09.

1K 129 4
                                    


oit oit! 18+ zone here. you virgin teenager just move to the next chapter that i didnt write yet hahaha. well i know you all sinner who have been waiting this chapter, so suit your self, i did my warning tho :P 


[flashback to that damn night]

Off mencoba melepaskan jaket denim dari laki-laki mungil yang sudah tidak sadar itu. Kepalanya berayun ke kanan dan kekiri saat Off dengan susah payah menarik jaket sempit itu dengan satu tangan sementara tangan kirinya mencoba menopang tubuh mungil di depannya.

Off merebahkannya di tempat tidurnya sebelum meletakkan jaket denim itu sebagai alas kepala anak tersebut. Tentu saja ia tidak ingin bekas-bekas darah mengotori bantal dan spreinya.

Off menarik napas panjang. Dalam hatinya yang sedang kacau ia merutuki tindakannya untuk membawa anak itu ke tempat tidurnya. Tapi pilihan apa lagi yang dimilikinya? Meninggalkannya di depan tokonya? Membawanya ke puskesmas atau kantor polisi dengan resiko ia akan ditanyai ini itu, harus menunggu disana untuk administrasi bla bla. Persetan. Maka ia memutuskan untuk membopong nya ke lantai dua.

Tubuh mungil itu kini terbaring di tepi ranjangnya yang tidak begitu besar. Matanya terkatup dan nafasnya masih berpacu dengan mimpinya. Off melipat lengan kaos pendeknya hingga pangkal lengannya, sehingga ia akan lebih mudah menaggalkan sisa pakaian anak ini. Toh bagian sulitnya (jaket denim) sudah terlewati.

Dengan sigap Off melepaskan sepatu dan celana jins anak itu. Tidak sulit.

'Next ... kaos ...'

Off mengangkat kaos putih tipis itu, melewati perut, dada, dan dengan cekatan mengeluarkan tangan anak laki-laki itu bergantian dari masing-masing lengan baju. Kini kaos putih itu terlipat seperti kalung di leher anak laki-laki itu. Off mendekatkan diri untuk mengangkat kepalanya pelan dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya berusaha meloloskan kaos itu dari kepala mungil itu. Kerah kaos itu tidak terlalu lebar sehingga Off harus sedikit menariknya kuat, menyentakkan kepala anak itu, dan saat kaos itu terlepas, kepalanya terkulai ke sebelah kanannya sehingga tanpa senganya ujung hidung Off menyentuh bibir merah itu.

Off tersentak dan serta merta meloncat ke belakang. Hampir terjungkal, Off berpegangan pada pinggiran tempat tidur. Off menyentuh ujung hidungnya. Panas.

"Sat ..." lirihnya.

Saat itulah ia menyadari bahwa dirinya sedang menelanjangi seorang anak laki-laki yang baru dijumpainya dua kali. DUA KALI! Tubuh mungil itu terlentang lemas di tempat tidurnya, dengan celana pendek ketat warna hitam yang tersisa menutupi tubuh putih mulusnya. Beberapa goresan dan lebam yang masih basah terpampang disana sini. Namun goresan itu tidak bisa memungkiri kanvas putih yang menjadi dasarnya.

Off memejamkan matanya sejenak. Ini bukan pertama kalinya ia melihat laki-laki setengah telanjang. Ia sering pergi berenang dengan teman-temannya. Beberapa kali ia juga menginap di rumah Newie, dan tentu saja mereka akan dengan santainya berganti baju di depan satu sama lain tanpa canggung.

'Mungkin karena aku tidak mengenalnya maka aq canggung, ahhh... iya seperti itu!' Off menganggukkan kepalanya. Saat ini ia hanya ingin menyelesaikan kekacauan ini.

Off beranjak ke dapur. Diisinya baskom dengan air hangat dari dispenser dan diambilnya handuk kecil dari lemari pakaiannya.

Perlahan ia menyeka muka itu. Pipi dan dagunya kotor karena keringat, tanah, dan bercak darah.

"Ahh ....." desahan lirih keluar dari bibir merah itu, menghentikan gerakan Off sejenak. Ia menunggu sampai anak itu tertidur lagi. Mungkin air hangat itu membangunkannya sejenak tadi?

My Little DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang