"Pasien Na Jaemin, dia keracunan obat hingga sebagian organ tubuhnya rusak karena efek samping dari obat itu."Bahuku rasanya langsung lemas saat mendengar penuturan Dokter tadi. Seakan-akan dunia berhenti berputar di bawah kaki ku, rasanya aku tidak sanggup berdiri.
Kenapa Jaemin bisa keracunan obat? Padahal selama ini aku selalu memberikan obat yang rumah sakit berikan.
Apa Jaemin mengkonsumsi obat-obatan tanpa sepengetahuan ku?
Aku harus bertanya pada siapa? Pada Jaemin? Tidak mungkin, bahkan sekarang dia jatuh koma.
Aku masih terisak, kenapa semua cobaan datang secara bertubi-tubi padaku? Kenapa orang yang aku sayangi selalu menderita?
Ayah ku, ibu ku, dan sekarang Na Jaemin.
Apa tuhan juga ingin merebut Jaemin dari ku?
Aku tidak mau semua itu terjadi. Ku mohon, aku tidak mau kehilangan Jaemin.
Entah sudah berapa lama aku hanya duduk di kursi samping bangsal Jaemin. Ku pandangi wajah pucat Jaemin yang masih tidak sadarkan diri dengan berbagai macam alat medis yang terpasang di tubuhnya.
Ya tuhan, kenapa takdir begitu jahat padaku dan juga Jaemin?
"Jiyeon."
Lamunan ku buyar saat ku dengar seseorang memanggil namaku.
Aku menoleh dan mendapai Herin yang berdiri di ambang pintu kamar opname Jaemin. Gadis itu berjalan mendekat kearahku.
"Sini biar aku obati luka di tangan kamu," Herin menarikku untuk pindah dan duduk di sofa.
"Herin nggak usah, ini cuma luka kecil kok," ucapku dengan suara serak.
Bahkan aku tidak sadar kalau tangan kiri ku sampai luka. Aku tidak begitu ingat apa penyebabnya, tapi ku rasa ini karena kejadian tadi saat Jaemin mendorong ku.
"Sekecil apapun luka nya tapi tetap harus di obati biar nggak makin parah," ujar Herin tanpa menatapku.
Gadis itu membuka kotak p3k yang entah darimana ia dapat. Dengan telaten, Herin mulai mengobati luka ku yang baru terasa perih.
Aku bergeming tanpa suara. Pasti aku sudah merepotkan Herin karena harus membawa baju ganti untukku yang tadi basah kuyup.
"Jiyeon, kok malah ngelamun?"
"A-apa?"
Ku lihat Herin menghela nafas, "jangan kayak gini, aku nggak tega lihatnya."
"Memangnya aku kenapa? Aku nggak apa-apa," aku berkelit. "maaf, aku pasti nyusahin kamu selama ini."
Herin menggeleng cepat, "kamu sama sekali nggak pernah nyusahin. Sekali lagi aku dengar kamu bilang kayak gitu, aku hapus nama mu dari daftar teman," katanya.
Aku tertawa pelan di sela-sela rasa sakitku. Rasanya aku benar-benar beruntung memiliki teman seperti Herin.
Herin beringsut mendekat padaku. Tanpa ku duga, gadis itu tiba-tiba memelukku.
"Jangan pernah ngerasa sendirian di dunia ini. Kamu masih punya aku sama Mark. Kita berdua nggak akan kemana-mana," ucap Herin pelan, nyaris tak terdengar.
Aku menggigit bibir bawah ku kuat-kuat supaya tidak menangis. Tapi ternyata gagal, air mataku mengalir begitu saja.
"Herin..." isakku. "aku takut, aku takut Jaemin----"
"Ssst...Jaemin nggak akan kenapa-napa. Dia pasti sembuh," Herin mengelus punggungku dengan pelan. Seakan-akan menyalurkan kekuatan padaku yang sudah putus asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] You Who Come To Me
Fanfiction❝Kim Jiyeon terpaksa menerima tawaran pekerjaan sebagai perawat disalah satu rumah sakit jiwa karena faktor keuangan. Namun setelah itu, ia bertemu dengan Na Jaemin, salah satu pasien rumah sakit jiwa yang harus Jiyeon rawat karena gangguan mental...