🌈| 17 - BEHIND HER SMILE

468 70 7
                                    

17. behind her smile and galang's request































"Arkan?"






Iya. Pemuda di hadapan Moza sekarang adalah Arkan. Seragam Andelius masih melekat dengan sempurna di tubuh atletis pemuda itu. Terlihat sedikit lusu sebab sudah dipakai sejak pagi tadi. Entah bagaimana bisa Arkan ada di sini, Moza pun tidak tahu.





Moza menelan salivanya susah payah dengan binar penuh rasa ingin mengerumuni matanya yang indah. Lantas menatap Arkan dengan cepat.





"Arkan kok bisa ada di sini?"

"Rumah gue dekat sini." Arkan beralibi. Mengalihkan perhatian Moza dengan cara menyodorkan gadis bergardigan kuning itu minuman Pororo yang ia bawa. "Nih, ambil."

"

Hum? Ini ... buat Moza?" Ah, sial. Padahal Moza hanya bertanya dengan nada sangat pelan, tapi kenapa menggemaskan sekali untuk Arkan?






Tanpa dipandu, bibirnya mengukir senyum tipis. Arkan kembali mengisyaratkan Moza agar gadis lucu itu mengambil minuman yang ia berikan dengan sekali gedikkan kepala, namun sebelum itu, Arkan membuka terlebih dahulu plastik kecil yang menjadi pelindung tutup minuman ini.

M

oza langsung menerimanya dengan antusias. Tanpa pikir panjang dia meminumnya hingga habis setengah. Setelahnya, ia mengesah nikmat lalu mengelap bibirnya menggunakan tangan secara asal.


Arkan tak bisa mengulum senyumnya karena itu. Bahkan tangannya sudah terulur untuk mengusap pelan puncak kepala Moza, sekalian membenarkan bando gadis pendek di depannya dengan sengaja.

Mematri senyuman amat lebar hingga mata indahnya menyipit. "Enak banget! Makasih ya, Arkan." Moza memasukkan Botol Pororo itu ke dalam saku tas ranselnya.







"Niatnya gue mau ngasih itu tadi pas di sekolah. Eh, lo nya udah pulang duluan bareng Angga." Arkan jadi mengingat peristiwa tadi.

M

oza langsung menyengir lebar sambil cengengesan, mendadak merasa tak enak hati. "Hehe, maaf ya Arkan, Moza lupa." Setelah itu Moza memutar tubuh ke kanan, tangannya bergerak untuk memukul berulang kali keningnya. Memarahi diri sendiri akan tabiatnya yang suka melupakan suatu hal.


Arka yang melihat itu lantas menarik tangan mungil Moza. Ia terkekeh pelan. "Udah, gapapa," ujarnya. "Ayo pulang, gue antar."

Moza menerjab beberapa kali. Ingin melontarkan pertanyaan yang mulai bermunculan di otak. "Arkan tahu rumah Moza?"


3 WISHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang