37. Seattle alone

899 161 91
                                    


Dan hari persidangan yang paling ku takutkan benar-benar tiba.

Sejak tadi malam aku tak hentinya berdoa. Berharap kalau semuanya akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan sedikitpun. Aku benar-benar takut, sungguh.

"Jaemin," panggil ku pelan. "Hari ini Park Hansu di sidang. Kalau seandainya sekarang kamu bangun, kamu harus jadi orang pertama yang lihat dia di persidangan."

Namun sama seperti sebelum-sebelumnya, Tidak ada jawaban. Jaemin masih Setia menutup matanya dengan nafas yang berhembus teratur.

Ku raih tangan Jaemin yang terbebas dari selang infus, kemudian menggenggamnya. Rasanya dingin sekali saat aku menyentuh kulitnya.

"Aku harap setelah ini kamu cepat siuman. Dengan begitu, kita bisa sama-sama lagi kayak dulu," aku berusaha tersenyum meskipun rasanya sakit sekali berkata demikian.

Setelahnya aku bangkit dan mendekat pada Jaemin.

Perlahan, aku menunduk untuk mencium keningnya cukup lama. Menyalurkan betapa aku sangat mencintainya, betapa aku sangat merindukannya.

"Aku berangkat, ya?" bisikku kemudian.

Aku mundur perlahan lalu berbalik menuju pintu keluar. Berharap kalau Jaemin akan bangun setelah aku kembali nanti.

Menghela nafas panjang, ku tutup pintu ruangan Jaemin dengan pelan.

"Sudah selesai?" tanya Tuan Nam saat melihat ku keluar.

Tuan Nam, istrinya, dan juga Yangyang. Mereka menyuruhku untuk menemui Jaemin sebentar.

Aku mengangguk pelan, "sudah."

"Jiyeon," panggil ibu Yangyang.

"Ya?"

"Semoga semuanya berjalan dengan lancar. Bibi pasti bantu doa dari sini." ucap ibu Yangyang. Ia mengelus rambutku dengan lembut.

Ya, dia tidak ikut karena harus menjaga Jaemin di rumah sakit.

"Saya nggak tahu harus bilang apa sama bibi dan Tuan Nam, kalian sudah banyak bantu saya selama ini. mungkin kalau cuma ucapan terimakasih aja nggak akan pernah cukup."

"Semua yang kami lakuin buat kamu dan Jaemin itu tulus. Bukan cuma buat kalian berdua, tapi juga untuk orang tua Jaemin dan ibu kamu. Jadi jangan pernah merasa berhutang Budi," Tuan Nam menepuk pundakku pelan.

Aku hanya bisa tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Merasa sangat beruntung karena ada mereka bersama ku.

"Kita berangkat sekarang?" Yangyang membuka suara.

Baik aku dan Tuan Nam mengangguk. Tanpa buang-buang waktu, kami bertiga langsung berangkat meninggalkan rumah sakit.

Dengan beribu harapan dan juga doa yang ku lontarkan diam-diam, ku serahkan segala urusanku pada tuhan  dengan sepenuh hati. Dia yang jauh berhak atas segalanya.

Dan Na Jaemin, tunggu sebentar lagi, aku pasti kembali dengan kabar baik.


***

Saat kami sampai, rupanya hanya beberapa orang saja yang datang. Ku kira akan banyak wartawan tapi ternyata tidak. Mungkin mereka di larang.

Sedangkan Tuan Nam langsung pamit pergi karena harus menyiapkan segala hal untuk sidang nanti.

Entah bagaimana caranya Tuan Nam mencari bukti-bukti yang sudah di tutup rapat oleh Park Hansu sebelas tahun lamanya, aku tidak tahu. Tuan Nam hanya selalu menyuruhku untuk tetap tenang dan tidak khawatir.

 [✔] You Who Come To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang