Pertarungan terakhir

429 28 2
                                    

Lemas rasanya, melihat ada lagi iblis yang harus kami lawan.

Apalagi iblis ini yang paling kuat.
Pertarungan tanpa akhir ini telah banyak menguras tenaga kami.
Dan sekarang, dengan kekuatan apa lagi kami melawan nya.

Ingin rasa nya kami kabur dari pertarungan.
Namun, tak mungkin iblis ini membiarkan kami lolos.

Ku hunus lagi pedangku dan ku arahakan ke hadapan nya.

Sinta juga telah bersiap dengan pedang di tangan nya.

Aku langsung melompat dengan sekuat tenaga dan menghujamkan pedangku di lehernya, dan..

"Klaakkkkk" pedangku patah...

Pedang ku tak mampu menggores lehernya dan malah patah menjadi dua.

Akupun panik, dan terkejut melihat semua ini. Lantas aku harus bagaimana lagi menghadapi iblis ini?

Singomaruto nampak tertawa melihat aku yang makin putus asa.

Sinta berlari dan menyerangnya, namun belum sampai serangan nya mengenai tubuh Singomaruto, Sinta sudah terpental karena aura kekuatan Singomaruto yang memang sangat besar.

Dan sepertinya tamat lah riwayat kami, akhir yang buruk sepertinya akan kami alami.

Bagaimana caranya mengalahkan iblis ini? Aku tak tau. Pikiranku sudah buntu.

Aku berpandangan dengan Sinta yang juga nampak tak mengerti dengan semua ini.

Belum sempat kami berbuat apa-apa, Singomaruto sudah ada di depan kami dan mengangkat kepala kami keatas, rasanya benar-benar kami sudah di ujung kematian kami.

Aku mulai susah bernafas, pandangan ku mulai kabur, dan suara berdenging mulai terdengar di telingaku. Tangan ku mencoba menggapai Sinta, yang nampak pucat dengan posisi yang sama dengan ku yaitu dalam cengkeraman tangan iblis ini.
Namun aku tak mampu menggapai nya.

Di ujung nyawaku yang mungkin tinggal sedikit lagi, nampak bayangan putih, mendekat kearahku.

Oh, mungkin itu malaikat maut pikirku.

Banyangan putih itu menghampiriku, nampak seorang kakek-kakek dengan sorban putih dan baju putih berdiri di hadapan ku. Dan dia pun berkata

"Nak aku penunggu pedangmu, terimakasih kau telah membebaskan ku, saat pedangmu patah tadi, aku akhirnya bebas, dan sekarang aku pinjam tubuhmu, aku akan memasuki mu, agar kau bisa mengalahkan makhluk itu" katanya sambil menepuk pundakku dan nampaknya Singomaruto tak melihatnya.

Aku hanya merem melek melihat bayangan itu, tiba-tiba dia masuk kedalam tubuh ku..

Seketika aku merasakan kekuatan yang dasyat mengalir ke aliran darahku..

Singomaruto menatap tajam kearah ku, sepertinya dia merasakan kekuatan ku.

Aku memegang tangan Singomaruto yang mencengkram kepalaku dengan kedua tangan ku, langsung ku remas tangan nya dengan kuat hingga dia pun melepaskan cengkraman nya kepada kami.

Kulihat Sinta jatuh ketanah dan terengah-engah. Aku bersyukur dia masih hidup.

Secepat kilat aku melompat dan memukul perut Singomaruto.

"Jbleeeebbb" suara pukulanku telak mengenai perutnya.

Dia muntah darah.
Aku terus melancarkan serangan dengan kombinasi pukulan dan tendangan hingga, dia benar-benar terpojok, dia mencoba memukulku namun kutahan dengan tangan ku.

Aku melompat tinggi dan kupukul kepala nya dari atas hingga dia jatuh berlutut di hadapan ku.

Kupegang kepalanya dengan kedua tangan ku, dan ku tarik keatas dengan kuat sambil kaki ku berpijak di lutut nya agar aku bisa melepas kepalanya..

"Hoey....hentikan... hentikan itu, jangan bunuh aku, aku akan menjadi pengikutmu" katanya memohon sambil ketakutan.

Namun aku tak peduli, aku terus menarik kepalanya.

"Kreeekk ... kreeek ... kreeek...

Suara kepalanya yang mulai tercabut,

"Arrrrrgggghhhhh" dia mulai merintih kesakitan.

"Hiyyaaaaaaaaaaa" aku berteriak dan terus mencabut kepala nya hingga akhirnya terlepas lah kepala nya..

"Bruuukkkkk" tubuhnya ambruk..

Aku terengah-engah sambil menenteng kepala Singomaruto.

Aku melihat Sinta, dia terlihat menangis haru sambil menatapku.

Tak lama kemudian bayangan putih itu keluar dari tubuhku, dan akupun jatuh pingsan.

*******

Cermin (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang