32. Nam Family

959 176 76
                                    

Sudah seminggu lebih Jaemin di rawat, tapi dia masih belum siuman.

Sama seperti yang di katakan oleh Dokter, Jaemin jatuh koma. Ia masih terbaring lemah di atas bangsal rumah sakit hingga sekarang. Berbagai macam alat medis terpasang di tubuhnya. Seakan-akan Jaemin akan pergi jika tidak di bantu oleh alat-alat itu.

Dan selama itu pula aku hanya bisa menunggu Jaemin membuka mata. Hampir setiap hari aku menangis hingga tertidur di samping bangsal dan bangun dengan mata sembab.

Tidak ada yang bisa ku lakukan selain berdo'a untuk kesembuhan nya. Berharap kalau Jaemin tiba-tiba membuka mata nya.

Aku merindukan Jaemin. Sangat-sangat merindukan nya.

Aku rindu senyumnya yang tulus.

Aku rindu tatapan nya yang teduh.

Aku rindu segala yang ada pada Jaemin.

Bunyi mesin pendeteksi jantung di samping bangsal membuat tubuh ku meremang. Ku tatap sosok Jaemin yang tak bergerak di atas ranjang. Wajahnya tampak pucat namun telihat tenang seperti biasa.

Meski sekuat apapun aku menahan supaya tidak menangis, tapi selalu gagal. Pada akhirnya air mata ku mengalir begitu saja.

"Jaemin," panggil ku lirih. "bangun.."

Aku terisak pelan bersamaan dengan dada ku yang terasa kian sesak.

"Ini udah dua minggu kamu tidur. Kamu nggak capek memangnya?" suara ku bergetar. "Aku kangen."

Ku hapus air mata ku dengan kasar. Sakit sekali hingga mata ku sampai perih.

"Kamu harus sembuh.. Kamu bilang mau pergi ke sungai Han, kan? Sebentar lagi musim dingin jadi kita--" ucapan ku terpotong, isakan ku semakin terdengar. "---kita bisa kesana bareng-bareng."

Tangisan ku pecah, aku semakin terisak di samping tubuh Jaemin yang tidak bergeming sedikitpun pun.

"Kenapa hidup mu se sulit ini?" ku raih tangan Jaemin yang tidak terpasang selang infus. "padahal kamu nggak salah apa-apa tapi kenapa kamu yang selalu jadi korban?" ucap ku parau.

Saat aku mendongak, ku lihat setetes air mata mengalir pelan dari sudut mata Jaemin yang masih terpejam. Jaemin dengar, dia bisa mendengar ucapan ku!

"Jaemin bangun," tangan ku bergerak menghapus air mata itu. "kamu bisa dengar aku, kan? Jadi ayo bangun, Na.."

Aku menunduk, menjatuhkan kepala di antara tautan tangan ku dan tangan Jaemin. Ya tuhan, kenapa semuanya jadi begini?

Kenapa harus Jaemin yang menderita?

Selama tiga tahun Jaemin sudah sangat menderita karena harus mendekam di rumah sakit jiwa.

Dia tidak punya siapa-siapa sejak kecil karena Park Hansu---adik dari ayah Jaemin--- yang selama ini menjadi penyebab kematian orang tua Jaemin.

Dan ibu ku yang juga menjadi korban.

Seharusnya dia mendapat hukuman karena perbuatannya itu.

Seandainya aku bisa membuatnya menebus dosa-dosanya. Tapi faktanya aku terlalu lemah dan tidak bisa apa-apa.

Aku tidak punya sesuatu yang bisa ku jadikan bukti. Aku tidak punya uang untuk menyewa pengacara. Aku tidak punya siapa-siapa yang bisa menolong ku sekarang.

Ya tuhan, tolong bantu aku..

Tok tok tok

Tangisan ku terhenti saat ku dengar pintu ruangan di ketuk. Saat pintu terbuka, Herin dan Mark muncul. Tapi bukan cuma mereka berdua, tapi tiga orang yang tidak ku kenal berjalan di belakangnya.

 [✔] You Who Come To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang