Singomaruto

351 25 1
                                    

Aku merasakan kekuatan yang begitu besar muncul dalam tubuhku.
Pedangku juga semakin bergetar hebat, seolah seperti akan meledakkan kekuatan di dalam nya.

Aku mengambil ancang-ancang untuk melompat sekuat tenaga ke arah wahyu.

"Wussssssss" suara lompatan ku yang memecah udara.

Lantai yang ku pijak pun, sampai hancur berantakan.

"Hiyyaaaaaaa" aku berteriak seraya mengayunkan pedangku kearah wahyu, pedangku sangat berat, dan terasa panas, panas yang merambat ke tangan ku, seolah ada daya ledak tinggi yang siap meledak dari pedang ku...

Wahyu menutup kan kedua tangan nya di mukanya, bersiap menangkis serangan pedangku.

"Jrinnnggggg" suara pedangku menghantam tangan nya, hingga wahyu pun terpental kebelakang.

Tubuhnya menghantam tembok dengan keras, hingga kulihat tembok nya hancur berantakan.

Aku langsung menghampirinya, dan ku layangkan tendangan tepat di kepalanya.

Dia langsung terlempar sambil berputar.

Dia masih mencoba berdiri dengan tertatih-tatih,.

Sekarang kamipun berhadap-hadapan.
Dan dia masih tersenyum kecil.
Sambil membersihkan darah yang terlihat di sekitar bibirnya.

"Hehehe... ternyata lumayan juga kamu?, pasti kau dilatih dengan baik oleh si tua brengsek itu" katanya sambil berjalan perlahan kearah ku.

Tanpa menjawab aku segera melayangkan pukulan ku kearah nya, kamipun adu pukulan dan tendangan.
Tak kusangka, setelah terkena serangan ku, wahyu masih begitu tangguh.

Akupun seperti terpengaruh oleh nya yang tak menggunakan senjata, sehingga aku menyimpan pedangku dan kamipun beradu pukulan dan tendangan.

Dia menyerangku dengan pukulan beruntun yang sangat cepat, tapi masih mampu kutahan dengan tangan ku, beberapa kali aku mampu membalas dan mengenai perut dan wajah nya, namun lagi-lagi tak mampu menumbangkan nya.

Dia melakukan tendangan menyapu tanah dengan cepat dan keras.
Kaki ku terkena sapuan nya, hingga akupun terjatuh, seketika dia melompat dan ingin mendaratkan pukulan kearah wajahku.
Namun ternyata dia kembali terlempar saat kulihat Sinta dengan cepat menendangnya.

"Makasih Sin," kataku seraya bangkit dari tempatku jatuh.

Kami berdua kembali menyerangnya dengan bertubi-tubi, wahyu pun makin terdesak, karena kami begitu bersemangat menyerang nya.

Kombinasi serangan ku dan serangan Sinta membuat Wahyu hilang konsentrasi, hingga akupun mampu beberapa kali memberikan damage kepadanya.

Wahyu terlihat mulai berdarah-darah.

Aku mulai memfokuskan serangan.

Kukumpulkan seluruh kekuatan ku di kepalan tangan ku..
Terlihat Sinta menendang wahyu hingga jatuh tersungkur, dan ku gunakan kesempatan itu, untuk menyerangnya sekuat tenaga.

Tangan ku yang sudah terisi penuh tenaga dalam, menghujam kepala wahyu hingga kepala nya menghantam lantai dengan keras dan hancurlah lantai itu..

Dia tampak diam tanpa bergerak dengan kepala yang masih tertunduk di lantai.

"Dia udah mati zak?" Kata Sinta yang sedikit penasaran.

"Gak tau juga Sin, sebaiknya kita berhati-hati" ujarku sambil masih terengah-engah.

"Ayah, ayah " tampak Sinta memanggil Wahyu. Aku tau dia masih mencintai ayahnya, karena memang dia terikat darah dengan Wahyu.

Tiba-tiba wahyu bergerak, kepalanya mengadah kearah kami.

"Sin..Sinta sayang.." katanya dengan terbata-bata.

Sinta mulai mendekat dan berjongkok di depan ayahnya.

"Iya ayah, Sinta ada disini" kata Sinta yang mulai berkaca-kaca.

"Ma..ma..maafin ayah nak, ." Kata wahyu sambil mengulurkan tangan nya kearah Sinta yang duduk di depan nya.

Sinta menggenggam tangan ayahnya dan mulai menangis.

Tangan Wahyu nampak mengelus pipi Sinta...

Wahyu pun mulai meneteskan air mata.

"Bunuh aku nak, cepat bunuh aku, sebelum dia keluar dari tubuhku." Kata Wahyu sambil menatap wajah Sinta.

Belum sempat kami berbuat apa-apa..
Tiba-tiba wahyu berteriak keras, matanya melotot.
Tubuh nya mulai muncul gelembung-gelembung dan beberapa gelembung itu pecah mengeluarkan darah.

Kami mundur perlahan-lahan, Sinta menagis sambil memelukku, nampak wajah nya ketakutan meliahat apa yang terjadi kepada ayahnya..

Wahyu terus berteriak kesakitan, dan dia tersungkur..

Pelan-pelan kami lihat, ada sesosok makhluk keluar dari tubuhnya.

Awal nya makhluk ini transparan, namun dia terus keluar hingga dia sudah berdiri diatas tubuh Wahyu yang tersungkur di tanah .

Semakin lama wujud transparan nya memadat dan semakin sempurna membentuk sesosok makhluk.

Badan nya tinggi besar, dengan tanduk besar, wajahnya mengerikan, dengan taring-taring runcing yang panjang menghiasi mulutnya.

Dia menginjak tubuh wahyu dan kemudian menendang tubuh itu hingga melesat jauh.

Ya, dialah singomaruto, iblis yang selama ini mempengaruhi Wahyu.

Dia menghentakkan kaki nya dan mengibaskan tangan hingga muncul lah gelombang angin besar yang menyapu seluruh pasukan wahyu dan pasukan ku, hingga kulihat tak ada lagi orang disitu kecuali kami bertiga.

"Hahahaha... ayo nak, lawan aku" ujarnya menantang kami, sambil berjalan pelan kearah kami.

Bersambung.

Cermin (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang