"Dira!" pekik Ava setiba di situ , Dira pun tersadar dan langsung memutuskan kontak mata dengan orang itu.
"eh, kenapa?" tanya Dira.
"hayo liat siapa lo?" goda Via.
"engak." elak Dira.
"ada yang lo taksir ya," goda Via.
"apaan si lo,"
"mereka siapa?" lanjut tanya Dira mengalihkan pembicaraan.
"oh, mereka itu the most wanted cowo di sekolah kita, ya bad bad boy yg gitu lo mau kenalan?" ungkap Nayla. tanpa mendengar jawaban Dira, Nayla melambai lambai ke cowo cowo itu.
Disisi lain keempat cowo yang sedang menjadi pusat perhatian sedang kebingungan duduk dimana.
"eh itu Nayla suruh kita duduk di situ," ujar cowo bermata sipit dari yang lain.
"hayu," balas satu temannya yang di setujui mereka, mereka pun mendekati meja Nayla.
"hay beb," sapa cowo bermata sipit yang langsung merangkul Nayla.
"hem" Nayla hanya membalas dengan deheman.
"kamu mah cuek banget," rengek cowo itu yang sama sekali tidak dipedulikan Nayla.
"eh, ada anak baru lagi ni," sahut Ava.
"ini ni," tunjuk Via ke di Dira.
"gue Dira," ujar Dira tersenyum tipis.
"ohh, gue Fathur Prayoga panggil aja Yoga," ujar cowo bermata sipit itu.
"Redicko Adiputra panggil aja Diko," Diko pun tersenyum.
"Levin Vales A. Levin," mereka semua sudah hanya satu yang belom, pria yang sedang sibuk dengan urusannya sendiri.
"Rey," panggil Yoga, masih belum direspon.
"woy monyet," pekik Levin depan telinga Rey.
"ck, apa?" datarnya.
"lo ga mau kenalan?" tanya diko.
"Rey." ujar Rey dengan malas, lalu ia sibuk dengan urusannya lagi.
"sorry, dia memang gitu," kata diko.
Dira menganguk "oh, Rey namanya," gumam Dira.
"kenapa? Kalian kenal?" tanya Via yang mendengar gumaman Dira.
"ga, Cuma ga sengaja tabrakan tadi," datar Dira, suasana hening.
"yaudah..kok jadi awkard gini si?" sahut Yoga.
"iya ni,"timpal Nayla.
"kalian pacaran?" tanya Dira menunjuk Nayla dan Yoga.
"iya ni," ujar Yoga tersenyum lalu mencium pipi Nayla.
"aelah, udah gue bilang jangan cium gue,"Nayla mengusap pipinya dengan sedikit kesal, sedangkan Yoga memasang wajah memelas.
"dah dah, mau puasa jangan banyakin dosa," ustazah Ava berbicara.
"eh monyet, puasa masih lama," seru Diko.
"waktu itu berjalan lebih cepat sekarang," jelas Ava.
"masa?" ejek Levin.
"iyakan mau kiamat,"
Pluk
"aww, sakit Nay," rintih Ava setelah Nayla menjitak kepala Ava.
"bego jangan asal ngomong lo," omel Nayla.
"ampun nyai," ujar Yoga berujung mengejek, dan Yoga dihadiahi pukulan dari Nayla juga.
∞
Bel pulang sudah bunyi, Dira sengaja keluar kelas sedikit lambat. Ternyata kolidor sudah sepi, ia pun menuju parkiran, terlihat Levin sedang menunggu di sana dengan memainkan handphone. Dira pun sedikit berlari untuk mendekatinya.
"yok, pulang," ajak Dira.
"lama bener lo ah," omel Levin.
"hehe, kan nunggu sepi," cengir Dira.
"yaudah masuk," perintah Levin, Dira pun mengangguk.
Tanpa disadari mereka ada seseorang yang melihat semua itu "siapa dia?" batin orang itu.
∞
Sekarang Dira sedang duduk di teras kamarnya, malam ini sangat indah. Banyak bintang bintang serta bulan yang menyinari langit dengan terang. Dira masih terbayang dengan mata hazel milik Rey yang tidak sengaja bertemu, tatapan itu ̶ Tatapan tajam tapi tersirat kesepian dan kesedihan didalamnya. Rey adalah orang pertama yang Dira temui sedingin itu, tapi mengapa Dira penasaran dengan dia?
"jangan jangan, jangan sampai" gumam Dira, Dira pun beranjak ke kasur dan di merebahkan badannya, ia ingin menutup mata tetapi tidak bisa. Memori itu masih selalu menghantuinya.
Dira mengambil sesuatu di meja samping tempat tidur, setelah itu ia pun tanpa sadar memasuki alam bawah mimpinya.
∞
Sudah beberapa hari Dira sekolah di sekolahan ini, tidak ada bedanya dengan sekolah lamanya, hanya saja ia sekolah bersama dengan abangnya. Dira dengan sahabat abangnya juga tambah akrab, kecuali dengan si muka tembok.
Hari ini juga hari terakhirnya ia bareng dengan abangnya, karena ia sudah hafal jalannya. dan tentu sudah di perbolehkan naik motor.
Sekarang ia sedang berjalan di koridor, koridor lumayan ramai. Dira menyumpal telinganya dengan earphone, dan berjalan dengan muka datarnya. Sesekali ia tersenyum tipis saat ada yang menyapanya.
"Dira!!!" teriak seseorang, persis seperti toa. Dira tak meresponnya, ia pun mengejarnya dan menepuk bahu Dira, merasa ada yang menepuknya ia pun berbalik lalu melepas salah satu earphoennya.
"kenapa Va?"
"anjir gue teriak teriak ternyata lo pake earphone pantes ga denger," cerocos Ava.
"malu tau gue," lanjut Ava.
"bukan urat malu lo udah putus?" sindir Dira.
"yee, masih ada tau," elak Ava, Dira hanya mengangkat bahu acuh lalu melanjutkan jalannya.
"tungguin gue!" pekik Ava lalu berlari menyamai langkah dengan Dira. Murid di koridor hanya bisa menutup telinga saja.
"pagi gaes!!" pekik Ava saat masuk kelas, Dira hanya memutarkan bola mata dengan malas.
"woi toa diem dikit napa!" protes Via yang sudah duduk manis tempat duduknya bersama Nayla, Ava pun duduk di tempatnya bersamaan dengan Dira.
"Bodo," balas Ava.
"gue lakban lama lama mulut lo," Dira dan Nayla hanya diam melihat perdebatan mereka. Sudah biasa.
"heh mulut lo juga tu," seru Ava tak mau kalah.
"lo lebih toa dari gue Va"
"elo itu"
"lo"
"elo"
"lo"
"elo"
"udah maimunah, kalian berdua itu gue bawa lakban beneran besok nih!" kesal Nayla.
"kalian itu sama sama toa jadi akur akur ya," timpal Dira, murid murid di kelas yang mendengarnya pun tertawa.
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
REYDIRA || TERBIT
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang gadis tomboy yang memiliki masa lalu kelam ini bertemu dengan seorang pria yang dingin seperti es batu? Semakin lama, rahasia serta kejadian masa lalu yang selama ini menyiksa gadis ini terbongkar. Satu satu pe...