DUA PULUH DUA

137 23 2
                                    

" Yeeeen ih udah belom? Gue pegel Yen " rengek Yohan yang lagi ngepel lantai sedari tadi.

Yena yang lagi rebahan di sofa sambil ngemil cuma ngelirik Yohan dingin. " Udah beres? " tanya Yena.

" Ya lo liat aja nih, tuh pojok sana liat, udah bersih Yen, sana liat dapur lo, semua ruangan disini kalo ga percaya, pegel badan gue Yen " keluh Yohan yang hanya dibalas anggukan Yena dengan mimik dingin.

Yena mengubah posisinya menjadi duduk dan menepuk-nepuk sebelah pinggirnya, memberikan kode untuk Yohan duduk di sebelahnya.

Yohan mulai menyimpan alat pelnya di dekat kamar mandi di dekat dapur dan berjalan menuju Yena.

" Nah gini dong daritadi, pegel banget gue " ucapnya sembari menduduk kan tubuhnya di sofa, tepat di sebelah Yena.

Yohan sedang asik merengek sembari memijit bahunya yang terasa sangat pegal. Sejujurnya bukan hanya bahu, tetapi seluruh tubuhnya terasa sangat pegal.

Yohan menutup matanya, melepaskan rasa lelahnya yang sedaritadi diperintahkan Yena untuk membersihkan ini dan itu.

Yohan mulai merasa sedikit mengantuk dan hampir terlelap, namun rasa kantuknya menghilang ketika ia merasakan sesuatu di bahunya.

Yohan membuka matanya dan melirik bahunya. Sebuah kepala menyender di bahunya, kepala Yena tentunya.

Yohan menarik simpul senyuman di bibirnya dikala rasa lelah dan kantuknya menggebu dan menautkan tangan kirinya ke kepala Yena.

Tidak ada respon apapun, dan akhirnya Yohan terlelap tidur dengan posisi duduk di sofa tepat di sebelah Yena.

Yena yang merasakan tangan Yohan di pipinya hanya diam menikmati camilannya sembari menonton acara tv.

Setelah satu kresek besar yang penuh dengan camilan yang dibeli Yohan tadi habis, Yena melirik jam dinding di ruangan itu, menunjukkan pukul 14.00. Sudah 2 jam Yena berada di posisi menyandar di bahu Yohan.

Yena melepaskan tangan Yohan dari pipinya dan melemaskan lehernya, pegal rasanya 2 jam terus bersandar.

Yena berdiri dan melangkahkan kakinya pergi menuju kamarnya. Namun baru saja melangkah, pintu rumah Yena terbuka lebar. Menunjukkan seorang laki-laki bertumbuh tinggi dan terlihat sangat berantakan yang sangat dibenci Yena.

Ia menatap Yena sesaat lalu memalingkannya kearah laki-laki yang sedang tidur pulas di sofa.

Orang tersebut tersenyum miring. " Oh gitu? Alesan lo mutusin gue waktu itu karena lo udah punya cowo baru? Ga nyangka banget gue " ledeknya dengan sunggingan senyum meremehkan.

" Oh tunggu, jadi ini cowo baru lagi? Setelah cowo yang kemaren gue pukulin, lo punya cowo baru lagi? Dan sekarang lo lagi berduaan di rumah sama dia, dan dia tidur di rumah lo? Wow! You're so amazing Yena! " ledeknya lagi dengan nada puas disertai tepuk tangan yang ia meriahkan sendiri.

Yena yang merasa sangat terganggu dengan tiba-tiba masuk ke rumahnya seenak hati dan tiba-tiba mencaci maki membuatnya kesal.

Yena hanya menatapnya meremehkan kembali, layaknya tadi laki-laki itu meremehkannya.

" Maaf, kak CHO SEUNG YOUN apa urusan anda kemari? Dengan masuk ke rumah orang tanpa izin dan memaki saya? Apakah anda belajar apa itu etika? " ucap Yena sembari memutar kedua bola matanya dan melipat kedua tangannya di depan dada yang dibalas tatapan bingung dari Seungyoun.

Yena menggerakan sebelah kakinya seakan meminta jawaban dari lawan bicaranya.
" Oh dan ya, alesan gue mutusin lo bukan karena dia atau orang yang lo pukulin kemaren, tapi karena lo udah selingkuhin gue. Ga ngaca banget lo nyalahin gue punya cowo baru, nyatanya lo yang selingkuh sama cewe seangkatan lo yang namanya RANIA SEULGI PURNAMA lo pikir gue gatau? Ck gue ga bodoh ya! " cerocos Yena memperjelas tebakan Seungyoun yang begitu saja terlontar secara seenak hati.

Seungyoun melipat tangannya di depan dada. " Seulgi? Lo bilang gue selingkuh sama Seulgi? Lo kalo mau fitnah mikir dulu, punya bukti ga lo gue selingkuh sama Seulgi? Lo pernah liat gue jalan atau mesra-mesraan gitu sama dia? Yang ada lo tuh yang bawa cowo ke rumah so ngaku balik sakit segala nyatanya? Ck lo murahan " celetuknya di akhir kata yang membuat ekspresi Yena berubah.

Wajah dingin yang Yena berikan pada Seungyoun berubah memerah, amarahnya memuncak ketika Seungyoun dengan tanpa tau apapun menyebutnya 'murahan'.

" Denger ya Cho Seungyoun! Lo gatau apa-apa jadi lo gausah sok fitnah gue kaya gini! Apa urusan lo sekarang? Kita udah putus dan lo gausah peduli sama gue. Sekarang mending lo pergi aja dari sini. Sekarang! " tegasnya sembari berusaha menahan amarahnya yang kian memuncak karena Seungyoun.

Seungyoun terkekeh kecil. " Ck bilang aja lo mau main lagi kan? Bilang aja Yen, gue tau kok " ucapan random Seungyoun lolos begitu saja dari mulutnya.

Plak!

Satu tamparan lolos menyentuh pipi putih Seungyoun, mengubah warna pipinya menjadi merah. Deru nafas Yena tidak beraturan. Mata Yena mulai berkaca dan bibirnya mulai bergetar.

" LO! PERGI DARI SINI SEKARANG JUGA! " ucap Yena dengan nada bergetar dan ait matanya mulai lolos dari pelupuk matanya, membasahi pipi Yena.

Seungyoun yang merasa harga dirinya direndahkan karena Yena menampar pipinya meniatkan ia untuk menampar pipinya balik.

Tangan kekar Seungyeon mulai mengepal dan bersiap melayangkan satu tamparan ke pipi Yena yang kini mulai basah dengan air mata yang keluar.

Tangannya sudah bersiap menampar Yena, hanya tinggal mengayunkannya kedepan, membuat telapak tangan dan pipi Yena bertemu.

Namun tangannya tertahan. Seseorang menahan tangan Seungyoun dari belakang membuat Seungyoun membalikan badan nya untuk melihat siapa orang yang berani-beraninya menahannya menampar Yena.

Seungyoun memiringkan kepalanya menelaah seseorang laki-laki didepannya yang berusaha menahannya menampar Yena.

Seungyoun kembali melirik Yena, tersenyum remeh dan sedikit terkekeh. " Ada lagi? Wow Yena! Gue ga nyangka lo semurahan ini " ledeknya sembari terkekeh dan bertepuk tangan.

Laki-laki yang menolong Yena menarik tangan Seungyoun keluar, meninggalkan Yena sedang menangis di dalam rumahnya.

Suara pukulan terdengar ke dalam, menandakan mereka sedang berkelahi, dan Yena hanya menangis sembari terduduk di lantai.

Ucapan Seungyoun terngiang di pikirannya, memorinya bersama Seungyoun terputar kembali di otaknya, dan hati Yena memaki dirinya sendiri.

Yena menangis sesegukan dan tiba-tiba laki-laki yang menolongnya tadi masuk ke rumah Yena lagi, melihat Yena yang kini sedang menangis.

" Lo gapapa? Dia nyakitin lo? " ucapnya sembari membantu Yena untuk berdiri. Yena tidak menjawab dan berusaha menenangkan dirinya.

Yena mulai tenang dan mengangkat kepalanya, mempertemukan pandangannya dengan laki-laki dengan mimiki dingin yang menolongnya, terlihat sedikit darah di bibirnya membuat Yena menariknya ke halaman belakang.

" eh kenapa? " tanya laki-laki itu saat Yena menariknya ke halaman belakang. " gue mau obatin lo, tunggu disini " ucap Yena sembari meninggalkan laki-laki tersebut di bangku halaman belakang.

Yena membawa sebaskom air, sebuah handuk dan sebuah obat merah. Dan membawanya ke laki-laki tersebut.

" eh gapapa, gausah repot-repot " ucap laki-laki tersebut. " gapapa, makasih udah bantu usir orang gila tadi dari rumah gue " ucap Yena sembari mulai mencelupkan handuk ke air hangat dan kemudian menempelkannya ke ujung bibir laki-laki tersebut.

" Nama gue Yunseong " ucap laki-laki tersebut sembari sedikit mengaduh karena rasa perih dari obat merah yang Yena teteskan ke ujung bibirnya.

" Gue Yena, lo udah selesai gue obatin, dan gue rasa lo mending buru-buru pulang daripada nanti ada omongan macem macem lagi " usir Yena sesopan mungkin sembari menariknya keluar rumahnya.

Yena kembali menutup pintunya dan berlari menuju kamarnya, menguncinya rapat-rapat dan suara tangisan terdengar dari dalamnya.

RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang