersebut. Seokjin mengawasi tempat itu. Hanya ada satu bangunan peternakan. Sisanya, tempat itu dikelilingi berpetak-petak sawah, dan ditumbuhi rerumputan dan tumbuhan hijau. Berhubung ini musim semi, pikir Seokjin.

Seokjin dapat menikmati udara segar, dan padi yang tumbuh disekitarnya benar-benar indah bak permadani hijau.

"Ah..." Seokjin mengerang, ia melihat kembali lukanya yang cukup parah.

Seokjin yakin luka bekas tembaknya seharusnya diberi jahitan, tetapi Seokjin bukan seorang dokter, jadi dia hanya akan membiarkannya.

Walaupun Seokjin tahu ini akan meninggalkan bekas luka, dan juga keloid.

Seokjin bergeming. Ia tampak berpikir keras.

Bensin mobilnya sudah mati total, dan Seokjin tidak menemukan tempat untuk berlindung.

"Sialan"

Ide gila muncul di kepala Seokjin. Ia mencoba menghidupkan mesin mobil lagi, berkali-kali, dan akhirnya ia bisa menghidupkannya.

Seokjin terlonjak gembira, dan cepat cepat memposisikan mobilnya, lalu memasukkan mobilnya ke dalam peternakan tersebut.

Seokjin mempehatikan seisi peternakan tersebut. Hanya ada beberapa kandang kosong, dan tumpukan-tumpukan jerami.

Setidaknya, ini bisa menghangatkan mereka.

Seokjin membuka pintu mobil di sebelah kursi penumpang, Namjoon masih tidak sadarkan diri.

"Kau akan baik baik saja"

Seokjin membuka tasnya, ia mengeluarkan satu selimut untuk dijadikan alas di bak belakang. Seokjin menggelarnya, lalu menatanya agar tempat tidur sementara mereka itu nyaman dan rapi.

Seokjin menarik lengan Namjoon, lalu menyeretnya ke bak belakang tersebut.

"Astaga, berapa sebenarnya berat badanmu?!"

Seokjin dengan kewalahan memposisikan Namjoon, dan akhirnya Namjoon berhasil terbaring dengan sempurna disana.

Seokjin dengan hati hati membuka bajunya, mengecek apabila Namjoon memiliki luka ringan disana. Seokjin menemukan memar di perutnya, Seokjin ingat betul aparat itu menendang perut Namjoon cukup keras.

PandemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang