🌈| 20 - ANGGA ITU BAIK!

360 32 10
                                    

20. angga itu baik!














Di sana, Arkan berdiri sambil memandang Moza kemudian beralih menatap Angga. Wajah Angga terlihat datar, ya seperti biasa memang, hanya saja jika memandang dirinya terkesan ada perbedaan. Angga seperti tidak suka dengannya. Buktinya tatapan tajam nan nyalang ia dapatkan.










"Arkan!" sapa Moza. Dia berniat menghampiri Arkan dengan gaya tengil, bola basket ia apit di antara lengan dan pinggang. Lagaknya seperti sudah pro saja dalam memainkan benda bulat berwarna orange itu.

"Moza udah jago dong main basketnya," adu gadis itu dengan suara khasnya. Arkan mengulas senyum melihat itu.

"Keren banget." Arkan memuji. Kemudian ia beranjak untuk mengambil tas ransel Moza dan mengajak gadis itu untuk pulang. "Ayo pulang, bang Galang nunggu di depan."

"Hum?" Moza menoleh ke arah Angga untuk meminta tanggapan pemuda itu. Pasalnya, mereka baru latihan sebentar.

Merasa ditatap, pemuda yang tengah bersedekap dada di sana berdecak. "Pulang tinggal pulang," ujarnya sambil berjalan menuju kursi tribun untuk mengambil tas, sebelum itu ia sengaja menubruk bahu Arkan.

Merasa bahunya ditabrak, Arkan mencoba untuk sabar. Berpikir positif mungkin saja Angga tidak sengaja melakukannya. Namun pikirannya itu goyah lantaran Angga kembali menubruk bahunya saat melewatinya untuk menuju luar ruangan ini. Ia yakin, pemuda itu pasti sengaja.










Merasa tak terima, Arkan menarik bahu Angga hingga pemuda itu berbalik menatapnya. "Lo kenapa sih?" Tanya Arkan dengan suara tinggi. Moza langsung datang menengahi keduanya.

Angga berdecih kecil. "Maksud lo?"

"Gak usah sok gak tahu, bangsat!" Arkan emosi. Mendengar Arkan berkata kasar, Moza refleks memukul mulut pemuda itu.

"Sikap lo aneh. Kalau lo gak suka sama gue bilang!" Memang benarkan, sikap Angga aneh? Arkan merasa dia tidak pernah punya masalah dengan Angga. Tapi kini, tiap pemuda itu bertemu dengan dirinya selalu saja sentimen. "Oh, lo suka sama Moza?" Tuding Arkan.

Angga menyisir rambutnya ke belakang dengan ekspresi mengejek. "Gak minat," sahutnya. "Buat lo aja." Kemudian berbalik badan meninggalkan Moza dan Arkan di sini.











Moza menarik sudut baju bawah Arkan, bertujuan agar pemuda itu menatapnya. "Arkan, Arkan musuhan sama Angga ya?"

Pemuda tinggi itu menghela napasnya. Baru sadar jika di sini ada Moza. Kemudian dia menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Moza. "Enggak. Udah ayo pulang, Abang lo kelamaan nunggu pasti."









••••🌈••••








"Bang Galang, Moza udah jago dong main basketnya." Siang itu, Moza mengadu pada Abangnya karena tadi ia sudah belajar bermain basket.

Galang menoleh ke belakang sebentar, kemudian kembali fokus pada jalan di depannya. Dia memelankan laju motor saat hendak membalas pernyataan Moza.


"Halah, lo pendek gitu mana bisa main basket. Gak nyampai ke ringnya yang ada."


Moza memberengut kesal, ia menduselkan kepalanya pada punggung lebar Galang sambil merengek. "Moza udah jago tahu! Kalau enggak percaya, tanya aja Arkan."

3 WISHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang