9. galang dan pengorbanannya
Galang membawa Moza ke dalam pelukannya. Sesekali mengelus dan mengusap punggung Adiknya berusaha menenangkan. Satu tangan Galang masih terkepal kuat berupaya meredam kilau amarah yang masih bersemayam di dalam dirinya.
Memejamkan mata saat Moza terus-terusan berkata Maaf dan ampun, Galang jadi menjatuhkan kepalanya di bahu Moza karena rasa lelah masih sedikit terasa akibat memberi pelajaran untuk pemuda sialan tadi.
Ia tidak bisa melihat adiknya terus-terusan seperti ini. Gadis itu berkali-kali mengatakan hal yang sama sambil berusaha melindungi bagian kepala layaknya orang yang hendak dipukul.
Galang menjauhkan kepalanya beralih menangkup wajah Moza ketika gadis itu semakin menjadi. "Ssst ..., hei, tenang di sini ada gue." Wajah gadis itu terlihat sangat pucat. Keringat dingin membanjiri seluruh area wajahnya. Raut panik dan ketakutan tercetak jelas di wajah adiknya, rasa khawatir di dalam diri Galang semakin memuncak.
"Lihat gue! Ini gue, Abang lo! Please jangan gini, ayo lihat gue," suaranya memberat. Mata Galang sudah memerah menahan tangis lantaran Moza semakin ketakutan.
Ini kelemahan Galang.
Melihat Moza kembali seperti ini untuk kesekian kalinya, Galang ingin mati saja rasanya.
"Za, please."
Moza masih terus menggelengkan kepalanya. Telinganya ia tutup menggunakan telapak tangan karena merasa sebuah teriakan besar terus menggema tanpa henti, bertepatan dengan itu otaknya membuat spekulasi seakan-akan orang di hadapannya akan melayangkan pukulan keras untuk dirinya.
"Ampun! Jangan pukul Moza ..." Tidak tahu sudah berapa banyak air matanya terkuras, bahkan suaranya saja sudah tersendat-sendat sebab terlalu banyak menangis. Ia kembali memekik saat bayang-bayang itu kembali berputar di otaknya.
"Tolongin Moza ... Jangan, Moza mohon ..."
Galang meraup wajahnya frustasi. Kembali menangkup wajah adiknya dengan tatapan putus asa. Berharap Moza mau menatapnya.
"Please, lihat gue," berkata sangat pelan nan parau. Tak lama manik mata Moza menangkap matanya. "Tenang, gue di sini. Gak ada yang akan nyakitin lo lagi. Gue akan berusaha untuk lindungi lo."
Saat Moza mulai menatapnya, Galang menghapus air mata yang turun bersamaan dengan itu. Moza masih diam di tempat seraya memandangi Galang, namun kepanikannya lambat laun memudar. Hal itu terbukti sebab Moza sudah tak berteriak layaknya orang yang tengah ketakutan lagi.
Perlahan Moza meluluh. Tubuhnya melemas seiring kesadarannya kembali. Galang langsung mendekap erat tubuhnya.
Mata Galang terpejam, dia menggerakkan tangan kirinya untuk menjalar ke saku tas ransel Moza, bertujuan ingin mengambil obat gadis itu. Galang meremat kuat botol obat itu saat tahu isinya sisa satu butir.
"Bang Galang ..." Memanggil Abangnya dengan suara serak dan lirih.
Galang menarik napasnya panjang. Mengambil satu obat dan botol Pororo untuk diminum oleh Moza. "Ini minum."
Moza menerima obatnya, ia memasukkan benda itu ke dalam mulut kemudian menenggak air dalam botol Pororo hingga tandas.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 WISHES
JugendliteraturTahu hal apa yang paling Angga benci di dunia ini? Melihat gadis gila bertubuh mungil yang selalu mengenakan gardigan dan bando merah datang menghampiri dengan senyum amat lebar sampai matanya itu menyipit. Gadis bersuara khas layaknya orang flu y...