15

1.6K 194 6
                                    

Begitu kegelapan menyerbu, yang bisa aku pikirkan hanyalah dirimu.

Dirimu yang selalu memberi dekapan, sembari menggendingkan nada-nada abstrak ciptaanmu.

Tak pernah menyangka bahwa aku akan menaruh hati pada seseorang sepertimu.

Rasa ketergantunganku tumbuh semakin besar tiap harinya.

Dan aku takut.

Takut apabila aku tak bisa lagi menemukan diriku yang tersesat di dalam lubuk hatimu.

..

Seokjin menutup matanya lekat-lekat, ia tak mampu membuka matanya. Seluruh tubuhnya gemetar hebat, ia tau, ia akan berakhir disini, saat ini.

Tidak akan ada yang membantunya.

BUK!

Seokjin mengernyitkan dahinya.

Tidak terjadi apa-apa.

Perlahan, Seokjin membuka matanya. Ia terkesiap melihat tubuh tentara itu tergeletak tanpa tenaga di tanah.

Seokjin mengalihkan pandangannya, dan ia melihat pemuda berkacamata dengan baju yang sedikit lusuh di hadapannya.

"Halo" sapa pemuda itu.

Seokjin tidak menjawabnya. Ia takut. Ia masih takut pasca para penjarah itu membekapnya di bangunan tua itu.

Seokjin melangkah mundur saat pemuda itu mencoba mendekati Seokjin, membuatnya terheran-heran.

"Tidak, tidak. Aku tidak akan menyakitimu"

Pemuda itu merentangkan kedua tangannya, "Lihatlah. Aku sama denganmu. Pakianku lusuh dan aku terlihat menjijikkan"

Pemuda itu tersenyum tipis, "Kau hendak kemana?"

Seokjin masih bergeming, membuat pemuda itu mendesah, lalu mengangguk mengerti.

"Sepertinya kau telah melewati hal yang menakutkan, ya?"

Ya, tentu saja Seokjin tau. Dan Seokjin sangat tau bagaimana kondisi kejiawaanya sendiri. Seokjin adalah seorang psikolog yang telah pensiun.

Seokjin mundur selangkah lagi, lalu membungkukkan badannya kearah pemuda itu, "Terimakasih. Aku... akan pergi"

Seokjin membalikkan badannya, tetapi pemuda itu menahannya, "Tunggu!"

Seokjin terkesiap. Seokjin terlonjak, dan pemuda itu menyadarinya. Ia segera melepaskan genggamannya.

"Jangan pergi dulu,"

Pemuda itu menjauhkan dirinya, seakan bisa membaca gerak-gerik Seokjin.

"Kau akan kemana? Kau sendirian? Akan sangat bahaya jika kau berjalan di kota sendirian seperti ini"

"Aku... tadinya bersama teman. Tapi kita berpisah"

Pemuda itu menaikkan satu alisnya, "Berpisah?"

Seokjin mengangkat bahunya, "Masalah pribadi"

Pemuda itu tertawa renyah, "Kau sangat realistis. Berpisah ditengah keadaan yang mencekam seperti ini hanya karena masalah pribadi?"

Pemuda itu jelas-jelas sedang melontarkan sarkasme. Dan Seokjin tidak menyukainya.

PandemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang