🌈| 11 - SHE'S DISGRACE

556 83 19
                                    

narasinya dipahami ya, baca pelan pelan. awas kalo engga😾 ...

🌈🌈🌈




11. she's disgrace













"Ayo sini, baris-baris! Eh itu Raka ngapain godain Adik Kelas?"

Pak Lahab si guru killer pagi itu sudah mencak-mencak. Kepalanya sudah dipusingkan oleh murid-murid Sebelas IPA satu yang masih saja berselonjor dan duduk nyantai di tepi lapangan, padahal tadi sudah ia suruh untuk membuat barisan lima menit sebelum Pak Lahab tiba di tempat tersebut.

"Ayo, ini kenapa lama banget? Baru latihan lho ini, minggu besok bapak mau langsung ambil nilai." Tentu saja semua murid yang mendengar itu mengesah berat. Beberapa dari mereka sudah melontarkan argumen penolakan.






"Yah bapak, minggu depan depannya lagi aja."






Pak Lahab menggeleng pertanda tidak setuju. Keputusannya sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat. "Minggu besok. Dah, buru ambil bola basketnya masing-masing." Kemudian melirik ke arah Raka yang masih saja mengganggu Adik kelas di ujung sana. "Raka, heh, buru sini! Bapak tebas kamu ya gangguin kelasan lain terus."

Merasa kesal karena muridnya itu masih saja menggoda Adik kelasnya, Pak Lahab mengambil bola basket yang ada di depannya. Mulai melayangkan bola itu membuat Raka langsung loncat dan sesegera mungkin bergabung dengan kelompoknya.

"Udah. Oke, bagus udah siap." Ingin memberi arahan namun manik matanya tak sengaja menangkap sosok gadis berbando merah yang masih saja melamun di ujung sana. "Moza, kenapa bengong? Mana kelompok kamu?"

Moza yang sedari tadi menatapi sepatu putih usangnya jadi tersentak. Langsung menatap Pak Lahab karena takut kena marah.  "Moza, Moza gak punya kelompok pak!" kemudian menyengir lebar.

Pak Lahab mendengus. Matanya mencari satu siswa yang sama tak punya pasangan. Kelas Sebelas IPA Satu itu jumlah seluruh muridnya tergolong ganjil. Hanya saja ada satu siswi yang izin beberapa bulan ini, jadi jumlahnya genap.







Ah, iya. Pak Lahab tahu siapa yang tak punya pasangan kelompok.







"Itu Angga kamu ada pasangannya?" Tanpa Angga jawab juga Pak Lahab tahu apa jawaban pemuda itu. "Dah kalian satu kelompok," putusnya begitu saja.

Moza langsung menundukkan pandangannya takut saat tahu Angga melirik dirinya. Mendadak panik sendiri, Moza mengeluarkan suaranya. "Moza ... Moza sendiri aja Pak."

"Kamu ini, ini latihan buat ngambil nilai lho. Angga jago basketnya, dia bisa ngajarin kamu juga. Udah, buru baris yang bener." Pak Lahab menarik kedua tangannya ke atas sebagai pemanasan. Memulai untuk memberi arahan pada tiap barisan agar saat latihan nanti bola basketnya tidak kena antar kelompok lain.





Latihan kali ini Pak Lahab sengaja menggunakan lapangan Basket terbuka atau Outdoor. Katanya biar sekalian berjemur karena sinar matahari pagi langsung menyorot lapangan ini.






Moza menelan salivanya susah payah. Memilin jari-jari tangannya dengan keadaan kening sudah dibanjiri keringat. Melirik ke arah Angga yang nampak tenang. Perlahan mulai melangkahkan kaki untuk menghampiri pemuda berearphone di sana.

3 WISHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang