34. Berpisah?

347 19 3
                                    

'kring!!kring!!kring!'

Bel istirahatpun berbunyi, siswa siswi yang biasanya berbondong bondong ke kantin atau tempat lainnya sekarang tidak, mereka santai saja, seakan jam istirahat dan jam biasanya itu sama saja. Mungkin karena sudah selesai ujian dan siswa sisiwi bebas, hanya diwajibkan masuk saja.

"sekarang ga istirahat istirahat semuanya sama," ucap Ava.

"iyalah kan udah kelas meeting," jawab Via.

"tapi gue liat masih ada tuh yang belajar di perpus," sahut Ava.

"itumah anak anak yang rajinnya berlebih," jawab via.

"gamau otaknya kehilangan rumus rumus itu vi,"

"lah itu Dira, santai aja, tapi pas ulangan otaknya lancar jaya," ucap Via.

"heh, kanapa nyebut nyebut nama gue?" ketus Dira.

"yaelah, sensi amat lo jadi orang," ujar Via.

"pms dia," sahut Nayla.

"lah iya ra?"

"iya! Kenapa!?" ketus Dira.

"pantesan." seru seseorang.

Mereka berempat memutarkan bola malas, mereka sudah tau pelakunya siapa. "kita boleh duduk disini?" Tanyanya.

"walaupun ga dibolehin tetep duduk kan?" sinis Via.

"santuy vi, ngegas aja lo. ko cewek lo tu," balas Yoga mangadu ke Diko.

"jangan sering sering ngegas ya, nanti bensin kamu abis," Diko duduk di samping Via sambil merangkulnya.

"apa lo, ngerangkul ngerangkul segala lagi," Via menepis tangan Diko.

"eh, mana kak Rey?" Tanya Dira yang sadar akan hilangnya si tembok tk disitu.

"gatau, ilang tu anak dari tadi," jawab Yoga.

"gue duluan." pamit Dira, tanpa mendengar jawaban dari para sahabatnya dia langsung lari mencari Rey.

Dira menyusuri kolidor sekolah, ia pun memutuskan ke kelas Rey di lantai atas. Sampai disana kelas sepi, Dira menghembuskan nafas.

"nyari siapa ra?" Tanya seseorang.

Dira menoleh ke belakang terdapat seorang lelaki yang sedang tersenyum ke arahnya "kak galak?" Tanya Dira.

"galak galak, nama gue Galaksi woy bukan galak,"

"iya iya sorry deh,"

"lo udah baikkan ra?"

"iya, udah sehat ko kak,"

"syukurlah,"

"oh ya, kak Rey kemana kak?" Tanya Dira.

"ohh, nyari batu es lo, itu tadi dia dipanggil ke ruang guru," jawab Galaksi.

"ngapain?"

"katanya si ngurus beasiswa dia,"

"beasiswa?"

"iya beasiswanya yanng dia ke luar negeri itu, iri gue sama dia ra ra,"

Dira terdiam, apa yang ia denger barusan itu benar? "Ra," panggil Galaksi saat melihat Dira melamun.

"Dira!"

Dira tersadar dari lamunannya "ha? Apa?" Tanya Dira.

"lo kanapa bengong si? Tanya Galaksi.

"gapapa, makasi infonya kak, gue titip salam ke bang Angkasa ya," Dirapun meningalkan Galaksi setelah mendengar jawaban Galaksi. Galaksi merupakan adik dari Angkasa.

Dira berjalan dengan tatapan kosong, beberapakali ia hampir bertabrakan dengan orang. Ia masih percaya tidak percaya akan ucapan Galaksi tadi.

Brukk

Kembali lagi Dira terjatuh, Dira berdiri "sorry," hanya satu kata yang Dira ucapkan lalu ia pergi saja, tapi kali ini berbeda tangan Dira dicekal oleh orang itu.

"lo kenapa ra?"

Dira diam, Rey yang melihat jika ada yang aneh dari Dira membawa Dira menjauh dari kolidor sekolah, ia membawa Dira ke taman belakang sekolah yang jarang siswa siswi lewati.

"lo kenapa ra? Ada masalah?" Tanya Rey.

"ra j-"

"lo dari mana ka?" potong Dira.

"ruang guru," jawab Rey.

"ngapain?"

"it-tu gue-"

"ngurus behasiswa kan?" Potong Dira kembali.

Rey tersentak kaget, lalu ia menangkup pipi Dira agar Dira menatapnya awalnya Dira menolak tetapi kekuatan Rey lebih kuat. Jadi mau tak mau dia mentapnya.

"kenapa? Kenapa ga kasih tau gue? Segitu ga pentingnya gue sampe hal kek gini lo ga kasih tau gue?" Tanya Dira.

"bukan gitu ra, gue mau ngasih tau lo tadi."

"kapan? Tunggu lo udah sampe bandara?" sinis Dira.

"Dira." panggil Rey

"kak gue ga bakal ngelarang lo pergi kemanapun itu hak lo, tapi setidaknya kasih tau gue, please jangan tiba tiba ilang. Gue tau gue bukan siapa siapa lo, jadi gue ga berhak di mintai pendapat. Gue cuma pengen gue denger semua hal itu dari lo kak, bukan orang lain,"

"maaf ra, gue salah."

"lo gasalah kak, gue yang salah. Gue yang terlalu berharap kalo lo terbuka sama gue ka, nyatanya gue bukan siapa siapa lo. gue cuma temen. iya temen ga lebih,"

"ra dengerin penjelasan gue dulu,"

"gausah kak, Gue ga bakal ngegangu hidup lo lagi kak, kali ini gue yang pergi, gue gamau lo ngerasa terbebani karena gue."

Dira menatap langit langit kamarnya, ia tidak tau tindakannya itu salah atau tidak, ia akan menyesal atau tidak di kemudian hari, Dira tidak tau hal itu.

Dira tiba tiba teringat sesuatu, ia berdiri dan berjalan ke arah pintu yang berada di sebelahnya, pintu yang sangat banyak stiker.

Ia masuk tanpa mengetuk tidak ada hal seperti itu di rumah ini. Masuk ya tinggal masuk, karena pintupun jarang di kunci oleh mereka mereka.

"Bang," panggil Dira, Dira melihat Levin sedang duduk membuka buku di meja belajar nya.

"Apa?" Sahut Levin.

"Masih aja belajar,"

"Iya, belajar gini nih jadinya," Levin memperlihatkan buku yang ia baca itu.

Dira tertawa saat melihat buku yang Levin baca 'menjadi ceo yang baik dan benar' Dira hanya bisa geleng geleng kepala melihat hal itu.

"Bang luka lo udah sembuh?" Tanya Dira mengalihkan topik.

"Udah mendingan si,"

"Eh lo belom ceritain masalah itu," lanjut Levin.

Dira menyengir "oke, tanya aja bang gue jawab,"

"Kenapa lo balapan? Kurang apa coba? Kan bisa ayah beliin,"

"Abang sendiri kenapa?" Tanya Dira balik tepat sasaran.

"Y-ya kan gue suka lagian gue juga cowo,"

"Nah gue juga suka, itu hobby gue bang. Masalah cewe atau cowo apa itu masalah bang? Gue bisa bela diri kok kalo ada cowo yang macem macem sama gue." jawab Dira panjang.

"Astaga, kok punya gue punya adek gini ya. Udah gayanya cowo, sifatnya juga sekarang sampe hobby-nya juga," Levin masih tak percaya.

"Gapapa bang, seribu satu yang kayak gue nii," bangga Dira.

"Cih, sejak kapan lo?" Tanya Levin.

"Smp," jawab Dira santai.

"WHAT SMP?!"

TBC.

REYDIRA  || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang