15. Geranium [Terlambat]

14 4 1
                                    

Madam Shu memperhatikan gerak-gerik seluruh anak asuhnya. Namun, mata itu berhenti kala menemukan Queen duduk di meja bar dengan wajah yang murung. Ia pun tak tinggal diam. Pemilik bar itu berjalan memutar selaras arah jarum jam. Ia menepuk pundak Queen perlahan dan sedikit membetulkan posisi tali dress yang sedikit turun.

“Ada apa? Kau bisa cerita padaku kalau kau mau. Berbagi jauh lebih melegakan dibandingkan menyimpan sendirian.”

Queen melirik Madam Shu. Helaan nafasnya menunjukkan ia sedang memikirkan sesuatu yang memusingkan. Ia mengangkat snifter yang berisikan tequila kesukaannya lalu memutarnya lamat-lamat. Sajian string of pearls tampak indah di matanya.

“Bagaimana dengan mami? Mami tampak selalu melamun, pasti ada hal besar yang selalu mami pusingkan.”

Madam Shu tertawa lirih lalu menatap Queen dengan sendu. “Aku mempunyai anak yang sangat cantik, ia mirip sekali denganmu, dan aku merindukannya.”

Queen meletakkan gelas ramping yang sedari tadi menyita perhatiannya. Pandangannya turut menyendu kala mendengar suara ibu asuhnya yang melemah. Ia pun menggenggam jemari Madam Shu dan mengusapnya perlahan. “Apa pun hal itu, Queen selalu berharap suatu saat nanti mami mendapatkan apa yang menjadi kebahagiaan mami.”

Madam Shu mengusap pipi Queen dan membalas ucapannya, “Kau juga, kebahagiaan akan datang padamu.”

Queen mengangguk. Siapa pun akan mendapatkan kebagiaan. Hanya saja kita harus lebih bersabar sampai tiba saatnya. Queen menatap kembali Madam Shu lalu tersenyum dan menyatakan bahwa Madam Shu cantik di usianya yang sudah mau berkepala lima. Ia juga menebak bahwa anak ibu asuhnya itu juga cantik sepertinya.

Madam Shu tertawa dan meninggalkan Queen sendiri. Queen merasa senang karena dapat membuatnya tertawa. Walaupun keduanya tidak mengatakan kebenaran apa pun, tapi setidaknya keduanya mampu melepas beban meski hanya sesaat.

Queen menghela nafasnya singkat, ia memutar kepalanya memperhatikan seluruh isi club. Ia menangkap sosok gadis yang kemarin sempat tak sengaja terekam oleh matanya. Gadis itu tampak berjalan mendekati meja bar dengan gelagatnya yang gelisah.

Eum, one white wine, please.

Gadis itu duduk dengan posisi fokus ke arah bartender. Matanya terlihat bergetar seperti sedang menghindari sesuatu. Ia melirik sloki di hadapannya dan menengadah.

No, one bottle and please wrap it.

Ok.

Eum, please do it quicker. I’m in hurry.

Queen mengernyit, gestur tubuh gadis itu tampak gelisah dan seperti ketakutan. Bila dilihat dari pakaiannya jelas sekali ia bukan gadis nakal yang hobi bersenang-senang di tempat seperti ini.

“Hey,” tegur Queen dan gadis itu pun menoleh. Matanya membesar seolah meminta kelanjutan sapaan itu.

“Kalau takut untuk apa membelinya di sini? Disuruh pacarmu?”

Gadis itu menggeleng kuat, membantah pertanyaan Queen. “Tidak, dia bukan pacarku dan dia yang menyuruhku membeli di sini.”

“Berhati-hatilah, lelaki bisa jadi ganas karena pengaruh alkohol yang berlebih.”

Queen meninggalkan gadis itu sendirian di sana. Ia melirik pergelangan tangannya, ‘Jam 11.42, 27 April.’ Decakan halus keluar dari bibir ranumnya. Pandangannya jatuh pada  Rama yang berdiri bersebelahan dengan Madam Shu di sudut lorong. Dari gestur tubuhnya, Rama seperti sedang frustasi. Saat berbincang dengan Madam Shu, Queen melihat satu tangan Rama memegangi dahi dan satu lainnya berkacak pinggang.

1 APRIL : Queen-Athala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang