12

1.8K 209 7
                                    

Seokjin berderap, langkah demi langkah. Sesekali ia menoleh kearah Namjoon yang berjalan dengan santai dibelakangnya. Pemuda itu cukup berkeringat, membuat Seokjin terpesona dengan auranya yang sangat kuat.

Dalam keadaan pucat dan sakitpun, Namjoon tetap terlihat seksi dimata Seokjin.

Apakah itu hal yang seharusnya Seokjin pikirkan saat ini?

"Kenapa kau terus menoleh kebelakang?"

Seokjin menggelengkan kepalanya keras, "Tidak, tidak apa-apa"

Namjoon menyeringai, "Kau rindu padaku?"

"Oh demi Tuhan," Seokjin tertawa mengejek, "Kau berada disampingku seharian ini, Namjoon. Jangan berbicara yang tidak-tidak"

Namjoon hanya melengkungkan garis bibirnya.

Seokjin tidak menyangka akan ada jalan aspal yang cukup lebar ditengah hutan itu, mereka menyusurinya pelan-pelan.

"Mengapa ada jalan aspal disini?" Seokjin bertanya-tanya

"Apakah kau terlalu sibuk hingga tidak pernah kesini, Seokjin?"

Seokjin mengernyitkan dahinya, "Apa? Ada apa?"

"Ini Taman Nasional Seoraksan"

Ah, Seokjin tau.

"Oh, benarkah?"

Namjoon hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya, "Serius, kau tidak pernah kesini?"

Seokjin menggeleng.

"Kau sungguh mengenaskan" Namjoon melanjutkan kalimatnya, "Ini cagar alam yang sengaja dibuat oleh pemerintah. Tetapi sejak kota Sokcho dikosongkan oleh pemerintah demi membangun pekarangan-pekarangan itu, Taman Nasional Seoraksan ini ditutup, dan dibiarkan tumbuh dengan liar"

Seokjin masih terkagum-kagum dengan wawasan-wawasan umum yang Namjoon punya.

"Maka dari itu, kita sekarang sedang melangkah di salah satu akses jalan Taman Nasional Seoraksan. Setahuku, Taman Nasional Seoraksan terakhir beroprasi delapan tahun yang lalu, itu berarti 2002"

Namjoon benar. Jalan aspal itu sudah berlubang, lalu ditumbuhi tanaman menjalar yang tumbuh dengan liar. Beberapa diantaranya memiliki duri di batang-batangnya.

Tapi Seokjin tidak akan berbohong, pemandangan itu sangat indah. Jalan aspal yang kini sudah berlubang tersebut diapit oleh dua tebing tanah yang tidak terlalu tinggi. Diatasnya tertanam dengan baik pepohonan cemara liar. Sinar matahari menyeruak masuk melewati sela-sela dedaunan.

Seokjin sangat menyukai alam.

Seokjin dapat menghirup udara lembab, serta bau dedaunan basah sepanjang jalan. Aromanya sungguh menenangkan, Seokjin bisa mampu berada disana seharian untuk menikmati indahnya dunia saat itu.

Sejenak, Seokjin lupa bahwa mereka sedang melarikan diri dari segerombolan tentara, Seokjin lupa pemuda dibelakangnya yang ia cintai sedang mengidap penyakit yang mematikan.

Seokjin membangun sebuah pikiran baru di dalam kepalanya, mereka sedang pergi berlibur dan akan melakukan camping disini.

Indah sekali, gumam Seokjin.

"Kau tau, aku juga sangat menyukai alam, sama sepertimu," Namjoon memecah keheningan diantara mereka. 

"Tentu. Jika kau tidak menyukai alam, kau tidak akan mengambil ekstrakurikuler pramuka"

Namjoon tertawa kecil, "Kau tau apa yang jauh lebih indah dari pemandangan ini?"

"Apa?"

"Kau."

PandemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang