8. different way

1.4K 278 303
                                    

Karena Jaemin tiba-tiba mengalami serangan kecemasan dan juga halusinasi saat proses psikoterapi tadi, Dokter Lee memutuskan untuk tidak melanjutkannya karena khawatir Jaemin semakin tertekan.

Oleh karena itu, aku dan Dokter Lee mengantar Jaemin untuk kembali ke kamarnya. Dokter Lee menyuruh agar Jaemin beristirahat.

Aku membantu Jaemin yang sedikit gemetar untuk duduk bersandar. Setelah itu, Dokter Lee beralih mengecek kondisi Jaemin.

"Jaemin baik-baik saja kan, Dok?" tanyaku.
Dokter Lee mengangguk. "Kamu tidak perlu khawatir, Jaemin baik-baik saja. Hal seperti ini sudah biasa terjadi pada saat psikoterapi," jawab Dokter Lee.

Aku menghela nafas pelan.

Setelah Dokter Lee pamit pergi, ku ambil gelas kosong di atas nakas dan mengisinya dengan air di dispenser.

Aku mendekati Jaemin yang sekarang tengah sibuk dengan sketsa nya. Entah apa alasannya, namun Jaemin sangat suka menggambar meskipun hanya gambar-gambar abstrak yang tidak ku mengerti maksudnya.

"Jaemin ayo di minum dulu obatnya," ucap ku.

"Aku nggak mau," jawab Jaemin singkat tanpa menatapku.

"Tapi kamu harus minum obat---"

"memang nya tahu apa nuna tentang aku? Nuna kerja disini hanya butuh uang, kan? Bukan karena benar-benar peduli!" Jaemin menatapku marah.

Pundaknya naik turun bersamaan dengan nafas nya yang tersengal-sengal.

Aku bergeming di tempat ku.

Kenapa Jaemin jadi sensitif seperti ini? Bukannya tadi sebelum psikoterapi dia tampak baik-baik saja padaku.

Aku menarik nafas ku pelan, "aku kerja disini memang karena aku butuh uang. Tapi aku benar-benar mau rawat kamu dengan tulus."

Tangan ku bergerak menyentuh pundak Jaemin yang terlihat sangat rapuh. "Percaya atau enggak, aku pasti selalu ada buat kamu kapanpun kamu butuh."

Jaemin diam. Tangannya bergerak tidak nyaman di atas buku sketsanya.

Wajahnya yang pucat terlihat sangat menyakitkan. Seperti ada beribu-ribu beban di pikiran nya.

"Kamu mau minum obat----"

"AKU BILANG AKU NGGAK MAU MINUM OBAT!" jaemin tiba-tiba menepis tangan ku dengan kasar hingga gelas yang ku pegang jatuh dan pecah berserakan di lantai.

"PERGI! PERGI DARI SINI!"

Aku gelagapan saat Jaemin melempar buku sketsanya padaku. Berdiri dari duduk ku, aku segera menjauh dari Jaemin.

"AKU NGGAK MAU MINUM OBAT! PERGI DARI SINI!" teriak Jaemin.

Dengan nafasnya yang tidak teratur, Jaemin masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya dengan keras.

Sedangkan aku? Aku masih berdiri di tempat ku seperti orang bodoh.

Rasanya kaget dan takut bercampur menjadi satu, aku takut kalau Jaemin akan melakukan hal-hal di luar kendali.

Samar-samar, dapat ku dengar suara air shower dari dalam kamar mandi bersamaan dengan suara tangisan Jaemin yang terdengar lirih.

Serasa ada yang menghantam tubuh ku dengan keras, aku merasa sakit mendengar nya.

Tidak ada yang bisa ku lakukan saat ini. Mengajak Jaemin berbicara juga tidak mungkin dalam kondisinya yang seperti ini.

Saat aku ingin pergi, mata ku tidak sengaja melihat buku sketsa milik Jaemin yang tergeletak di lantai

 [✔] You Who Come To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang