11

1.7K 216 15
                                    

Namjoon dengan susah payah menumpu berat badannya, tangan kanannya masih melingkar di leher Seokjin.

Seokjin beberapa kali menoleh kebelakang, memastikan tidak ada petugas yang menyadari keberadaan mereka.

Mungkin mereka akan memburu kita, gumam Seokjin.

Berita kehilangan mereka pasti akan menyebar ke beberapa pihak berwajib yang bertanggung jawab untuk menangani kota Sokcho. Seokjin tau, karena nama mereka sudah terdaftar jelas sebagai pengungsi kota Sokcho sejak awal mereka diungsikan dari Seoul.

Kali ini mereka sudah tidak berlari, Namjoon tidak lagi bertumpu pada Seokjin, ia memilih untuk berjalan cepat disisi Seokjin.

Mereka sudah berlari cukup jauh, bahkan perbatasan kota Sokcho sudah terlihat. Sial. Perbatasan kota dijaga ketat oleh tentara.

"Apa yang harus kita lakukan?" ujar Seokjin.

Namjoon menatap kearah perbatasan, lalu menyapu pemandangan tersebut. Pekarangan sudah tertinggal jauh dibelakang, sekarang hanya menyisakan jalan besar beserta bangunan-bangunan tua disebelah kanan dan kirinya.

Namjoon menoleh ke kanan dan ke kiri, mereka tidak mungkin menerobos perbatasan yang dijaga ketat oleh tentara tersebut. Mereka pasti akan dikirim kembali, dan lebih buruknya, ditembak mati.

Namjoon memicingkan matanya, memandang bangunan tua di sebelah kanannya. Namjoon tahu persis bangunan itu dulunya adala toko roti, karena terdapat beberapa alat pembuat roti dan papan nama.

"Kira-kira ada apa disana?" ujar Namjoon sambil menunjuk kearah bangunan tua tersebut.

Belum sempat Seokjin berbicara, beberapa tentara berderap kearah mereka. Namjoon dengan sigap menarik pergelangan tangan Seokjin kearah bangunan tua tersebut, lalu mendekap Seokjin dibawah meja kasir yang telah terbengkalai.

"Keparat, cepat temukan mereka!" bentak salah satu tentara tersebut, "Jika mereka berkeliaran di Sokcho, tembak mati saja mereka!"

Tenggorokan Seokjin tercekat.

"Keparat. Dokter bajingan itu memberitahu mereka!"

Jantung Namjoon berdegup dengan kencang. Tidak, jangan biarkan Taehyung masuk dalam permasalahan ini!

"Haruskah kita bunuh dokter itu?" tanya tentara lainnya.

Namjoon menegang. Tidak, keparat! Jangan Taehyung!

"Dengarkan aku baik-baik, sialan" napas tentara itu memburu, dengan suara beratnya yang semakin menakutkan jika terus didengar, "Kita tidak membunuh orang yang sehat. Orang yang steril. Tidak. Justru merekalah yang akan menumpu masa depan negara ini," sepatu boots tentara itu bergesekan dengan aspal, "Bunuh yang terjangkit. Hanya itu perintahnya. Lagipula, dia adalah seorang dokter yang sangat berguna. Kita tidak bisa membunuhnya, dan keluarganya. Justru pemerintah yang akan menghukum mati kita jika kita membunuh mereka, bajingan!"

Lalu tentara itu menjauh, mendorong tentara yang ia ajak bicara.

"Sekarang, cepat jari dua bajingan itu dan bunuh mereka ditempat. Cari mereka!"

Lalu dengan sekali perintah, para tentara itu berderap pergi, berpencar untuk memburu Namjoon dan Seokjin.

Namjoon melihat dari ujung meja kasir, dan menghembuskan napas dengan lega. Tentara tersebut tidak menyadari keberadaan mereka disini.

Namjoon mengalihkan pandangannya kearah Seokjin, pria itu sedikit shock akibat perbincangan tentara yang diluar dugaan tersebut.

Tatapannya kosong. Bibirnya bergetar ketakutan.

PandemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang