Akhirnya Dira sampai di depan rumah Rey, satpam membukakan pintu karena tau waktu itu Dira pernah kerumah ini bersama Rey. Dira masuk dan mengetuk pintu besar di depannya.
'tok..tok..tok'
Wanita paruh bayah membukanya "non Dira?" tanyanya.
"iya bu," balas Dira.
"panggil bibi aja non, masuk non," ajaknya.
"iya, bibi pangil saya Dira aja,"
"insyaallah, eh Dira ini orang pertama yang den Rey bawa selain sahabat sahabatnya," ujar bi Sum.
"oh Yoga, Levin, sama Diko ya bi?"
"iya, ya sudah bibi panggil dulu den Rey nya di atas," pamit bi Sum.
Dira menganguk, ia mengedarkan pandangannya ia menangkap satu objek di ruang tamu itu. Dira mendekat, ia melihat satu foto yang di dalamnya ada pria dan wanita ditengah tengahnya anak laki laki kecil. Mereka bertiga tersenyum bahagia, Dira sangat familiar dengan wajah anak kecil itu.
"aku pangilnya Iden ya," ujar seorang gadis kecil.
"terserah, kayaknya aku lebih tua dari kamu deh," jawab anak laki laki disebelahnya.
"umulku lima tahun," balas gadis kecil itu dengan cadel.
"aku enam,"
"kamu lebih tua dali aku,"
Seketika kepalanya pusing, saat kepingan bayangan itu datang. Dira memengang kepalanya rasanya semua benda disitu menjadi dua bahkan lebih, Dira hampir saja ambruk tapi untung ada yang menahannya.
"lo kenapa?" suara khas itu masuk ke pendengaran Dira.
"gapapa," lirih Dira, Rey membawa Dira dengan bridal style dan di dudukkan di sofa dekat situ. Kepala Dira masih berputar putar.
"ini minumannya," ujar bi Dum memberi minumman ke Dira, Dirapun meminumnya di bantu oleh Rey.
"thanks kak," ujar Dira pelan, kepalanya sudah tak sepusing tadi.
"lo kenapa?"tanya Rey.
"itu yang difoto anak cowonya lo?" Dira balik bertanya.
Rey menganguk, Rey baru tersadar akan hal aneh dari Dira "kenapa?" tanyanya.
"gapapa,"
"lo kenapa?" tanya Rey sekali lagi.
"kenapa apanya si?" bingungnya.
"bibir lo kenapa?" kali ini penuh menekanan, Rey menyentuh luka di ujung bibir Dira.
"aww, sakit bego" protes Dira.
"kenapa?"
"gapapa luka kecil ini" jawabnya.
"berantem?" tebak Rey.
Dira menghembuskan nafas kasar dan menjawab "tadi pas mau kesini gue liat ada preman mau ngerampok bapak bapak ya gue tolongin lah,"
Rey tak menjawab melainkan malah pergi, yang mebuat Dira geram sendiri "bodo serah lo dah." protesnya.
Beberapa menit kemudian Rey datang dengan membawa kotak P3K di tanganya, ia duduk di sebelah Dira. "eh mau ngapain lo?" kaget Dira saat Rey memegang dagu Dira.
Deg
"tembok tk bisa perhatian juga?" batin Dira.
"ngobatin lo," ucapnya lalu mengobati luka Dira, Dira kaku bak patung karena.
"Deket bener mukanya anjir," teriak Dira di dalam batinnya.
"hati hati lain kali." ujarnya lalu meminggirkan P3K itu, Dira menaruh buku buku yang bakal di ia ajarkan ke Rey.
Dira mulai mejelaskan rumus rumus, cara memakainya, cara agar mudah, gini gitu pokoknya banyak dah.
"jadi kalo bentuknya gini lo harus di kaliin trus lo t-" omongan Dira terpotong saat melihat Rey.
"woy, lo niat belajar ga si?!" kesal Dira saat melihat Rey malah asik dengan dunianya sendiri.
"males," jawabnya.
"ga mau tau lo harus hafal ni rumus, kalo ga gue ga bakal ngajarin lo lagi," ancam Dira.
Terdengar Rey mengembuskan nafas kasar "oke, mana rumusnya,"
"ini ni," Dira memberikan buku yang harus ia hafalkan rumusnya.
"kalo ini dikali trus ditambah hasilnya dijumlahi−" Dira tersenyum kecil saat melihat Rey menghafal rumus itu, ia juga baru tau bahwa Rey bisa ngomong panjang.
Langit sudah berwarna kejinggaan, Dira melihat jam tanganya jam sudah menunjukan jam lima. Tak terasa sudah jam segitu, Dira pamit ke Rey tetapi Rey memaksa agar dia yang mengantarkanya. Dira menganguk pasrah.
"rumah lo?" tanya Rey.
"mampus gimana ni, yakali turun di rumah gue nanti dia tau dong," batin Dira.
"woy!" panggil Rey.
"ah, itu anu−di jalan blabla," jawab Dira.
"oke."
"disini?" tanya Rey saat memberhentikan motornya di depan komplek yang tentu ia jelas tau ini perumahan siapa.
"iya sini aja,"
"deket rumah Levin?"
Dira mengalihkan tatapannya ke arah lain "iya satu komplek," alibinya.
"gue duluan," Rey pun melajukan motornya, Dira melihat Rey sudah jauh Dira pun berjalan ke rumahnya yang tidak terlalu jauh dari depan komplek.
Sampai rumah Dira langsung menganti baju dan mandi, Dira menghempaskan badannya di kasur miliknya. Dira memikirkan hal tadi, Rey mulai perhatian ke dia?
Dira jadi senyum senyum sendiri saat mengingatnya. ia tak naif, Dira mengakui bahwa Rey tampan, sangat tampan malah. Tak salah ia menjadi the most wanted di sekolah walaupun ia sedingin kutub es dan sedatar tembok tk.
Tapi Dira merasa ada banyak rahasia yang disimpan rapat rapat olehnya.
sungguh pria yang sangat misterius.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYDIRA || TERBIT
Fiksi RemajaBagaimana jadinya jika seorang gadis tomboy yang memiliki masa lalu kelam ini bertemu dengan seorang pria yang dingin seperti es batu? Semakin lama, rahasia serta kejadian masa lalu yang selama ini menyiksa gadis ini terbongkar. Satu satu pe...