Mata wahyu nampak terbelalak.
Dia tak percaya, anak buah terkuatnya mati di tangan kami.Kini, tinggal dia musuh kami yang tersisa.
Entah sekuat apa dia sekarang.
Mungkin lebih kuat dari iblis api yang barusan kami kalahkan.Tak mau buang waktu lagi, aku langsung melesat kearah nya dan mengayunkan pedangku ke arah kepala nya,
Diapun menghilang dengan cepat, kemudian dia berada dibelakangku lalu menendang ku dengan dengkulnya tepat punggungku.Melihatku terkena serangan, Sinta segera melesat seperti angin dan mencoba menyerang nya.
Kini Sinta dan wahyu bertarung seperti kilatan cahaya dan melesat ke segala arah.
Wusss ... wuss...wusss
Suara pertarungan mereka, dan yang terlihat seperti kilatan-kilatan yang menyambar ke segala arah.
Suara benturan-benturan senjata pun terdengar, padahal wahyu bertarung dengan tangan kosong.
Tiba-tiba Sinta terlempar hingga menghantam tembok dan tersungkur jatuh ke tanah.
Aku segera menghampiri Sinta yang nampak terluka.
"Gimana Sin keadaan mu?" Tanyaku dengan penuh ke khawatiran.
Tanpa kusadari wahyu telah berdiri tak jauh dari kami, mukanya tampak marah.
"Brengsek, gara-gara kalian semua, rencana ku hancur berantakan" katanya sambil berjalan ke arah kami.
Aku langsung berdiri dan melawan nya kembali.
Kuayunkan pedang ku kearah lehernya dan lagi-lagi tak mampu memenggalnya.
Lehernya sangat keras sekali, entah terbuat dari apa.
Sinta kembali berdiri, dan kini kami berdua menyerang secara bersamaan .
Wahyu menghindari setiap serangan kami, bahkan ketika kami percepat serangan ke arahnya, dia juga makin cepat menghindarinya.
Kami melakukan berbagai kombinasi serangan agar dia bisa terkena serangan kami, namun semuanya sia-sia, wahyu sangat lincah dan kuat, meskipun beberapa kali pedang kami mengenai nya namun kami masih tak mampu melukainya .
Sesekali wahyu melemparkan pukulan ke arah kami, hingga kami pun terhempas karena kuatnya pukulan wahyu.
Kami terus-menerus menyerang dengan seluruh kekuatan, namun hasilnya semua serangan kami hanya sia-sia belaka terhadapnya
Dia mulai melancarkan serangan balasan dengan sebuah pukulan yang sangat kuat, hingga kami berdua pun terpelanting jauh dan menghantam tembok dengan keras..
Kami tersungkur dan muntah darah, dan dengan tertatih-tatih, kami berdua kembali berdiri.
Kulihat wahyu sudah bersiap-siap menunggu serangan dari kami, tapi kali ini aku merasa..
Kepercayaan diriku sedikit melemah, ternyata latihan keras yang kami jalani masih belum bisa mengimbangi kekuatan wahyu.
"Hahahaha... apa kalian sudah menyerah?" Kata wahyu sambil mentertawakan kami, karena kami hanya berdiri tanpa mencoba menyerangnya kembali.
Kini tanganku mulai bergetar hebat, kedua kaki ku terasa lemas, aku mulai merasa takut.
Dalam ketakutan ku, aku melihat Sinta yang berdiri disampingku. Wajahnya makin pucat, karena begitu banyak darah yang keluar dari luka-luka nya.
Aku sangat khwatir hal yang buruk akan menimpanya, Sedangakan aku tak bisa melindunginya.Kenapa aku masih begitu lemah?
Apakah aku tak akan pernah bisa memenangkan pertarungan ini? Apakah aku tak akan mampu melindungi Sinta?Sial...sial.. sial..
Aku masih begitu lemah.
Kini, benar kata wahyu bahwa ketika kematian terlihat di depan mataku, aku tak akan lagi bisa menyombongkan diri ..
Akupun jatuh berlutut, pedangku jatuh ke tanah.
Sinta yang masih berdiri disampingku nampak terheran-heran melihatku.
"Kamu kenapa zak?" Kata Sinta dengan raut muka yang kebingungan.
Wahyu nampak nya bisa membaca keadaan ku, diapun tertawa sangat keras seolah kemenangan sudah di depan matanya.
Aku semakin tenggelam dalam keputusasaan.
Aku hampir tak punya lagi semangat bertarung.
Saat ini aku hanya pasrah.
Karena aku merasa seluruh kekuatanku tak mampu mengalahkan nya.Dalam rasa keputusasaan itu, kupejamkan sejenak mataku.
Angan ku mulai melayang-layang.
Dan tak lama kemudian...Aku melihat bayangan ayahku didepan ku, dia tersenyum padaku, dia menyemagatiku..
"Ayo zaki!! kamu bisa zak!!"
Semangat zak!!!!
Semakin lama bayangan ayahku memudar dan kini berganti.
Aku melihat bayangan ibuku, dia meneteskan air mata sambil berjongkok di depan ku, tangan nya yang lembut menyentuh pipiku dan pelan-pelan mendongakkan kepalaku..
"Nak...kamu bisa nak..jangan menyerah nak.." kata ibuku sambil berkaca kaca .
Sama seperti ayahku, bayangan ibuku pun memudar ..
Tak lama kemudian muncul lagi bayangan ...
Kali ini bayangan Sinta yang hadir dan berkata.
"Kau pahlawan ku zak!! "
"Jangan menyerah zak!!" Katanya penuh semangat dengan mengepalkan tangan nya kepada ku.
Banyangan Sinta pun berangsur-angsur menghilang..Kini aku merasakan pundak ku di tepuk, dan kulihat mbah Suro di depan ku.
Beliau berkata..
"Manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan, namun manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia pada hati nya sendiri" kata mbah Suro yang lalu mengambil pedangku dan menyerahkan kembali padaku.
Mataku terbelalak mendengar kata-kata mbah Suro, dan aku seperti mendapatkan kekuatan yang dashyat.
Segera ku terima pedang itu, dan akupun kembali berdiri..Kini semangat bertarung ku pun telah kembali, kulihat Sinta tersenyum melihat ku..
Kupengang erat pedangku.
Kini kilatan api pun muncul di pedangku, sepertinya pedangku mengeluarkan kekuatan yang sesungguhnya.
Kembali aku mengingat kata-kata mbah Suro, bahwa pedangku ini sangat kuat, namun penggunanya juga harus kuat, agar kekuatan sejati dari pedang ini muncul..
Dan kini kurasakan kekuatan sejati dari pedang ini mulai muncul dan menjalar ke tubuhku.
Aku mulai mengambil langkah untuk melompat ke arah wahyu...
"Wussssssssss"
Aku melompat dengan segenap kekuatan kearah nya, hingga lantai yang jadi pijakan kaki pun hancur berantakan ..
Hiyaaaaaaaaaaaa.....
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin (Selesai)
FantasySebuah cermin dengan cara yang aneh mempertemukan dua anak manusia yang saling mencintai,namun cinta keduanya bukanlah sebuah cinta biasa. Cinta kali ini penuh pengorbanan,petualangan ,bahkan pertaruhan nyawa karena mereka harus berurusan dengan ibl...