"----tolong selamatkan aku."
Ucapan Jaemin langsung membuatku diam untuk beberapa saat.
"Jaemin kamu---" ucapan ku terpotong saat Jaemin tiba-tiba berteriak histeris.
"PERGI! PERGI DARI SINI ORANG JAHAT!" Jaemin mendorong tubuh ku hingga terjatuh dari atas ranjang pasien.
Tubuh ku bergetar hebat. Dengan cepat aku segera bangkit untuk menenangkan Jaemin. "Jaemin, aku bukan orang jahat, aku perawat kamu," ucapku. Aku berusaha memegang tangan nya namun Jaemin menepisnya dengan cepat.
"AKU BILANG PERGI! PERGI DARI SINI!" Teriak Jaemin sambil menjambaki rambutnya. Ia terus berteriak dan menyebut ku orang jahat.
Jaemin menatapku dengan tatapan marah, ia bangkit dan berjalan ke arah ku. Aku gelagapan saat Jaemin mengulurkan tangannya dan mencengkram pergelangan tangan kanan ku.
"Jaemin! Aku bukan orang jahat!" teriak ku namun nihil, Jaemin benar-benar kehilangan nya.
Dengan perasaan campur aduk, Ku lirik tombol alaram yang terpasang di samping bangsal. Dengan sekuat tenaga, ku tahan Jaemin dengan tangan kanan ku yang masih di cengkram olehnya.
Ku ulurkan tangan kiri ku untuk mencapai tombol itu hingga akhirnya alaram berbunyi nyaring memekakkan telinga.
Jaemin mendorong ku hingga tubuhku menabrak dinding. Tubuhku gemetar hebat, keringat dingin mulai mengalir di pelipis ku. Kepala ku pusing dan terasa berat secara bersamaan.
"Jaemin..." lirih ku.
"KAMU ORANG JAHAT KAN? KAMU PASTI ORANG JAHAT! DASAR SIALAN!" teriak Jaemin padaku.
Bersamaan dengan itu, para perawat laki-laki datang dan membawa Jaemin yang terus memberontak menjauh dariku. Jaemin masih berteriak histeris.
Herin yang juga ikut datang segera menghampiri ku yang gemetar karena ketakutan.
"Jiyeon, kamu nggak apa-apa?!" tanya nya khawatir. Herin membantu ku untuk berdiri.
Aku menggeleng dengan tubuh yang masih gemetar hebat. "A-ku nggak apa-apa, kok."
Bersamaan dengan itu, beberapa perawat akhirnya datang dengan terburu-buru.
"Sekarang," perawat laki-laki itu membuka suara.
Aku tidak mengerti apa maksudnya.
Dengan Jaemin yang masih di pegangi oleh empat perawat laki-laki, salah satu dari mereka menyuntikkan obat bius pada Jaemin hingga ia berhenti berteriak dan tidak sadarkan diri.
"Perlu kita pasang tali pengikat?" tanya salah satu perawat laki-laki itu.
"Tidak perlu biarkan saja, satu atau dua jam lagi dia mungkin sudah bisa tenang." jawabnya, "tetap awasi pasien selama dia tidak sadarkan diri.
Lalu, Dokter itu segera menghampiri ku, "Kamu baik-baik saja? Apa ada yang sakit?" tanya nya. Wanita itu tampak begitu khawatir saat melihat ku.
Lagi-lagi aku hanya menggeleng. "Tidak, saya baik-baik saja hanya sedikit terkejut," jawabku.
"Kamu perawat baru disini?" tanya nya.
Aku mengangguk, "ini hari pertama saya kerja."
Ku kira Dokter di depan ku akan marah, tapi ternyata tidak.
"Tidak apa-apa, saya mengerti," katanya. "Saya Lee Rahee, Psikiater di rumah sakit ini. Kamu bisa panggil saya Dokter Lee."
"Saya Kim Jiyeon," ku jabat tangan Dokter Lee ragu.
Herin membawa ku ke ruangan dimana para perawat biasa beristirahat. Disana hanya ada Herin, dan satu perawat laki-laki yang tidak ku tahu namanya.
"Kamu beneran nggak apa-apa, kan?" tanya Herin yang sejak tadi menanyakan hal yang sama padaku.
"Aku nggak apa-apa, kok cuma kaget aja karena tiba-tiba Jaemin kayak gitu," ujar ku.
"Ini di minum dulu," Herin mengulurkan sebotol air mineral pada ku.
"Ngomong-ngomong kalau boleh tahu, kamu perawat baru disini?" laki-laki yang tengah duduk di samping Herin membuka suara.
Dari name tag yang ia gunakan, namanya adalah Mark Lee.
Aku mengangguk. "Iya, hari ini hari pertama ku kerja disini,"
"Pantesan," Jawab Mark. "Kamu nggak perlu takut, dulu aku awal kerja jadi perawat juga sama kayak kamu," ucap Mark.
"Oh iya? Kenapa aku nggak tahu?" Herin menimpali.
"Karena aku belum cerita ke kamu," jawab Mark sambil terkekeh. Sedangkan Herin berdecak pelan. Kurasa mereka sudah sangat akrab satu sama lain.
"Kalau boleh tahu, keluarga Jaemin dimana?" tanyaku.
"Selama Jaemin di rawat disini, nggak pernah ada keluarga atau kerabatnya yang datang jenguk dia," jawab Mark.
Mendengar nya, aku terkejut. Jadi Jaemin belum pernah di jenguk sama sekali? Bahkan oleh kerabat nya sekalipun?
"Jadi kalian nggak tahu siapa dan dimana keluarga mereka sekarang?"
Mark dan Herin kompak menggelengkan kepalanya.
"Tapi aku pernah dengar kalau keluarga Jaemin kaya Raya," ujar Herin. "Tapi aku juga nggak sebegitu tahu karena berita itu masih simpang siur disini."
"Kadang aku suka kasihan sama Jaemin, padahal dia masih muda," ujar Mark.
"Kalau boleh tahu, sesering apa Jaemin kambuh kayak tadi?" tanyaku sedikit penasaran.
"Tergantung, karena orang yang terkena bipolar disorder kayak Jaemin mencakup keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan dan tempramen," jawab Mark.
Jadi Jaemin mengidap bipolar disorder?
Selama ini, aku pernah mempelajari tentang gangguan mental seperti ini di kelas. Salah satunya yang sama seperti yang di alami oleh Jaemin.
Bipolar disorder adalah gangguan mental yang di tandai dengan perubahan emosi yang drastis. Seseorang yang menderita bipolar dapat merasakan gejala menia, yaitu perasaan sangat senang dan juga perasaan terpuruk.
Setahuku, bipolar disorder juga dapat meliputi gejala seperti energi terendah dan depresif seperti tertekan, kehilangan motivasi dan stress. Dan lebih parah nya lagi penderita juga akan berpikiran untuk melakukan bunuh diri jika sudah mencapai titik Puncak keputus asaan nya.
Kurasa, pekerjaan ku kali ini lebih menguras tenaga dari pekerjaan yang sebelum-sebelumnya.
"Jiyeon, kamu masih tetap mau kerja disini, kan?" Tanya Herin.
Kuhela nafasku sambil menatap Herin dan juga Mark secara bergantian. Ingatan saat Jaemin memintaku untuk menyelamatkannya tiba-tiba melintas di otak ku. Wajahnya mengatakan kalau ia ingin bebas.
Dan lagipula, aku tidak bisa berhenti bekerja hanya karena kejadian ini.
Aku mengangguk yakin. "Aku tetap mau kerja disini," jawabku mantap.
---tbc
for some reason, I just want to be free. therefore, please save me.
-Na Jaemin
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] You Who Come To Me
Fanfiction❝Kim Jiyeon terpaksa menerima tawaran pekerjaan sebagai perawat disalah satu rumah sakit jiwa karena faktor keuangan. Namun setelah itu, ia bertemu dengan Na Jaemin, salah satu pasien rumah sakit jiwa yang harus Jiyeon rawat karena gangguan mental...