Bersiaplah untuk mati!!

625 39 3
                                    


Kepala makhluk itupun menggelinding ke arahku.
Kulihat tubuhnya yang masih di posisi berlutut, akhirnya jatuh kesamping.
"Bruuukkk" suara tubuhnya yang ambruk ke lantai.

Kupandangi kembali pedang yang ada ditangan ku.

"Gilak, sekuat inikah pedang yang kupegang" gumamku

Ku balikkan kepala makhluk itu dengan kaki ku, tampak wajahnya yang begitu menyeramkan mati mengenaskan didepan ku.

Sejenak kemudian tubuh makhluk itupun berasap dan menghilang.

Mataku kembali menatap ke segala arah, mencari lagi makhluk lain yang bisa aku habisi dengan pedang ini.

Aku melihat disudut lain, ada sesosok makhluk seperti perempuan sedang menatapku dengan ketakutan.
Aku langsung tersenyum dan ku tatap dia dengan tajam.

Tekanan yang begitu kuat dari mataku dan pedang yang aku pegang, membuat makhluk ini hanya berdiri mematung dan ketakutan.

Dan tampaknya kali ini aku lebih seram daripada setan.

Kali ini aku tak ingin memenggalnya kepalanya namun aku ingin membelah tubuhnya.

Entah kenapa aku begitu beringas saat ini.
Aku berlari dengan mengangkat pedang itu dengan kedua tangan ku dan ingin kuayunkan dengan kekuatan penuh ke arah makhluk itu, namun.

Ketika aku hampir mengayun kan pedang itu tiba-tiba aku dikejutkan suara..

"Nak sudah, jangan bunuh makhluk itu, dia bukan musuhmu." Katanenek seolah dia tau kalau aku ingin membunuh makhluk itu.

Aku langsung berhenti dan menoleh kearah nenek yg berdiri tak jauh dibelakangku.

Tampak Sinta pun seperti ketakutan dan terkejut melihat wajahku.
Entah seperti apa wajahku saat ini, tapi dari mimik muka Sinta dia seperti melihat sesuatu yang mengerikan.

Aku kembali menatap makhluk tadi dan dia pun telah pergi menghilang.

Perlahan aku mulai mengatur nafas.
Aku tau ada sebuah kekuatan yang begitu besar menggerakkan ku untuk terus membantai makhluk-makhluk itu.

Ya kekuatan dari pedang yang kupegang ini.

Akupun berjalan pelan dan mengambil sarung pedang yang terjatuh di lantai.

Ku sarungkan lagi pedang ini, dan ketika seluruh bagian logam tersarungkan .
Aku merasa sedikit tenang tidak buas seperti tadi.

Aku berjalan kearah tempat duduk,
dan sekilas kulihat Sinta masih berdiri dengan terus mengamati ku sampai aku benar-benar terduduk..

"Sin ngapain sih kamu lihatin aku kayak gitu" ujarku sambil aku mengurut urut tangan ku yang masih sedikit sakit.

Sinta mendekat kearahku dan duduk disampingku disusul nenek yang juga duduk didepan ku.

"Zak, asli kamu tadi serem bgt tau" kata Sinta memandang wajahku, sambil tangan nya ikut mengurut urut tangan ku.

"Serem gimana sih?" tanyaku penasaran.

"Iya kayak bukan kamu, mata mu merah melotot, dan bibirmu senyum lebar banget, ngeri ah..hiiii" kata Sinta sambil menyilangkan kedua tangan nya pundaknya, menyiratkan kalo dia sedang bergidik ngeri..

"Nak, kamu harus hati-hati dengan pedang itu.
Selain kuat, pedang itu juga pedang terkutuk. Aku khawatir jiwamu terpengaruh kekuatan jahat pedang itu.
Setelah semua masalah ini selesai, kamu buang saja pedang itu daripada nanti menyusahkan kamu nak" kata nenek menjelaskan kepadaku..

"Iya, pokok nya nanti kalo masalah ini selesai kamu harus singkirin pedang itu yak !" kata Sinta menambahkan..

Akupun mengganguk, tapi aku tak terlalu yakin.
Entah kenapa aku merasa mulai ada ikatan antara aku dengan pedang itu.

Cermin (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang