Iblis api

417 25 0
                                    

Kami sekarang telah berhadap-hadapan.
Saat ini adalah saat yang sangat aku nantikan.
Tangan ku pun sampai bergetar, entah karena terlalu bersemangat, atau mungkin juga ada sedikit ketakutan yang mulai merasuki ku.

Kupandang sekilas wajah Sinta, entah kenapa dia tidak seseram saat membunuh Setiyaki atau melawan naga putih dulu,
Apakah dia masih merindukan ayahnya? atau mungkin dia mulai tak tega melawan ayahnya sendiri ?
Aku tak tau.
Yang jelas, pertarungan ini pasti sangat berat untuk Sinta.
Menang ataupun kalah, tetap akan membuat dia sedih.

Sejahat apapun ayahnya, dia tetap ayahnya.
Pasti ada ikatan batin tersendiri antara ayah dan anak.

Aku tak ingin membuang banyak waktu, ku kerahkan pasukan ku untuk melawan pasukan wahyu.
Aku tak peduli jika mereka semua mati, toh, mereka juga iblis, yang pastinya punya sifat dasar yang jahat.

Wahyu masih tenang dan memerintahkan bawahan nya yang terkuat yaitu iblis api yang bernama duryudana melawan kami.

Aku dan Sinta kini berhadapan dengan iblis api itu.

Tubuhnya tinggi besar, dan dia bisa membentuk api menjadi apapun yang dia suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuhnya tinggi besar, dan dia bisa membentuk api menjadi apapun yang dia suka.
Kali ini dia membuat pedang dari api yang keluar dari tangan nya.
Besar sekali pedang itu.

"Maju kalian anak ingusan" ujar nya sambil memainkan pedangnya dihadapan kami.

Aku langsung maju menyerang nya dengan serangan kuat ku, namun dengan mudah dia menangkis nya dengan pedang itu.

Aku sampai terpental kebelakang, padahal aku yang menyerang dia, tapi aku yang terpental.
Sinta juga mulai menyerang dia.
Sinta mengayunkan pedangnya dan mengenai tubuhnya, namun sama seperti melawan Dursilawati, pedang Sinta hanya menembus tubuhnya tanpa melukai nya.

Aku melompat dan kembali mengayunkan pedangku sekuat tenaga ke arahnya, namun lagi-lagi dia menahan nya dengan membuat perisai dari api diatas kepalanya..
Akupun lagi-lagi terpental saat pedangku menghantam perisai api itu.
Sinta kembali menyerang dengan pedangnya, dan iblis itu menangkis nya dengan pedangnya..
Melihat Sinta sedang beradu pedang, aku langsung ikut membantunya, kuayunkan pedangku bertubi-tubi ke arahnya
Namun serangan kami berdua masih mampu dihindarinya dan di tangkis menggunakan tameng dan pedang yang dia buat dari api.

Setelah hanya bertahan akhirnya diapun menyerang kami dengan ayunan pedang besar nya yang begitu kuat, hingga kamipun terpental dan jatuh terjerembab ke tanah.

Kulihat Sinta batuk batuk dan muntah darah.

Aku langsung menghampiri Sinta,
"Sin kamu istirahat aja dulu, aku yang akan melawan nya, kamu sepertinya terlalu capek " kataku sambil merangkul tubuh Sinta .

"Gak papa zak, aku masih kuat kok" katanya sambil terbatuk batuk.

"Bagaimana cara mengalahkan iblis ini, dia terlalu kuat." Gumamku dalam hati.

Benar-benar sangat kuat iblis ini, benda yang dia buat dari api juga sangat dashyat kekuatan nya.

Tiba- tiba dia menghunuskan pedang ke arah Sinta yang sedang terluka, langsung ku tahan dengan pedangku, tangan ku sampai bergetar saat menahan pedangnya, hingga aku sedikit khawatir pedang ku akan patah.

Dia menatapku dan mulai menyerangku dengan bertubi-tubi, aku terus menahan serangan nya dengan pedangku. . Aku hampir kualahan, menahan serangan nya

Tiba-tiba dari arah belakang Sinta menyerangnya, namun lagi-lagi perisai api itu muncul sesaat sebelum pedang Sinta mengenai tubuhnya ..

Fokusku sedikit hilang saat melihat Sinta terpental, dengan segera iblis itu menendangku hingga melesat jauh dan berhenti setelah menghantam tembok.

Iblis itu kembali kearah Sinta dan bersiap mengayunkan pedangnya kearah Sinta yang terkapar .

Aku muntah darah setelah terkena tendangan makhluk itu.
Ku lihat kini telapak tangan ku penuh darah,terkena muntahan ku tadi.

Mataku terbelalak ketika kulihat Sinta yang terkapar sedang didekati iblis itu, aku tak melihat pedangku yang terlempar saat aku menghantam tembok tadi,
Tanpa ragu aku segera berlari untuk menyelamatkan Sinta,meskipun tanpa senjata.

Aku melompat dan meraih tangan makhluk itu, agar tak mengayunkan pedangnya kearah Sinta.

Dan aku terkejut..
Ketika telapak tangan ku yang penuh dengan darah,memegang tangan iblis itu dan kudengar suara
"Ceeeeessssss" ketika telapak tangan ku menyentuh tangan nya.

Ya, suara itu, seperti suara bara api yang terkena air.

Ya..Aku tau sekarang bagaimana mengalahkan nya ......gumamku.

Bersambung..

Cermin (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang