13 Juni 2010
Seokjin menuntun Brown dengan tali kekangnya, ia menjilat ludahnya sendiri. Karena nyatanya, ialah yang menyerah dan meregangkan otot-otot pinggangnya sembari mendesah keras.
Seokjin memutuskan untuk turun dari punggung kuda jantan tersebut, lalu Seokjin memindahkan tali kekangnya kedepan, dan membiarkan Brown berjalan dibelakangnya.
Tentu saja, Namjoon mengikuti langkah Seokjin dibelakangnya dengan tenang.
Mereka sudah berjalan cukup jauh, bahkan mereka sekarang tengah berjalan ditengah gelapnya malam. Selama Seokjin dan Namjoon melarikan diri, mereka tidak pernah bertemu dengan terangnya penerangan yang dihasilkan oleh listrik lagi.
Dan mata mereka sudah terbiasa degan gelapnya malam.
"Kau tahu, Namjoon?"
"Mhm?"
"Aku selalu suka melihat langit seperti ini"
Seokjin melayangkan pandangannya kearah cakrawala yang tinggi, memandangi kelap-kelip bintang.
Simpelnya, bintang. Tetapi benda yang berkelap-kelip itu mungkin saja planet, atau mungkin Phobos dan Deimos yang sedang berevolusi mengelilingi Mars, Komet Halley yang sedang bergerak dan berpendar tergesek dengan atmosfir bumi, bahkan satelit Sputnik 1 yang mengitari bumi, Seokjin tidak tahu.
"Maksudku, siapa yang tidak menyukai pemandangan yang sangat indah seperti ini?"
Namjoon terkekeh, "Tunggu saja hingga kau melihat Aurora Borealis,"
Namjoon mengulum bibirnya, "Pemandangannya tidak kalah indah dengan galaksi bimasakti yang saat ini sedang kau kagumi"
Seokjin berjengit, "Kau pernah melihatnya? Aurora Borealis?"
"Ya,"
Mata Seokjin berpendar, "Benarkah?"
Namjoon tersenyum tipis, "Aku serius. Tetapi saat itu aku masih sangat kecil. Biar kuingat-ingat dulu..,"
Namjoon memutar bola matanya, memandang ke atas, "Sepertinya waktu aku berumur 10 tahun. Aku pergi berlibur bersama keluargaku ke Skandivania Utara"
Seokjin mengibaskan tangannya, "Skandi-- apalah itu. Tapi terdengar menarik"
"Kau mau mengunjungi tempat itu bersamaku suatu saat nanti?"
"Apakah kau barusan mengajakku berlibur?"
Namjoon tergelak, "Kurasa, ya. Sepertinya akan menyenangkan menghabiskan waktu luangku bersamamu"
Seokjin mengendus. Liburan. Seokjin bahkan jarang sekali melakukan aktivitas yang dinilai menyenangkan bagi semua orang. Seperti apa rasanya? Seokjin tidak tahu.
"Aku tahu,"
Namjoon tiba-tiba menyondongkan badannya kearah Seokjin, "Maka dari itu, aku akan mengajakmu berlibur, Seokjin. Liburan sungguh menyenangkan"
Seokjin berjengit karena Namjoon dapat membaca pikirannya begitu saja.
"Kau ini apa? Cenayang?"
"Kekasih yang sangat kau cintai"
Seokjin mencibir, "Memangnya kau dan aku pernah secara resmi menentukan tanggal jadi kita? Sepertinya tidak"
Namjoon mengedikkan bahunya, "Itu terjadi begitu saja. Kau dan aku sama-sama memiliki perasaan yang sama, Seokjin. Aku bahkan rela menerjang puluhan peluru yang mencoba untuk menembus badan indahku demi kau"
"Cih," Seokjin melengkukngkan bibirnya, "Kau bodoh"
"Sama-sama, Seokjin"
Namjoon menggapai tangan pria itu lalu menggigitnya dengan cukup keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pandemi
Fanfic[COMPLETE] Dunia diambang kepunahan, begitu juga Kim Namjoon. Ia hanya putus asa, dan berharap dirinya mati ditengah pandemi ini. Tapi, tidak. Tidak setelah pria bernama Kim Seokjin datang menangkup wajahnya dengan senyum yang merekah. "Ayo kita ber...