🌈| 6 - SAYAP PELINDUNG?

578 96 25
                                    

6. sayap pelindung?









Moza membenarkan letak bandonya setelah usai membuat nametag dan memajangnya di sudut meja. Menepukkan kedua tangan beberapa kali, merasa bangga atas hasil karyanya.

Kemudian membaca tulisan yang tertera di papan tulis sana. "Kerjakan buku paket halaman seratus empat puluh empat." Refleks menoleh ke kanan karena ingin meminjam buku paket pada pemuda sebangkunya. Sedikit terkejut ketika mendapati pemuda itu tengah memandanginya tanpa berkedip.

Kening Moza berkerut. Kenapa pemuda itu menatapnya seperti ini? Tangannya bergerak melambai-lambai berusaha menyadarkan pemuda itu.

"Kamu kesambet ya?"

Angga langsung menerjab beberapa kali, mengalihkan pandangannya ke arah lain seraya menormalkan keadaan. Padahal sedikit lagi ia berhasil mengingat tentang bando merah itu.

"Moza boleh pinjam buku paketnya enggak? Tugasnyakan ada di buku paket, nah Moza baru pindah jadi belum dapat buku pake--"

"--Berisik." Moza langsung mengatup bibir saat Angga menyelak ucapannya. Kendati begitu, Angga tetap menarik buku paketnya hingga ke tengah-tengah meja agar Moza juga bisa mengerjakan tugasnya.

"Hihi, terima kasih!" Menarik kursinya mendekat agar lebih mudah dalam menulis.

Setelah lima belas menit Moza masih nyangkut pada soal nomor satu. Berulang kali membaca soalnya namun tak kunjung menemukan jawaban.

"Batang homogen yang panjangnya delapan puluh centi meter dan beratnya tiga kilogram. Batang diputar dengan poros pada jarak dua puluh centi meter dari satu ujung. Momen besar inersia adalah ..." Menggaruk-garuk pelipisnya menggunakan pulpen karena pusing setelah membaca soal itu. Tak lama mengesah pelan sambil menjatuhkan kepala di atas meja dengan penuh keputus-asaan.

Sial! Kalau begini Moza harus gimana? Ia benar-benar tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya. Baru baca soalnya saja sudah dibuat pusing tujuh keliling.







INI BARU SOAL NOMOR SATU!







Berakhir memukul-mukul meja dengan kepala menelungkup. Berulang kali Angga dapat mendengar helaan napas Moza.

"Doraemon, Doraemon ayo bantu Moza!" Hanya bisa berharap Doraemon muncul dan membantunya mengisi soal-soal sulit ini.

Angga mendengus kesal. Ini anak kenapa sih? Bukannya ngerjain soal malah manggil-manggil Doraemon.

Kemudian tersentak saat tiba-tiba Moza mengangkat kepalanya dengan wajah penuh sumringah. Dibuat bingung sendiri akan tingkah Moza, gadis itu kini sibuk merapatkan kursinya pada kursi Angga.

Moza mengetuk berulang kali pulpennya. Pura-pura sibuk bersenandung dengan manik mata melirik ke arah buku Angga. Benar dugaannya, Angga sudah mengisi semua soal-soal sulit itu.

Berusaha menyipitkan mata agar dapat melihat apa jawaban nomor satu Angga. Lalu membulatkan bibir sambil bersorak heboh saat tahu apa jawabannya. "A jawabannya," ungkap gadis itu sambil cekikikan.

Hal itu berlanjut sampai Moza mengerjakkan nomor terakhirnya. Dalam hati bersorak senang karena bisa mengisi semua soal-soal ini dengan cepat.

3 WISHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang