DUA PULUH EMPAT

80 11 13
                                    

Mobil yang Yena, Yohan dan Junho kendarai sampai dengan selamat ke tempat yang mereka tuju. Mereka turun daru mobil itu dan menginjakkan kakinya ke tanah.

Yena yang muram menarik sedikit simpul senyuman di bibirnya. Dihelanya nafas panjang menghirup angin malam disertai bau makanan bahkan mesin wahana disana.

Yena melangkahkan kakinya dengan penuh harap. Harapan agar bisa lupa atas kejadian tadi yang membuatnya benar-benar kesal.

Yohan dan Junho hanya membuntuti Yena di belakang dan berhenti di tengah keramaian.

Tangan Junho menyentuh pundak Yena dan membuatnya berbalik, "kak itu ada gula kapas mau beli?" tanya Junho sembari melontarkan senyumannya hangat.

Yena hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju dan Junho bergegas pergi membeli gula kapas untuk Yena.

"Yen, kita naik kora-kora yu? udah lama banget gue ga naik itu bareng lo, masih cupu ga lo hahaha" canda Yohan yang membuat Yena sedikit tertarik.

"perasaan tuh lo yang cupu, mana berani lo naik gituan, so bilang udah lama ngga naik itu bareng gue, emang ga pernah kali kita, eh lo gue sih sering" ejek Yena puas membuat Yohan sedikit kesal.

"Ayo kita buktiin, gue cowo, gue ga cupu. Gue bakal lindungin lo diatas sana, duduk diujung berani ga lo?" Ucap Yohan sedikit terkekeh dengan sangat percaya diri.

Yena melirik Junho yang membawa tiga buah gula kapas besar di tangannya dan tersenyum.

"lo beli tiga buat siapa?" tanya Yena sedikit terkekeh.

"buat kita, masing-masing satu" ujar Junho sembari menyodorkan gula kapas yang ia pegang pada Yena dan Yohan.

Yohan mendelik, "kaya cewe banget sih gue pegang ginian? buat lo aja Yen" protes Yohan sembari menyodorkan gula kapas miliknya pada Yena.

"Heh!" Yena memukul tangan Yohan pelan, "hargain Junho dong han, dia kan udah cape-cape beli, masa lo mau kasih ke gue? lagian juga gue takut diabetes kalo kebanyakan makan gula" tolak Yena halus yang membuat Yohan menerima gula kapas tersebut lalu mulai mencuilnya dan memakannya.

Yena menunjuk kora-kora yang besar, "Junho, lu berani naik itu ga? sama gue sama Yohan kita bareng kalo berani, trus kita duduk di paling ujung sana tuh" tanya Yena sembari menunjuk ujung kursi kapal yang terlihat sedikit menyeramkan.

Junho mengangguk dan mereka mendekati wahana tersebut. Yohan mengantri tiketnya dan Yena serta Junho sibuk menghabiskan gula kapas milik mereka.

"nih" Yohan menyodorkan dua buah tiket yang diterima masing masing satu oleh Yena dan Junho.

Antrian mereka memendek sampai akhirnya ini giliran mereka.

Yohan berjalan memimpin Yena dan Yohan dan bergegas duduk di kursi tengah. Yena yang menyadari itu langsung memprotes Yohan.

"heh? lo mau kemana? kita kn janjian duduk diujung sana" tunjuk Yena pada kursi diujung kapal.

"loh? siapa yang bilang gitu? gue? ngga deh, kapan? gapernah gue?" elak Yohan pura-pura tidak tahu yang dibalas tarikan di baju oleh Yena.

"ga berani gausah so ngajak lo, tanggung jawab sekarang" Yena memaksa Yohan duduk di kursi ujung kapal paling pinggir di sebelah kiri, Junho sebelah kanan, dan Yena di tengah mereka.

Yena menarik besi pengaman di depannya dan menghela nafas kuat.

"kita liat siapa yang cupu. Lo teriak? beliin gue apapun yang gue mau selama tiga hari, berani?" tantang Yena yang dibalas ekspresi semangat dari Yohan.

Junho hanya rileks berusaha membuat dirinya tenang.

Kapal tersebut mengayun perlahan ke kanan membuat orang yang ada di kursi kapal kanan berada di atas dan yang di kiri di bawah, seperti bandul yang bergerak.

Mereka masih tetap tenang menikmati suasana malam yang dingin dan riuh.

Perlahan kapal tersebut bergerak lebih cepat membuat jantung mereka berdegup lebih cepat. Semakin kencang dan semakin kencang, Yena menikmatinya sembari berteriak girang mengeluarkan semua beban miliknya.

Yohan mulai berteriak ketakutan dengan mata yabg tertutup dan Junho hanya diam menikmati teriakan Yena, Yohan dan para penumpang lain wahana tersebut.

"AAAAAA YENAAA GUE MAU TURUN SEKARANG YEN"

"AAAA YENA JANTUNG GUE"

"YENAAAA"

"ANJIR ANJIR ANJIR ANJIR YENAAAAA"

"YENAAAA"

Yohan berteriak ketakutan sangat keras sehingga membuat Yena yang berteriak melepaskan bebannya mulai menitikan air matanya sembari berteriak melepas semuanya.

Sampai akhirnya tangisan itu pecah disana. Saat wahana itu bergerak sangat kencang, Yena menumpahkan segalanya lewat air mata.

Yohan dan Junho panik seketika dengan keadaan Yena berharap Yena baik-baik saja dan wahana itu cepat berhenti.

Yohan berhenti berteriak dan malah memperhatikan Yena, suaranya meneduh "Yen lo kenapa? kenapa lo nangis?" tanya Yohan.

Junho hanya bisa memegang tangan Yena yang mulai terasa dingin, berharap tidak akan terjadi hal buruk apapun.

"Yen, gapapa lo nangis sekenceng-kencengnya aja, keluarin semuanya yang bikin lo sakit, gue tetep disini sama lo" ucap Yohan sembari menautkan tangannya pada tangan Yena membuat sebuah genggaman hangat kala itu.

Dan Yena menangis sejadi-jadinya, benar-benar melepaskan semua hal yang membuatnya sakit.

Gue tau lo kuat Yen, gue sayang sama lo -??













HALO! RULES COMEBACK NIH, MAAF BANGET YANG UDAH NUNGGU LAMA HEHE SEE U DI NEXT CHAP! <3






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang