SnT | Chapter 44 - The day

1.5K 148 11
                                    

SUIT AND TIE UPDATE!!!

Jam berapa kalian baca chapter ini?

Seperti biasa, jangan lupa untuk klik bintang kecilnya.

Happy Reading...

______________________________________

"Baik, Tuan."

Setelahnya sambungan telepon diputus secara sepihak oleh Rafael. Dia lalu meneruskan dua file yang dikirim oleh Elaine ke e-mail Charlie dan meletakkan kembali ponselnya ke atas nakas.

"Tunggu kehancuranmu, Eugene!" desis Rafael penuh kebencian.

Dia kemudian kembali menatap Vic untuk memastikan kalau sang istri masih terlelap. Lagi-lagi Rafael mengecup Vic sebelum berlalu menuju walk in closet.

👔👔👔

Waktu berlalu cukup cepat. Tidak terasa kini perut Vic telah membesar. Kata dokter empat hari lagi menjelang persalinan jika tidak meleset. Rasanya Vic semakin tak sabar menunggu saat itu tiba.

Selama beberapa bulan ini pula banyak hal yang terjadi, dari yang paling ringan hingga terberat. Untung saja selalu ada Rafael yang menemani di sisinya sehingga Vic cukup kuat menghadapinya. Belum lagi pria itu selalu siaga sejak kehamilannya. Kamar mereka bahkan pindah ke lantai dasar. Vic benar-benar merasa dimanjakan dan menjadi ratu.

Vic juga sudah mengetahui persoalan antara Gordon, Eugene, dan Adam tatkala kehamilannya menginjak usia tujuh belas minggu. Awalnya tentu Vic murka, tidak bisa menerima kenyataan, dan sempat mogok bicara dengan Rafael selama lima hari. Namun, semuanya berlalu setelah Vic mampu menenangkan diri. Dia menemui psikolog untuk berkonsultasi dan menangani mentalnya yang down. Vic pun jadi lebih lapang dan bisa memaafkan Gordon. Dia paham maksud baik ayah mertuanya tersebut, walaupun berakhir petaka.

Beberapa bulan terakhir hubungannya dengan Gordon pun berangsur membaik. Pria paruh baya itu tidak lagi sekeras pertemuan pertama mereka. Sebulan sekali pasti disempatkan untuk makan malam bersama, entah di mansion Rafael atau mansion Gordon.

Vic dan Rafael juga sepakat untuk tidak memberitahu Lindy. Tak ingin wanita paruh baya tersebut semakin terpukul. Vic ingin ibunya bisa melanjutkan kehidupan dengan senyuman di wajah. Tak ingin ibunya turut memikirkan masalah rumit mereka.

"Vic ...."

Vic tersadar dari lamunannya begitu indera pendengarannya menangkap panggilan tersebut. Dia yang tengah duduk di tepi ranjang menghadap jendela langsung berbalik dan tersenyum lembut kala menemukan sang suami baru saja naik ke atas ranjang.

"Apa yang kamu pikirkan?"

Vic menggeleng dengan senyum masih tersemat. "Pekerjaanmu sudah selesai?"

Rafael manggut-manggut. "Ternyata lebih banyak dari yang kubayangkan."

"Kamu pasti lelah. Mau kupijat?" Kini Vic sudah berganti posisi, duduk bersila di atas ranjang dan menghadap Rafael.

"Tidak perlu, sudah malam, aku tidak mau kamu kelelahan," tolak Rafael halus. Sebelah tangannya mengelus pipi kiri Vic pelan.

"Baiklah ...." Vic kemudian meletakkan tangannya di atas punggung tangan Rafael yang masih mengusap di pipinya. "Aku bisa bahagia, 'kan?"

Suit and Tie [2] | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang