05.

1.1K 133 3
                                    

Gun membuka matanya pelan. Kepalanya sakit dan perutnya bergejolak. Ia kembali merapatkan matanya, mencoba menerima rasa sakit di sekujur tubuhnya, terutama di bagian belakang kepalanya. Lima menit, lalu ia sudah bisa mentolelir rasa sakit itu.

Gun mencoba bangkit dari matras empuk tempatnya berbaring. Namun saat ia duduk, ia merasakan mual menyeruak dari perutnya. Ia hendak memuntahkan isi perutnya saat sebuah baskom di sodorkan di depan mukanya. Dengan cekatan ia menyambar baskom itu dan memuntahkan air pahit yang mungkin diproduksi empedunya.

"Setetes saja kau mengotori tempat tidurku dengan muntahanmu, aku akan membenturkan kepalamu ke dinding agar kau tidak bisa mengingat lagi siapa dirimu"

Gun menyeka mulutnya dengan bagian belakang tangannya. Ia menoleh pada suara laki-laki yang duduk di tepi tempat tidurnya. Laki-laki itu memandangnya dengan tajam. Kedua tangannya dilipat di depan dadanya. Siapa dia? Kenapa dia ada di tempat tidurnya?

Tempat tidurnya? Eh ... tunggu dulu ...Gun menoleh mencoba melihat ke sekelilingnya. Ini bukan kamarnya.

"Er ... kamu ada di rumahku, KAMARKU, jadi jangan coba macam-macam!" laki-laki itu mengambil baskom dari tangan Gun dan beranjak keluar kamar. Gun masih tidak mengerti, ia memejamkan matanya mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam.

Ia mendengar suara toilet di flush. Sesaat kemudian laki-laki tadi kembali masuk ke dalam kamar dengan baskom yang sudah dicuci, dan meletakkannya di bawah tempat tidur.

Kemudian ia menuju meja di samping pintu untuk mengambil segelas air putih dan tablet obat.

"Untuk mengurangi efek alkohol, dan untuk luka di kepalamu" serunya sambil menyerahkan dua buah pil kepada Gun. Gun tidak bereaksi.

"Ambil! Jangan manja. Kau sudah merepotkanku semalaman, jadi lebih baik kau minum obat ini sendiri atau aku akan menjejalkannya ke mulutmu"

"Hei, kenapa kau marah-marah terus sih! Kalau kau tidak mau membantuku, seharusnya kau tinggalkan saja aku di gang itu!" seloroh Gun yang mulai mengingat dimana ia terakhir kali berakhir.

Off mengangkat kedua alisnya tidak percaya. Dasar anak tidak tau diuntung! Semalaman ia merawatnya, membersihkan badannya, mengganti bajunya, merawat luka di kepalanya, dan beberapa lebam di badannya, dan walaaaa .... dengarlah mulut pedas bocah tidak tau berterima kasih ini.

Off menyambar tangan mungil itu dan menaruh gelas air putih itu di tangan kanannya dan kedua butir tablet di tangan kirinya.

"MINUM!" serunya sambil membelalakkkan kedua matanya sebelum berbalik berjalan keluar. Ia membanting pintu di belakangnya saat keluar kamar.

'Hhhh .....Off Jumpol sabar!' serunya menarik nafas panjang. Ia bingung kenapa ia sangat kesal. Apa karena mulut sialan anak itu atau karena ia khawatir melihat tubuh kecil itu.

"Off! Kenapa pagi-pagi kau sudah marah-marah?!" Mae berteriak dari bawah.

Off menuruni tangga menuju toko.

"Kau ini kenapa?" Off tidak menjawab, ia duduk di kursi depan dan mengenakan sepatu converse putihnya. Kalau diingat-ingat Mae selalu saja mengomelinya. Bahkan dulu saat dia jatuh atau berkelahi dan pulang babak belur, bukannya menangis iba, Mae malah mengomelinya habis-habisan meskipun sambil merawat lukanya. Apakah itu yang sedang ia lakukan sekarang. Off bangkit dari kursi.

"Mau kemana sepagi ini?" tanya Mae sambil memasukkan belanjaan seorang pelanggan ke dalam kantong plastic.

"Mae ... kau ini beruntung sekali setiap pagi melihat anak laki-laki yang sangat tampan." Goda wanita paruh baya yang sedang berbelanja.

"Kalau kau mau aku bisa menukarnya dengan anakmu!" jawab Mae

"Oi ..Mae!" seru Off pura-pura terluka.

"Lihat saja kelakuannya, sepagi ini sudah membanting pintu dan sekarang mau pergi entah kemana." Gerutu Mae.

"Aku hanya akan membeli bubur coge sebentar. Apa Mae mau sesuatu dari pasar? Aku bisa membelikannya." Jawab Off.

"Tsk ... sudah pergi pergi sana, tidak usah berpura-pura manis di depan pelanggan!" Off hanya tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya. Ia keluar toko dan menuruni tangga di depan tokonya. Saat sampai di tempat sampah besar tempat ia menemukan anak itu semalam, ia berhenti sejenak. Seperti dugaannya, aka nada barang yang jatuh dari anak itu karena saat merawatnya semalam, anak itu tidak membawa apapun. Off memungut dompet kulit berwarna coklat yang terjatuh di dekat roda tempat sampah.

'Untung saja petugas kebersihan libur di hariminggu. Kalau tidak mereka pasti sudah memungutnya.' Pikir Off. Ia memasukkandompet itu ke dalam tas selempang yang di bawanya. Ia akan memberikannya nantisaat kembali ke rumah. 


a/n WHO LOVE MEAN PAPIII?!! all the fangirls screaming in mahead (sorry i am the loudest ha ha ha). sorry i just too excited! please leave me some good and mean comments so i can write better. thank you ....

My Little DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang