5. gadis dengan bando merah.
Pemuda berearphone itu menghela napas setelah melihat tulisan besar yang tercetak jelas di depan sana. Mulai mengambil alat tulis dan berniat mengerjakan tugas yang diberikan.
Tadi, sebelum guru-guru dipanggil oleh kepala sekolah untuk mengikuti rapat dinas, tiap kelas sudah diberi tugas terlebih dahulu. Andelius High School terlalu berbaik hati jika membiarkan anak didiknya mempunyai waktu senggang dan tak mendapat tugas begitu saja.
Walaupun saat ini kelas bisa dibilang mendapati jam kosong, hal itu tak membuat kelas sebelas IPA satu berubah menjadi tidak konduksif. Suasana di kelas ini sangat teratur. Tidak ada yang berani membuka suara sedikit pun karena mereka tahu kebisingan adalah hal yang paling dibenci oleh sosok pemuda bernama Anggara Sadewa.
Ngomong-ngomong soal tugas, bagi Angga, mengerjakan tiga puluh soal sesuai tugas yang diberikan itu sangat mudah. Buktinya tak ada lima belas menit, semua soal-soal itu sudah terisi penuh dan selesai ia kerjakan.
Pemuda dengan earphone selalu terpasang sempurna di telinga itu menjauhkan sedikit bukunya beriringan dengan ia menegapkan tubuh berupaya merenggangkan otot-otot yang kaku. Sedikit melirik saat pintu kelas terbuka, menampilkan sosok gadis bergardigan kuning di ambang pintu tengah melempar senyuman lebar hingga matanya menyipit.
Angga terdiam sejenak.
Itu ... gadis yang tadi bukan?
Suasana kelas langsung tak terkendalikan satu detik setelah kedatangan gadis itu. Anak-anak kelas langsung mengeluarkan umpatan serta terbahak puas membuat gadis berbando merah di sana terdiam bingung dan berakhir melempar cengengesan kikuk.
Jadi menghela napas kesal karena seisi kelas berisik tak karuan, Angga memilih untuk menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan kemudian memejamkan mata.
Samar-samar mendengar satu Siswa berseru, "Anjing! Gadis yang gila itu."
"Sumpah, lo nyogok guru berapa bisa masuk ke kelas IPA satu?" Tanya satu siswi terheran-heran. "Bisa-bisanya anak gila kayak gini satu kelas sama gue."
Moza di depan sana mengulum bibirnya. Menggerakan tangan untuk memberi lambaian kepada teman satu kelas tanpa menghiraukan umpatan seisi kelas. Senyum tulus yang dibuat tak pernah pudar walaupun dia diserang oleh ribuan kata menyakitkan.
Dengan antusias, Moza memperkenalkan dirinya kendati tahu tak ada yang perduli itu. "Hai semua! Nama aku Moza. Aku murid pindahan. Semoga kita bisa berteman baik ya."
Lalu satu siswa bernama Raka berceletuk setelah mendengar Moza memperkenalkan diri. "Dih, pede banget lo. Lo pikir ada yang mau temenan sama orang gila kayak lo gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
3 WISHES
Novela JuvenilTahu hal apa yang paling Angga benci di dunia ini? Melihat gadis gila bertubuh mungil yang selalu mengenakan gardigan dan bando merah datang menghampiri dengan senyum amat lebar sampai matanya itu menyipit. Gadis bersuara khas layaknya orang flu y...