9

1.9K 212 14
                                    

Seokjin berada ditengah pekarangan, sendirian.

Tidak ada satu orangpun disana, Seokjin benar-benar sendiri.

Apa yang ia lakukan disana?

Seokjin menikmati terpaan angin kota Sokcho pada sore hari yang sangat sejuk, ia berharap Namjoon disebelahnya untuk menemani Seokjin.

Seokjin menatap badannya, ia memakai kaos warna cokelat, dengan celana training hitam. Seokjin memakai sneakers merk fila.

Apakah aku akan jogging?

Seokjin tersenyum riang, ia hendak berlari dan memulai joggingnya, tetapi ia mendengar suara-suara teriakan, suara-suara keputusasaan.

Suara-suara itu menggema diseluruh telinganya, memekakan gendang telinganya.

Mereka bilang, pemerintah tidak adil, pemerintah pilih kasih.

Seokjin dapat merasakan dendam yang bergejolak di dalam dirinya, Seokjin juga dapat merasakan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya.

Bukan rasa sakit secara fisik.

Tetapi rasa sakit yang ada di dalam dada.

"Kita akan datang ke Sokcho!"

"Kita harus meruntuhkan Sokcho!"

"Bunuh mereka semua dengan wabah sialan ini!"

Seokjin menutup telinganya erat-erat, ia hendak menangis saat itu juga. Seokjin berusaha keras untuk mengabaikan suara-suara tersebut, tetapi Seokjin tidak bisa.

Dan pada akhirnya, Seokjin terduduk, kehilangan kendali.

..

15 Mei 2010

Seokjin terduduk, napasnya memburu, bulir-bulir keringat meluncur dengan deras di antara pelipis dan dahinya.

Mimpi, hanya mimpi.

Seokjin berusaha untuk mengatur napasnya kembali, tenggorokannya terasa sangat kering. Mimpi itu menguras tenaganya begitu banyak.

Seokjin mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mengumpulkan nyawanya untuk beberapa saat.

Lalu, Seokjin menapakkan kakiknya di lantai, dan bergegas turun kebawah untuk meminum segelas air.

Setidaknya itu akan membantu.

Apa yang baru Seokjin mimpikan?

Seokjin bahkan tidak ingat.

Seokjin hanya merasakan perasaan sakit, putus asa, ketakutan, dan kepanikan di dalam dirinya.

Sialan, aku tidak bisa mengingat mimpiku sendiri.

Seokjin sudah sangat sering seperti ini. Ia akan melupakan mimpinya, dan tidak mengingatnya sama sekali. Tetapi nanti, jauh setelah Seokjin bermimpi, Seokjin akan mengalami deja vu.

Dan Seokjin benar-benar sering mengalami deja vu.

Itu artinya, banyak mimpinya yang menjadi kenyataan, tanpa Seokjin sadari, hingga ia mengalami deja vu.

Seokjin berjalan gontai kearah dapur, perasaannya begitu gelisah. Seokjin tidak pernah terbangun tiba-tiba dengan keadaan sekacau ini, dan ia sangat khawatir. Khawatir karena mimpinya yang tidak mampu ia ingat ini akan menjadi kenyataan, walaupun Seokjin tidak tau mimpi macam apa yang sedang ia hadapi.

PandemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang