Akhirnya Dira ke indomei di depan kompleknya berjalan kaki, sekali kali olahraga. Dira berjalan dengan tangan masuk ke dalam kantong jaketnya, jarak antara rumah dan indomei tidak terlalu jauh.
Sesampainya disana Dira mengambil makanan yang ingin ia rencanakan untuk di beli, setelah itu ia membayarnya. Dira berjalan santai sambil bersenandung kecil, jalan kompleknya itu sepi, untung saja lampu jalan lumayan terang jadi Dira tak takut.
Dira merasa ia tak sendiri disitu, ada yang mengikuti nya sekarang. Dira tidak berhenti dia melirik ke arah jalan, dan benar ada bayangan tepat di belakngnya yang hanya berjarak sekitar 1 meter.
Dira berhenti, dia berhenti. Oke Dira pastikan itu pelaku atas teror terornya, Dira berjalan sedikit cepat, dan benar orang itu melakukan hal sama.
Dira sedikit takut karena disini sepi, ia mulai keringat dingin. Akhinya Dira mengambil ancang-ancang untuk.
Lari.
Dira lari sekencang kencangnya, hingga ia masuk perkarangan rumahnya. Tak sampai disitu ia harus berada dalam keadaan aman dulu.
Brakk
Dira menutup pintu rumahnya sedikit kencang, masih dengan keadan lari Dira masuk ke kamarnya dan menguncinya kamarnya.
Dira terduduk lemas di balik pintu kamarnya, ia menetralkan nafasnya yang tadi sempat memburu.
"Fu*k, dia udah mulai jalanin aksinya terang terangan," umpat Dira.
beberapa menit kemudian Dira merasa ada pesan masuk, ia merogoh sakunya untuk mengecek handphonenya.
XX : Gimana rasanya tadi lari larian?
∞
Seorang pria baru saja bangun dari tidurnya, dia melirik jam lalu beranjak pergi dari tempat tidurnya. Tujuannya hanya satu kamar mandi, setelah beberapa menit ia keluar dengan handuk yang terlilit di pinggangnya.
Dia mengambil seragamnya lalu memakainya, rambutnya yang masih sedikit basah tidak ia sisir ia biarkan sedikit berantakan. Tapi malah membuatnya tambah terlihat sexy.
Mengambil tasnya lalu ia keluar dari kamarnya, ia menuju ruang makan, untuk sarapan.
"Pagi Rey," sapa sang papa.
"Pagi," jawab Rey.
"Sarapan dulu," saran Azka.
"Gausah, Rey sarapan disekolah," entah kenapa tiba tiba Rey tidak mood untuk sarapan.
"Sedikit aja Rey, nanti kamu sakit,"
"Memang ada peduli kalo Rey sakit?" sindir Rey.
"Rey! Kamu jangan keterlaluan." tegas Azka.
Rey berdecak "Bukan harusnya Rey yang bilang gitu ke papa dulu, pas papa tinggalin Rey sendirian?"
"Kamu tu dengerin penjelasan papa dulu," pinta Azka.
"Udahlah pa, Rey males debat, Rey berangkat assalamualaikum." tanpa mendengar balasan sang papa, ia sudah menginjak kaki keluar rumah.
"Sampe kapan kamu mau begitu Rey,"
∞
Sekarang semua murid 11 ipa 1 sedang berada di ruang musik, pelajaran pak Adit yang sebagian menunggu akhirnya datang pada hari ini.
Siswa siswi banyak yang sibuk dengan dirinya sendiri, ada yang menghafal lagu, memperlancarkan alat musik mereka, ada yang berdoa berdzikir trus, sampe ada yang tidur alias ga peduli.
"Ampe ga dateng tu bapak gue samperin rumahnya," cerocos Via.
"Mau ngapain lo kerumahnya?" Sahut Ava.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYDIRA || TERBIT
Fiksi RemajaBagaimana jadinya jika seorang gadis tomboy yang memiliki masa lalu kelam ini bertemu dengan seorang pria yang dingin seperti es batu? Semakin lama, rahasia serta kejadian masa lalu yang selama ini menyiksa gadis ini terbongkar. Satu satu pe...