07. ⭐️☀️

1.2K 136 7
                                    




"Khab kun karb" Gun menganggukkan kepalanya berterima kasih.

"Sekali lagi kau menciderai kepalamu, aku akan menggunduli rambutmu"

"Oii Phi!" Gun otomatis memegang kepalanya mencoba melindungi kepalanya.

"Gun, berhentilah mencari masalah! Apa kau tidak kasihan pada nenek?! Beliau memindahkanmu kesini agar kau bisa lebih focus belajar, sehingga bisa mengejar ketinggalanmu."

"Hhhhh ... Phi, katamu aku harus mencari teman dan bergaul dengan masyarakat lokal"

"Iya betul, MASYARAKAT LOKAL!! Bukan geng lokal!" Tay memukul lengan Gun pelan.

"Aku tidak mencari masalah kok. Apakah phi juga akan diam saja kalau melihat ada seorang yang dipukuli di belakang bar?"

"Ya tapi kau juga harus lebih pintar berhitung! Lihat apakah kau bisa menolongnya sendiri atau tidak! Bukannya malah menjadi samsak tambahan!"

"Mana aku tau kalau mereka memanggil teman-temannya! Padahal aku sudah hampir menang!"

"Oya?" Tay mengangkat sebelah alisnya.

"Iyaaa!!" mata Gun berbinar saat ia mulai menceritakan keseruannya menghajar tiga orang berandal yang mengeroyok seorang laki-laki yang sudah tersungkur di tanah. Meskipun berbadan ramping dan kecil, Gun cukup gesit saat berkelahi karena ia mengambil kelas muangtay sejak masih di bangku sekolah. Ketiga orang itu lari kelimpungan ke ujung gang. Gun tersenyum senang dan mencoba membantu si korban untuk berdiri, memapahnya ke ujung gang untuk mencari taxi. Saat itulah sekitar 15 orang (3 diantaranya adalah berandalan yang baru saja dihajarnya) menghadangnya di depan gang.

"Aku sudah mencoba melawan Phi, tapi mereka beringas sekali! Dan memukuliku dengan kayu! Untung aku bisa kabur."

"Lalu bagaimana nasib orang yang kau tolong tadi?"

"Oi Phi! Kenapa kau malah menanyakannya sih! Bukannya mengakhawatirkanku!"

"Kau khan sudah selamat, kalau tidak aku tidak bicara denganmu sekarang"

"Err... entahlah. Mungkin dia berhasil kabur karena mereka semua sepertinya mengejarku" jawab Gun malas. Ia mengelus bagian belakang kepalanya yang masih sakit.

Tay tersenyum. Ia menggeser tempat duduknya, untuk bisa melihat Gun lebih dekat. Ia mengelus sisi kiri wajah Gun. Ada sedikit lebam di ujung sebelah kiri bibirnya. Tay mengusap ujung bibir Gun yang lebam dengan ujung ibu jarinya.

"Aw ..."Gun mendesis pelan. Kaget dengan sentuhan itu.

"Sakit?" tanya Tay lembut. Matanya memandang lurus ke mata Gun yang hanya berjarak beberapa inci dari matanya. Gun mengangguk pelan.

Tay beranjak dari kursinya, berlutut di depan Gun, ia menempelkan kepalanya ke kepala Gun. Ia masih mengusap ujung bibir Gun lembut, memijatnya untuk mengurangi rasa sakitnya.

"Gun, aku hanya bisa mengunjungimu seminggu sekali. Jika saat aku datang kau terluka seperti ini, bagaimana aku bisa tidur tenang di rumah?"

Gun menelan ludahnya, memcoba membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba kering kerontang.

"Jangan nakal ya, ..."

Gun mengangguk dengan dahinya berponinya masih menempel pada dahi Tay. Seulas senyum tersirat di wajah tampan kakak tirinya itu. Kenapa Tay bisa sangat tampan dan keren sementara ia lebih kepada imut. Apakah sedominan itu gen seorang ibu!

"Gun .... janji yaa jangan berkelahi lagi ..." Tay mengangkat kepalanya tanpa menimbulkan jarak yang berarti di antara mereka sehingga ia masih bisa membelai rambut Gun lembut.

"Ehm ..." Gun mengangguk.

Tay tidak berkata-kata lagi, ia hanya diam dan membelai rambut hitam adik kesayangannya itu. Gun merentangkan jemarinya, pelan ia menggapai bagian depan kaos yang di kenakan Tay di bawah blezernya. Gun menarik sedikit ujung bahan khasmir itu dengan ibu jari dan telunjuknya. Sejak kecil, Gun akan bersembunyi di belakang Tay jika mendapat masalah, menarik ujung baju Tay sementara kakaknya itu menghadapi kemarahan ibunya.

"Tay ..." kedua kakak beradik itu menoleh pada asal suara itu. Seorang wanita tinggi semampai berjalan ke arah mereka. Tay tersenyum pada wanita itu dan berdiri menyambutnya. Gun melengos melihat ke luar jendela sembari menyandarkan tubuhnya ke sofa tempatnya duduk.

"Ayo kita harus berangkat ke bandara sekarang."  Seru wanita itu.

"Er .." Tay menganggukkan kepalanya sambil merapikan blazer hitam yang dikenakannya.

"Gun, aku akan kembali ke Bangkok. Phi Jane akan mengurus kartu ATM dan kartu kreditmu. Paling tidak dua hari lagi kau akan mendapatkan kartu-kartu baru, turuti saja apa yang dimintanya. Aku tidak membawa banyak uang cash" Tay mengeluarkan beberapa lembar uang kertas seribu bath dari dompetnya.

"Ini ambillah sementara untuk jajan. Tapi lebih baik kau beristirahat saja di rumah, yeah?" Tay menyodorkan uang itu di depan Gun, namun adiknya itu tidak bergeming. Tay menaruh uang itu di meja di sisi sofa.

Tay berjongkok dan mencium kepala Gun.

"Take care chipmunk" Tay tersenyum sebelum beranjak pergi mengikuti kekasihnya yang sudah mendahuluinya keluar ruang tamu.

Gun menghela nafas panjang. Ia menyentuh ujung kepalanya yang masih hangat oleh kecupan Tay. Dilihatnya sepasang kekasih itu memasuki mobil BMW hitam yang akan mengantarkannya ke bandara.

Gun mendekatkan kepalanya ke jendela, melihat mobil yang mulai menggelinding meniggalkan halaman depan. Ia menempelkan tangannya kirinya di kaca jendela.

 

"Hati-hati di jalan Phi ..."


****

 

 

Tay duduk di kursi penumpang di sebelah pengemudi. Ia tak suka duduk di kursi belakang karena membuatnya tidak bisa melihat pemandangan di depan mobil dengan jelas. Selain itu, dengan duduk di kursi depan, ia bisa melihat pemandangan yang sudah lewat melalui spion mobil.

 

Ia tau, sesosok bayangan mungil akan mengintipnya dari jendela, menempelkan tangan mungilnya di kaca bening yang setiap hari di bersihkan oleh para penjaga rumah, dan akan tetap disana sampai ia tidak bisa melihatnya lagi dari kaca spion.

 


a/n did i said oredy that i ship TayGun aswell? OH HELL YES because who wont! hahaha (sorry Pappi). i read in most of the fanfic, Tay mostly the one in love with Gun, while Gun in love with Papi. so let say i just wanna give some justice to Tay Tawan Matahariku yekhaan. but who will own our little devil in end? OAB maybe HAHAHAHAHA! (meh i dont ship Oabgun). soo so so how do you enjoy it so far? i hope you like it. please tell me know how do you think about the story.

My Little DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang