SnT | Chapter 21 - A lucky woman

4K 277 29
                                    

Welcome semuanya! 🐣

Selamat datang di dunia Rafael dan Victoria. Yup, setelah menunjang badai dan juga dibasahi air mata, sekarang kita happy-happy saja ya sama pasangan satu ini.

Warning! Chapter ini memuat banyak pic, jadi pastikan bacanya pakai Wi-Fi atau data seluler, ya.

Happy Reading...

______________________________________

Ketika detak jantungnya sudah kembali normal, dia pun beranjak untuk mematikan lampu lalu menjatuhkan diri ke atas ranjang. Mendadak dia takut untuk memejamkan mata lantaran kembali tidur sendirian. Tidak ada Rafael yang memeluknya sepanjang malam membuat Vic gelisah. Dia jadi menyadari bahwa keberadaan Rafael seperti dream catcher yang dipercaya sebagai penangkal mimpi buruk.

Vic menggelengkan kepalanya. Tidak. Dia tidak boleh terlalu bergantung pada pria itu. Vic memejamkan matanya rapat-rapat. "Semoga mimpi buruk itu tidak datang lagi," gumamnya.

👔👔👔

Vic mematut diri di depan cermin besar yang menyatu dengan salah satu pintu lemarinya, menampilkan tubuhnya yang memakai atasan berwarna putih dipadukan dengan celana motif kotak-kotak, lalu ditimpa jaket berwarna beige. Wajahnya dipoles make-up tipis, sedangkan rambut light brown-nya dibiarkan tergerai indah. Sebagai pelengkap penampilannya hari ini, Vic meraih tas selempang Louis Vuitton miliknya dan juga sneakers berwarna putih.

Vic merasa senang karena dia bisa menghabiskan weekend-nya bersama Rafael kali ini. Entah hanya kebetulan atau memang keajaiban dari Yang Maha Kuasa, Sylvia dan Sammy harus menghadiri acara pernikahan kerabatnya di Korea Selatan, sehingga mau tidak mau pâtisserie harus tutup selama lima belas hari. Vic juga tidak menanyakan mengapa harus ditutup selama itu padahal mereka bisa saja kembali setelah acara selesai. Vic menebak mungkin saja mereka ingin melampiaskan kerinduan dengan keluarga di sana, mengingat sudah lama juga mereka menetap di Paris—yang dikenal sebagai Kota Cahaya atau la Ville des Lumières dalam bahasa Perancis.

Dan alasan Sylvia mendirikan toko kue di sini juga masih belum bisa diterima Vic mengingat kota ini dijuluki sebagai Pusat Mode Dunia. Sylvia sangat menyukai macaroon dan kue tersebut pertama kali diperkenalkan oleh Catherine de Medici, bangsawan asal Italia yang menikah dengan Raja Perancis, Raja Henri II.

Dering telepon membuyarkan segala pemikiran Vic yang sebenarnya tidak penting. Dia lantas mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Senyumnya terbit kala mengetahui bahwa Rafael yang menelepon, jadi tanpa pikir panjang dia langsung mengangkatnya. "Halo..."

"Aku sudah di depan."

"Baik, aku keluar sekarang." Sambungan telepon pun mati. Vic memasukkan ponselnya ke dalam tas beserta dompetnya. Tak lupa dia meraih kunci rumah dan segera keluar kamar.

Vic langsung menghampiri Rafael setelah mengunci pintu. Pria itu bersandar pada mobil seraya bersedekap.

"Siap untuk hari ini?" tanya Rafael dengan senyum menawan.

Vic mengangguk. Matanya menelusuri penampilan Rafael hari ini. Pria itu selalu tampak menawan walaupun tubuh atletisnya hanya dibalut t-shirt putih polos, jaket kulit hitam, dan celana jeans berwarna senada.

Suit and Tie [2] | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang