20. the rain

1.1K 224 266
                                    

Disini, masih berada di makam yang sepi, berdua dengan Jaemin.

Langit tampak mendung. Aku khawatir kalau sebentar lagi akan turun hujan sedangkan aku tidak membawa payung.

"Jaemin, ayo kita pulang takut keburu hujan," ucapku.

"Kenapa? Aku suka hujan, kok." Jaemin tersenyum tipis.

Aku menggeleng, "Tapi nanti kamu bisa sakit."

"Nggak apa-apa kan ada nuna yang rawat aku," cetus Jaemin.

Baiklah, ucapan Jaemin memang ada benar nya.
Tapi kalau dia benar-benar jatuh sakit, siapa yang khawatir? Jelas pasti aku.

"Tapi tetap aja aku nggak mau kamu sakit," ucap ku

Baru saja kami akan meninggalkan pelataran makam, rintikan air hujan tiba-tiba jatuh tanpa ku sadari.

"Ayo kita neduh dulu," ku tarik tangan Jaemin secepat mungkin sebelum hujan semakin deras.

Dengan setengah berlari, ku bawa Jaemin menuju gereja besar yang ada di depan makam. Kami berdua berdiri di depan bangunan gereja yang cukup teduh. Setidaknya jika disini kami tidak akan kehujanan.

"Kayaknya hujan nya bakal deras. Mending kita duduk dulu," ucap ku.

Suara rintikan air hujan yang berjatuhan di luar sana terdengar deras. Berisik, tapi menenangkan.

Dari arah samping, dapat ku lihat wajah Jaemin yang sedikit basah karena terkena hujan. Tanganku bergerak untuk menyeka nya dengan pelan.

"Aku pernah bilang sama nuna kalau aku suka hujan," Jaemin membuka suara di sela-sela kegiatan ku.

"Aku ingat, kok. Kenapa memang?" kutatap wajahnya lurus.

"Tapi sekarang selain suka hujan, aku juga suka nuna," ucap Jaemin tersenyum penuh arti.

Dan perasaan itu lagi.

Kumohon dengan sangat pada diriku sendiri, tolong jangan terlalu di masukkan ke dalam hati.

Aku tahu ucapan Jaemin tidak sepenuhnya benar, kan?

Aku tersenyum simpul, "kenapa kamu suka aku?"

"Karena nuna selalu ada buat aku," jawab Jaemin. "Aku selalu ngerasa butuh nuna. Meskipun kita baru ketemu, tapi aku selalu ngerasa dekat."

Sebenarnya ini hal yang sudah biasa untuk ku. Jaemin bilang seperti itu karena ia sudah mulai bergantung padaku.

Tapi tetap saja rasanya sedikit aneh untuk ku saat Jaemin bilang begitu. Intinya sulit untuk ku mengerti.

"Kamu kedinginan?" aku menoleh pada Jaemin, khawatir kalau ia akan kedinginan.

Jaemin menggangguk, "Sedikit," katanya.

Kulihat tubuhnya yang sedikit gemetar. Meskipun Jaemin memakai hoodie, tapi hoodie milik Mark sangat tipis.

Ku ambil satu bungkus hotpack dari dalam tas ku. Aku baru ingat kalau selalu membawa benda ini kemanapun.

"Pegang ini," ku berikan benda itu pada Jaemin.

"Ini apa?" Jaemin tampak bingung.

"Ini hotpack. Bisa bikin tubuh kamu hangat," jawabku. "Sini biar aku bantu."

Ku tempelkan benda itu di kedua pipi Jaemin dan mengapitnya supaya rasa hangat nya semakin terasa.

"Hangat," gumam Jaemin pelan.

 [✔] You Who Come To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang