EPILOG

620 35 2
                                    

Aku terbangun dari tidurku, kulihat selang infus menempel di tangan ku.
Oh aku ternyata aku di rumah sakit.
Aku mencoba duduk, tapi kepalaku sangat pusing hingga akupun langsung bersandar di ranjang.

Tak lama kemudian pintu kamar terbuka dan kulihat Sinta berdiri di tengah pintu itu, dia menatap ku sambil menangis tersedu-sedu.
Di berjalan cepat kearah ku dan langsung memelukku.

Nyaman sekali memeluk Sinta saat ini, saat semua masalah telah usai.

Aku langsung mencium rambut nya, dia masih menangis dan semakin erat memelukku.,

Sambil masih memelukku dia berbicara.

"Zak, kamu udah gak sadar selama seminggu lo, aku bener-bener khawatir" katanya sambil terisak.

Ya.. aku pingsan selama seminggu, dan akhirnya akupun sadar.
Mungkin pertarungan yang begitu hebat masih belum sepadan dengan kemampuan tubuhku, sehingga tubuhku melampaui batasnya dan akhirnya aku harus pingsan lama.

Masih banyak pertanyaan yang mengganjal dalam benak ku, terutama tentang, siapakah sosok yang masuk kedalam tubuhku sehingga aku bisa mengalahkan Singomaruto ?
Akupun masih belum mengerti.

Namun ku abaikan semua pertanyaanku, dan kunikmati kebersamaan ku bersama Sinta saat ini..

Singkat cerita akupun keluar dari rumah sakit dan mulai masuk sekolah lagi, meskipun kami sudah menikah, namun kami merahasiakan status kami dan berniat tetap bersekolah sampai lulus SMA.

Hingga kamipun lulus SMA dan mulai hidup bersama.

Kami pindah ke rumah nenek nya Sinta di kampung.

Aku menjual rumahku dan menggunakan tabungan ku untuk membuat usaha bengkel di kampung.

Dan akupun cukup sukses dengan usahaku.

Kami meninggalkan semua ilmu kami, dan melupakan semua masalah yang telah lalu.

Kami mulai memperdalam agama, dan menjalankan semua sesuai syariat agama, agar kami terhindar dari gangguan iblis lagi.

Alhamdulilah, semua kebahagiaan kami bertambah dengan lahirnya seorang anak perempuan yang cantik yang kami beri nama Freya.

Freya mirip dengan ibunya, dia cantik, manis, berambut hitam lurus dengan lesung pipi yang menambah kecantikan nya.

Dan ada satu hal yang sama dengan ibunya.

Freya suka bercermin.

Cermin kenangan kami, memang kami bawa ke kampung.
Karena cermin itu terlalu banyak menyimpan cerita, sehingga kami tak ingin meninggalkan nya begitu saja.

Dan ketika Freya berusia 7 tahun, dia suka sekali berdiri di depan cermin itu.

Suatu hari, Freya berdiri di depan cermin itu dan menatap wajah nya sendiri.

Namun, tak lama kemudian Freya berlari kearah ku dengan ketakutan, dan dia berbicara .

"Ayah tadi Freya lagi main di depan cermin, tiba-tiba bayangan wajah Freya di cermin senyum sendiri, padahal Freya gak senyum Yah, terus bayangan wajah Freya bilang.

"Hey... gadis berdarah langka, kamu cantik sekali"

SELESAI

Cermin (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang