25. tanding basket
Siang itu, Angga dan Moza sudah tiba di lapangan yang Rafka bilang. Lapangan yang ada di komplek Rexana. Kedatangan Angga langsung disambut meriah oleh beberapa orang di sana.Angga mendorong bahu Rafka santai saat pemuda itu ingin mendekati Moza. Rafka jadi terkekeh sambil mundur beberapa langkah.
"Hai mbah dukun!" Sapa pemuda bertubuh pendek yang tengah duduk di kursi tribun sana. Jika kalian lupa, namanya Nunu.
Moza membalas lambaian tangan Nunu sambil tersenyum lebar. "Hai!" Ingin menghampiri Nunu namun tertahan karena Angga menarik gardigan belakangnya.
Angga menyeret Moza hingga gadis itu berhadapan dengan Nasya yang sudah siap di tengah lapangan. Gadis tomboy itu memantulkan bola berulang kali sebelum ia berniat menghentikannya dan melempar tatapan nyalang pada Moza.
Moza bergedik ngeri melihat itu. "Hih, awas mata kamu copot." Berceletuk setelah Angga melepaskan tarikkannya pada gardigan bagian belakang Moza.
Setelah Nasya memberi tahu peraturan cara bermainnya bahwa yang menang adalah yang bisa mencetak tiga point terlebih dahulu, kini keduanya sudah mengambil posisi masing-masing. Angga berada di seberang kursi tribun yang Rafka dan Gema duduki. Sedangkan Nunu menjadi wasit di sana.
Nunu mulai mengambil alih suasana. Pemuda yang tengah mengambil ancang-ancang untuk melempar bola itu berujar, "Siap ye. Yang menang yang nyetak tiga point pertama nih." Nunu mengulangi penjelasan Nasya tadi.
"Bacot. Buruan!" Nasya tak santai.
Mendengar itu, Nunu cengengesan. "Gue itung nih. Satu, satu setengah. Dua, dua setengah. Tiga, tiga seteng--"
"--Nunu anji--" Nasya hendak memprotes karena Nunu lama menghitung, namun teman laknatnya itu sudah terlebih dahulu melempar bolanya. Sampai berkahir bola itu diambil alih oleh Moza.
"Bangsat!" Umpat Nasya pada Nunu sebelum mengejar Moza yang sudah jauh mendribble bola basket. Sedangkan Nunu malah cengengesan di tempat.
Moza mulai menggiring bola setelah mendapat celah. Keadaan ini sangat bagus karena Nasya tertinggal di belakang dan tak bisa mengejarnya.
Moza merentangkan kakinya selebar bahu sambil memantulkan bola dengan pandangan tertuju pada ring. Setelah siap melakukan shooting, Moza menekuk lututnya sampai otot paha memiliki kekuatan untuk melakukan shooting bebas.
Moza memekik senang saat bola hasil shootnya masuk dengan sempurna ke dalam ring. Semua yang ada di sana berdominan mengesah kecewa, terutama Nasya dan terkecuali Angga juga Nunu. Angga memilih diam sedangkan Nunu ikut bersorak seperti Moza.
"YEAY!!!!" Gadis berbando itu melompat kegirangan.
"BAGUS MBAH DUKUN!" Seru Nunu dan langsung dihadiahi tendangan maut dari Rafka.
Nasya berdecak, melirik Nunu tajam karena merasa kesal. Ini semua salah Nunu. Nasya bingung, sebenarnya pemuda sinting itu ada dipihak siapa sih?
"Satu, kosong." Moza menjulurkan lidahnya. Menyerukan kemenangan yang ia dapat barusan. Angga di ujung sana mendengus melihat tingkah tengil gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 WISHES
JugendliteraturTahu hal apa yang paling Angga benci di dunia ini? Melihat gadis gila bertubuh mungil yang selalu mengenakan gardigan dan bando merah datang menghampiri dengan senyum amat lebar sampai matanya itu menyipit. Gadis bersuara khas layaknya orang flu y...